PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS IV SD NEGERI PATALAN BARU BANTUL.

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS IV

SD NEGERI PATALAN BARU BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Sumiyati NIM. 12105241025

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Saya yakin, sayabisa, saya kuat, saya pasti sukses, karena Allah AWT selalu bersamaku”

(Penulis)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal yang harus dikerjakan, entah mereka menyukai atau

tidak.”

(Aldus Huxley)

“Sesuatu yang belum dikerjakan, sering kali tampak mustahil, kita harus yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, skripsi ini saya dedikasikan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ibunda Sumirah dan Ayahanda Sukiyat yang senantiasa memberikan doa tanpa henti, memberi semangat, perhatian, dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

2. Kedua kakaku tercinta Sariyanti dan Suharni yang selalu menyemangati. 3. Keponakanku tercinta Calista Deviane Ramadani, Naura Savaryansah, Alika

dan Eni Oktaviani.

4. Sahabatku Marfianinfgsih, Milan, dan Azet yang selalu memberikan doa, semangat, dan membantu dalam pelaksanaan skripsi.

5. Teman-teman Teknologi Pendidikan 2012 yang juga telah memberikan semangat dan motivasi.


(7)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS IV DI SD NEGERI PATALAN

BARU BANTUL

Oleh Sumiyati NIM. 12105241025

ABSTRAK

Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan produk multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan yang layak digunakan oleh siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research & Development). Penelitian dan pengembangan multimedia ini melalui 3 tahapan, yaitu studi pendahuluan, perencanaan, dan pengembangan. Pada tahap pengembangan, dilakukan validasi ahli materi dan ahli media, uji coba perorangan dengan jumlah subjek uji coba 3 siswa, uji coba kelompok kecil dengan jumlah subjek uji coba 10 siswa, dan uji coba lapangan dengan jumlah subjek uji coba 58 siswa. Data diperoleh melalui angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan skala lima untuk ahli materi, ahli media, dan guru, sedangkan untuk siswa menggunakan skala tiga.

Hasil penelitian berupa produk multimedia yang telah divalidasi dan diujicobakan ke lapangan. Pada tahap validasi ahli, hasil validasi ahli materi dengan skala 5 pada aspek pembelajaran adalah 4,35 (Sangat Baik), aspek materi 4,57 (Sangat Baik). Hasil validasi ahli media pada aspek fisik 4,50 (Sangat Baik), aspek tampilan 4,31 (Sangat Baik), dan aspek pemrograman 4,33 (Sangat Baik). Pada tahap uji coba, hasil penilaian guru pada aspek tampilan adalah 4,36 (Sangat Baik), aspek pemrograman 4,66 (Sangat Baik), aspek materi 4,60 (Sangat Baik), aspek pembelajaran 4,80 (Sangat Baik). Dengan menggunakan teknik skala tiga, hasil uji coba perorangan 2,73 (Baik), hasil uji coba kelompok kecil 2,82 (Baik), dan uji coba lapangan 2,83 (Baik). Jadi dapat disimpulkan bahwa produk yang dikembangkan telah layak untuk digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Multimedia Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan untuk Siswa Kelas IV di SD Negeri Patalan Baru Bantul”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan rekomendasi permohonan ijin penelitian.

2. Ketua jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan rekomendasi permohonan ijin penelitian..

3. Ibu Prof. Dr. C. Asri Budiningsih selaku dosen pembimbing yang senantiasa telah memberikan bimbingan, saran, dan semangat.

4. Bapak Sungkono, M.Pd. selaku dosen jurusan Teknologi Pendidikan yang telah berkenan menjadi ahli media dalam pengembangan multimedia ini. 5. Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd selaku dosen jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar yang telah berkenan menjadi ahli materi dalam pengembangan multimedia ini.

6. Bapak Sutopo, M.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Patalan Baru Bantul yang telah memberi ijin dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah...11

C. Batasan Masalah ...12

D. Rumusan Masalah...12

E. Tujuan Pengembangan...12

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan...12

G. Manfaat Penelitian ...15

1. Manfaat Teoritis ...15

2. Manfaat Praktis ...15


(11)

I. Asumsi Pengembang ...17

J. Keterbatasan Pengembangan ...17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pendidikan Karakter ...18

1. Pengertian Pendidikan Karakter ...18

2. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter ...19

3. Nilai Karakter Peduli Lingkungan...21

4. Indikator Sikap Peduli Lingkungan ...22

B. Integrasi Nilai Peduli Lingkungan dalam Mata Pelajaran Penjasorkes ...25

1. Integrasi Nilai Peduli Lingkungan dalam Pembelajaran ...25

2. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ...26

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Penjasorkes ...27

4. Pokok Bahasan Membuang Sampah pada Tempatnya ...29

C. Kajian tentang Media Pembelajaran ...36

1. Pengertian Media pembelajaran...36

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran...38

3. Fungsi Media Pembelajaran...40

4. Manfaat Media Pembelajaran ...42

5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ...43

6. Klasifikasi Media Pembelajaran ...45

D. Kajian tentang Multimedia ...47

1. Pengertian Multimedia Pembelajaran...47

2. Objek Multimedia Pembelajaran ...49

3. Format Multimedia Pembelajaran ...52

4. Karakteristik Multimedia Pembelajaran ...55

5. Kelebihan Multimedia Pembelajaran ...57

6. Evaluasi Multimedia Pembelajaran ...58

7. Kajian tentang Model Pengembangan Multimedia ...60

a. Model Penelitian dan Pengembangan Borg & Gall...60


(12)

c. Model Pengembangan Desain Pembelajaran Dick dan Carey ...63

8. Macromedia Flash Professional 8...67

9. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran dengan Multimedia ...68

a. Teori Belajar Behavioristik...68

b. Teori Belajar Kognitif...70

c. Teori Belajar Kontruktivistik...71

E. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...73

1. Perkembangan Fisik...73

2. Perkembangan Kognitif ...73

3. Perkembangan Bahasa ...74

4. Perkembangan Moral...75

5. Perkembangan Emosi ...75

6. Perkembangan Sosial...76

F. Kedudukan Pengembangan Multimedia dalam Kawasan TP...78

G. Penelitian yang Relevan ...82

H. Kerangka Berpikir ...85

I. Pertanyaan Peneliti ...89

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ...91

B. Prosedur Pengembangan...91

1. Tahap Studi Pendahuluan ...93

2. Tahap Perencanaan ...94

3. Tahap Pengembangan ...95

C. Uji Coba Produk ...96

1. Subjek Uji Coba...96

2. Objek Uji Coba ...96

3. Desain Uji Coba...96

D. Jenis Sumber Data ...97

E. Teknik Pengumpulan Data ...98


(13)

G. Validasi Instrumen...104

H. Teknik Analisis Data ...107

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian...112

1. Analisis Masalah...112

2. Analisis Siswa...113

3. Menentukan Materi dan Tugas ...115

4. Menyusun Konsep Pembelajaran ...116

5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ...118

B. Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan ...119

1. Mengembangakan Ide...119

2. MembuatFlowchart...123

3. MembuatStoryboarddan Naskah ...124

4. Persetujuan Pembimbing ...124

C. Deskripsi Data Hasil Tahap Pengembangan...124

1. Validasi Ahli Materi ...125

2. Validasi Ahli Media...136

3. Uji Coba Produk ...155

a. Uji Coba Guru...155

b. Uji Coba Perorangan...165

c. Uji Coba Kelompok Kecil ...169

d. Uji Coba Lapangan ...173

D. Pembahasan ...178

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...182

B. Saran ...184

DAFTAR PUSTAKA... 185


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter ...20

Tabel 2. Indikator Nilai Peduli Lingkungan untuk Siswa Sekolah Dasar ...23

Tabel 3. Nilai dan Indikator Karakter yang Dikembangkan...24

Tabel 4. SK, KD, dan Materi Pokok Membuang Sampah pada Tempatnya ...30

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ...101

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Media...102

Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Guru ...103

Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Siswa ...104

Tabel 9. Skala 5 Angka...109

Tabel 10. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Berskala 5 ...110

Tabel 11. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan skala 3 ...111

Tabel 12. Data Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 1 pada Aspek Pembelajaran ....126

Tabel 13. Data Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 1 pada Aspek Isi ...127

Tabel 14. Urutan Penyajian Soal sebelum dan sesudah Direvisi...130

Tabel 15. Perubahan Soal Latihan sebelum dan sesudah Revisi ...131

Tabel 16. Data Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 2 pada Aspek Pembelajaran ....132

Tabel 17. Data Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 2 pada Aspek Isi ...133

Tabel 18. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 1 pada Aspek Fisik ...137

Tabel 19. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 1 pada Aspek Tampilan ...138

Tabel 20. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 1 pada Aspek Pemrograman ....139

Tabel 21. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 2 pada Aspek Fisik ...144


(15)

Tabel 23. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 2 pada Aspek Pemrograman....146

Tabel 24. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 3 pada Aspek Fisik ...150

Tabel 25. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 3 pada Aspek Tampilan ...151

Tabel 26. Data Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 3 pada Aspek Pemrograman....152

Tabel 27. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 1 pada Aspek Tampilan ...156

Tabel 28. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 1 pada Aspek Pemrograman ...157

Tabel 29. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 1 pada Aspek Pembelajaran...157

Tabel 30. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 1 pada Aspek Isi ...158

Tabel 31. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 2 pada Aspek Tampilan ...160

Tabel 32. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 2 pada Aspek Pemrograman ...161

Tabel 33. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 2 pada Aspek Pembelajaran...161

Tabel 34. Data Hasil Penilaian Guru Tahap 2 pada Aspek Isi ...162

Tabel 35. Data Hasil Uji Coba Perorangan ...167

Tabel 36. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ...171


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ...46

Gambar 2. Definisi Teknologi Pendidikan, AECT 2008 ...78

Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir...89

Gambar 4. Tahapan Penelitian ...91

Gambar 5. Peta Konsep Materi Pembelajaran dalam Multimedia...117

Gambar 6. DesainLayoutMultimedia ...121

Gambar 7.FlowchartMultimedia Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ...123

Gambar 8. Tampilan Halaman SK,KD, dan Indikator sebelum dan sesudah Revisi.129 Gambar 9. Tampilan Halaman Soal Latihan sebelum dan sesudah Revisi...131

Gambar 10. Diagram Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 1 dan 2...134

Gambar 11. Perbaikan Tombol Navigasi denganMacromedia Flash ...141

Gambar 12. Tampilan Intro sebelum dan sesudah Revisi ...142

Gambar 13. Cover Cd sebelum dan sesudah Revisi ...143

Gambar 14. Tampilan Soal Latihan sebelum dan sesudah Revisi ...148

Gambar 15. Tampilan Intro sebelum dan sesudah Revisi...149

Gambar 16. Diagram Penilaian Ahli Media Tahap 1 sampai 3 ...153

Gambar 17. Tampilan Warna Air sebelum dan sesudah Revisi ...159

Gambar 18. Diagram Hasil Penilaian Guru pada Tahap 1 dan 2 ...163

Gambar 19. Perbaikan Volume Suara Narasi ...169

Gambar 20.GameMengumpulkan Sampah ...169


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tampilan Cover CD Multimedia Pendidikan Karakter Peduli

Lingkungan ...193

Lampiran 2.FlowchartMultimedia Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ...194

Lampiran 3.StoryboardMultimedia Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ...195

Lampiran 4. Tampilan Isi Multimedia Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan...204

Lampiran 5. Angket Studi Awal terhadap Siswa ...209

Lampiran 6. Pedoman Wawancara ...211

Lampiran 7. Rubrik Penilaian Multimedia...212

Lampiran 8. Data Hasil Uji Coba Perseorangan ...222

Lampiran 9. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ...222

Lampiran 10.Data Hasil Uji Lapangan ...223

Lampiran 11. Lembar Validasi Ahli Materi...224

Lampiran 12. Lembar Validasi Ahli Media ...227

Lampiran 13. Lembar Penilaian Guru...230

Lampiran 14. Lembar Penilaian Siswa ...233

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian...235

Lampiran 16. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian...236

Lampiran 17. Surat Keterangan Konsultasi Ahli Materi ...237

Lampiran 18. Surat Keterangan Konsultasi Ahli Media ...238

Lampiran 19. Surat Keterangan Bukti Penelitian ...239


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai karakter merupakan pondasi bangsa yang penting dan perlu dibentuk sejak usia dini. Salah satu wadah untuk membentuk karakter anak adalah melalui pendidikan di sekolah. Hal ini sesuai dengan UU No, 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, komitmen mengenai pendidikan karakter tertuang dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam undang-undang tersebut karakter penting dibangun agar anak didik menjadi manusia yang berkarakter (Novan Ardy Wiyani, 2013:69).

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum (2010:9-10) menyebutkan ada delapan belas nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang perlu dikembangkan pada anak usia sekolah dasar. Delapan belas nilai karakter tersebut seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,


(19)

peduli sosial, dan tanggung jawab. Dari delapan belas nilai karakter tersebut, salah satu nilai karakter yang perlu diperkuat pada anak adalah karakter peduli lingkungan.

Kualitas lingkungan hidup sekarang ini semakin menurun. Hal ini karena perilaku manusia yang tidak menjaga lingkungan. Contohnya adalah kegiatan penebangan hutan tanpa batas dan pembakaran hutan yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, banjir, dan pemanasan global. Contoh sederhana perilaku yang merusak lingkungan adalah membuang sampah sembarangan. Padahal, himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan sudah banyak dipasang di berbagai tempat. Sampah yang menumpuk dapat merusak lingkungan. Selain menimbulkan bau tidak sedap, tumpukan sampah dapat menjadi tempat yang menarik bagi binatang seperti lalat dan kecoa. Lalat dan kecoa dapat menyebarkan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit bagi manusia.

Sampah yang dibuang di sungai dapat menyebabkan banjir. Hal ini terjadi jika jumlah sampah terlalu banyak dan itensitas hujan yang tinggi. Sampah akan menyumbat aliran sungai sehingga terjadilah banjir. Hal lain yang lebih parah adalah air dalam sampah botol dan kaleng dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk seperti nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk jenis ini dapat menularkan penyakit demam berdarah yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu, sampah organik yang tidak dikelola dengan tepat akan membusuk dan menghasilkan gas metana yang


(20)

menimbulkan efek rumah kaca. Hal ini dapat menyebabkan pemanasan global.

Menurut Suranto dan Kusrahmadi (2003:133), kerusakan lingkungan hidup akibat aktivitas manusia pada umumnya disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat terhadap akibat dari tindakannya, desakan kebutuhan hidup, kurangnya pengetahuan tentang ekosistem, kepedulian yang rendah terhadap kelestarian lingkungan, dan kurang memasyarakatnya hukum tentang lingkungan hidup. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menanamkan nilai karakter peduli lingkungan kepada anak. Nilai karakter peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar (Suyadi, 2013:9). Karakter peduli lingkungan harus dibentuk pada setiap individu agar individu dapat menjaga dan melestarikan lingkungan (Syukri Hamzah, 2013:43). Sikap peduli lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri melalui tindakan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya.

Membuang sampah pada tempatnya harus dilakukan karena akibat dari membuang sampah sembarangan dapat merusak lingkungan dan menganggu kesehatan. Membuang sampah pada tempatnya sebenarnya mudah dilakukan, tetapi menjadi sulit karena telah menjadi kebiasaan dari masyarakat. Banyak himbauan jangan membuang sampah sembarangan yang dipasang di berbagai tempat, tetapi tetap tidak membuang sampah pada tempatnya. Perilaku membuang sampah pada tempatnya lebih mudah diucapkan dan dituliskan, tetapi sulit dilakukan secara konsisten.


(21)

Perilaku membuang sampah sembarangan tentu harus dihentikan. Suatu hal yang sering terjadi dan dianggap hal yang ditradisikan secara turun-temurun akan membangun pola pikir yang baru bagi generasi ke depan. Mereka akan mengadopsi pola kerusakan lingkungan dan membuatnya lebih parah karena mendapat contoh dari generasi orang tua mereka (Novan Ardy Wiyani, 2013:68).

Pendidikan karakter peduli lingkungan harus dimulai sejak usia dini. Menurut Rifa’I, dkk (2009:68), usia sekolah dasar merupakan suatu masa bagi anak yang diharapkan dapat memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh kepentingan tertentu. Elisabeth B. Hurlock (1980:146-147) mengemukakan bahwa usia sekolah dasar merupakan periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja di bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Pada masa anak-anak inilah pengetahuan dan perilaku peduli lingkungan perlu dibentuk sehingga dapat diharapkan ketika dewasa nanti, anak telah mempunyai bekal pengetahuan dan perilaku dalam dirinya untuk menjaga lingkungan.

Sekolah Dasar memiliki peranan penting untuk membentuk karakter peduli lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya. Karakter peduli lingkungan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan anjuran Kemendiknas (2010:11)


(22)

bahwa pengembangan budaya dan karakter bangsa dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif saja, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan (Masnur Muslich, 2011:86).

Hasil studi pendahuluan terhadap silabus dan RPP pada seluruh mata pelajaran, nilai karakter peduli lingkungan dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes). Pada mata pelajaran Penjasorkes kelas IV SD terdapat Standar Kompetensi menerapkan budaya hidup sehat dan Kompetensi dasar membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut siswa menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga menjadikan siswa mengenal, menyadari atau peduli, menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri Patalan Baru diperoleh data bahwa jumlah seluruh siswa adalah 337 siswa. Hasil observasi terhadap 58 siswa kelas IV, siswa mempunyai sikap peduli lingkungan yang masih rendah. Hal ini ditunjukan dengan adanya siswa yang membuang sampah sembarangan di lingkungan sekolah. Selain itu, siswa juga membuang sampah berupa kertas dan bungkus jajanan di laci meja, di ruang kelas, dan di halaman sekolah. Padahal di SD Negeri Patalan


(23)

Baru, telah disediakan tempat sampah di setiap ruang kelas. Hal ini menyebabkan sampah berserakan di ruang kelas dan halaman sekolah sehingga sekolah menjadi kotor.

Sampah yang berserakan di SD Negeri Patalan Baru mengganggu kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Sampah menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Lingkungan belajar yang kotor ini menimbulkan kesan malas dan membosankan sehingga tidak muncul rasa semangat dalam kegiatan pembelajaran. Sebaliknya, lingkungan belajar yang bersih mendukung timbulnya kenyamanan dan minat belajar pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Hasil wawancara terhadap lima siswa juga menunjukan bahwa empat siswa belum mampu memisahkan sampah organik dan anorganik. Padahal, di SD Negeri Patalan Baru telah disediakan tiga jenis tempat sampah yaitu tempat sampah untuk sampah organik, sampah anorganik, dan sampah khusus.

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti mendapati bahwa guru di SD Negeri Patalan Baru membangun sikap peduli lingkungan masih menggunakan media buku dan poster saja. Guru menganggap siswa telah mengerti mengenai materi yang disampaikan secara lisan. Padahal, untuk membangun sikap peduli lingkungan tidak cukup hanya dengan lisan saja. Siswa akan cepat lupa dengan materi yang disampaikan sehingga tidak terjadi pemrosesan informasi dalam memorinya. Apalagi materi yang


(24)

disajikan dalam buku didominasi dalam bentuk teks dan hanya berupa pengertian yang belum disertai contoh.

Siswa kelas IV SD N Patalan Baru lebih menyukai pembelajaran menggunakan multimedia. Pernyataan ini didukung dengan hasil angket tanggapan terhadap 58 siswa, dimana 57 siswa menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran menggunakan multimedia interaktif lebih menarik dan menyenangkan dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini juga dapat dilihat ketika guru menerangkan materi dengan metode ceramah, pada 15 menit pertama siswa masih semangat dan konsentrasi dengan penjelasan guru, tetapi setelah itu siswa mulai asyik berbicara sendiri. Tidak sedikit siswa yang bercanda, berteriak, bahkan bermain kejar-kejaran di dalam kelas selama proses pembelajaran. Berbeda ketika siswa belajar menggunakan komputer, siswa terlihat antusias dan cenderung memperhatikan materi yang disampaikan guru.

Banyak cara yang dapat digunakan guru dalam membangun sikap peduli lingkungan. Salah satunya adalah pemanfaatan media pembelajaran. Menurut Sukiman (2012:29), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehinga proses belajar terjadi. Salah satu media pembelajaran adalah multimedia. Guru dapat menggunakan multimedia yang memuat pendidikan karakter dalam mengembangkan sikap peduli lingkungan kepada siswa.


(25)

Multimedia merupakan penggunaan komputer untuk menampilkan informasi yang merupakan gabungan dari teks, grafik, audio, dan video sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi dengan komputer (Hofstetter, 2001:2). Banyaknya media yang termuat dalam multimedia, menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik, interaktif, dan mempermudah pengguna dalam mendapatkan informasi. Seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Computer Technology Research (Hofstetter, 2001:4) bahwa seseorang hanya mendapatkan 20% dari apa yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Sedangkan melalui multimedia, seseorang akan mendapatkan 50% dari apa yang dilihat dan didengar. Seseorang akan mendapatkan 80% dari apa yang dilihat, didengar, dan berinteraksi pada waktu yang sama. Untuk itu multimedia harus didesain semenarik mungkin, interaktif, dan usable sehingga dapat benar-benar membelajarkan penggunanya.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas, penggunaan multimedia dalam pembelajaran sudah dilakukan pada berbagai mata pelajaran seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan TIK. Siswa biasanya belajar menggunakan multimedia di laboratorium komputer atau menggunakan LCD Proyektor di kelas sehingga multimedia bukanlah suatu media yang asing bagi siswa dan guru. Siswa kelas IV SD Negeri Patalan Baru dan guru kelas juga sudah mampu menggunakan komputer dalam pembelajaran.


(26)

Hanya saja, multimedia yang ada merupakan multimedia untuk materi pada mata pelajaran. Multimedia untuk pendidikan karakter seperti peduli lingkungan belum ada. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan multimedia yang memuat pendidikan karakter. Dengan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan, diharapkan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pembelajaran karakter yang menyenangkan dan lebih bermakna. Multimedia dapat menyajikan contoh perilaku berkarakter yang tidak mungkin dihadirkan di kelas melalui gambar, animasi, maupun video. Multimedia mendukung pembelajaran individu bagi siswa. Siswa dapat belajar tanpa bimbingan orang lain dan sesuai dengan kecepatan belajanya. Dengan berbagai kelebihan yang disajikan dalam multimedia tersebut, diharapkan siswa dapat termotivasi dalam belajar. Melalui proses belajar inilah perilaku yang berkarakter dapat terbentuk.

Meskipun multimedia memiliki banyak kelebihan, kompetensi yang sudah ditetapkan tidak akan tercapai jika pembelajaran tidak dirancang dengan tepat. Oleh karena itu, dalam pembelajaran menggunakan multimedia setidaknya menggunakan tiga teori belajar seperti teori behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik. Ketiga teori ini memiliki perbedaan dalam mendefinisikan makna belajar, tetapi dapat saling melengkapi sehingga pembelajaran multimedia yang dikembangkan sesuai tujuan dan tepat sasaran.

Multimedia dirancang menggunakan berbagai Software atau perangkat lunak. Software yang paling banyak digunakan adalah Macromedia Flash


(27)

Professional 8. Macromedia Flash Professional 8 merupakan sebuah program yang ditujukan kepada desainer maupun programmer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik (Yudhiantoro, 2006:1). Software ini banyak digunakan karena ukurannya yang relatif kecil sehingga mudah diinstal dan dioperasikan pada komputer. Hasil media dariSoftwareini dapat dipublish ke dalam berbagai format seperti .Swf, .HTML, .Gif, Jpg, Png, Mov, dan Exe. Hasil media yang dipublish dalam format .Exe dapat dioperasikan dengan berbagai software. Dengan kata lain setiap komputer tidak harus terinstal Macromedia Flash Professional 8 untuk dapat mengoperasikan multimedia. Dengan penggunaan Software Macromedia Flash Professional 8 diharapkan mampu membuat media pembelajaran yang interaktif dan materi yang disampaikan dapat direspon positif oleh siswa sehingga menghasilkan perilaku yang diharapkan.

Pengembangan media pembelajaran merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai Teknologi Pendidikan untuk memfasilitasi pembelajaran dan mengatasi masalah pendidikan.Association of Education Communication & Technology(AECT) mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola teknologi yang sesuai dan sumber daya (Alan Januszewski dan Michael Molenda, 2008:1). Pengembangan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan ini merupakan salah satu bentuk pengembangan ataupun penciptaan media


(28)

pembelajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mempelajari nilai karakter peduli lingkungan. Diharapakan multimedia ini mempermudah siswa dalam proses pembelajaran sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti melakukan pengembangan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash Professional 8 untuk siswa kelas IV di SD N Patalan Baru Bantul.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah yang terjadi di SD N Patalan Baru Bantul adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kepedulian siswa dalam menjaga lingkungan. 2. Siswa membuang sampah di sembarang tempat.

3. Rendahnya minat siswa dalam pembelajaran yang menggunakan buku sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih tertarik dan mudah dalam memahami materi.

4. Belum adanya multimedia mengenai pendidikan karakter peduli lingkungan yang digunakan di sekolah.

5. Terbatasnya waktu yang dimiliki guru dalam menyampaikan materi mengenai peduli lingkungan sehingga siswa membutuhkan sumber belajar lain yang dapat digunakan secara mandiri di rumah.


(29)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada menghasilkan produk multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan yang dapat digunakan siswa kelas IV di SD N Patalan Baru Bantul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah yaitu: Bagaimana menghasilkan produk multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan yang layak digunakan oleh siswa kelas IV di SD N Patalan Baru Bantul.

E. Tujuan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan multimedia pembelajaran ini bertujuan untuk menghasilkan produk multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan yang layak digunakan oleh siswa kelas IV di SD N Patalan Baru Bantul.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Berikut spesifikasi produk yang dikembangkan oleh peneliti:

1. Media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan untuk siswa kelas IV SD dengan Standar Kompetensi menerapkan budaya hidup sehat dan Kompetensi Dasar membiasakan membuang sampah pada tempatnya yang diintegrasikan dalam mata pelajaran Penjasorkes.


(30)

2. Tujuan pembelajaran yang dicapai setelah siswa menggunakan multimedia ini adalah :

a. Dari aspek kognitif, siswa dapat mengetahui jenis-jenis sampah berdasarkan jenisnya, akibat membuang sampah sembarangan, dan tata cara mengelola sampah.

b. Dari aspek psikomotor, siswa membuang sampah pada tempatnya dan siswa dapat mengelola sampah dengan 3R, mengumpulkan, memilah, dan menimbun sampah.

c. Dari aspek afektif, siswa memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sehingga tidak membuang sampah sembarangan

3. Multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan ini menyajikan materi mengenai:

a. Pengertian sampah dan sumber sampah

b. Jenis sampah berdasarkan zat kimia (sampah organik, anorganik, dan sampah khusus)

c. Akibat membuang sampah sembarangan.

d. Tata cara pengolahan sampah yang terdiri dari pengumpulan sampah, pemilahan sampah, penimbunan sampah, dan 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle)

4. Multimedia ini memuat komponen pembelajaran, seperti tujuan, uraian materi, contoh, dan latihan soal. Multimedia ini juga dilengkapi dengan gameedukatif yaitu membersikan sampah di sungai dan mengumpulkan sampah.


(31)

5. Multimedia dirancang berdasarkan tiga teori belajar yaitu kognitif, konstruktivistik, dan behavioristik.

6. Multimedia ini menyajikan 9 tombol menu yaitu tombol buka, tombol petunjuk, tombol standar kompetensi dan kompetensi dasar, tombol materi, tombol soal latihan, tombol game, tombol musik, tombol pengembang, dan tombol keluar yang ditampilkan di setiap halaman sehingga memudahkan siswa dalam mengoperasikan multimedia.

7. Multimedia ini dikemas dalam bentuk Compact Disk(CD) yang memuat teks image(gambar diam), animasi (gambar bergerak), audio, dan video. Multimedia ini juga dilengkapi dengan fasilitas autorun, ketika CD multimedia dimasukan ke dalam CD/DVD ROM pada komputer, multimedia secara otomatis akan terbuka dan siap digunakan oleh siswa. 8. Multimedia ini dapat digunakan untuk pembelajaran oleh siswa baik

secara individu maupun kelompok.

9. Proses produksi multimedia ini menggunakan beberapa software seperti Macromedia Flash Profesional 8, Corel Draw X7, Adobe Pothosohop CS 6, Cool Edit Pro 2.2, Camtasia Studio 8.6, dan Ashampoo Burning Studio 2013.

10. Multimedia yang dikembangkan ini memerlukan komputer dalam penggunaannya. Adapun spesifikasi minimal yang harus dimiliki komputer adalah: a) menggunakan Operating System Windows 98 sampai dengan yang terbaru, b) minimal menggunakan Procesor Intel Pentium III 450 MHz sampai yang terbaru, c) menggunakan RAM


(32)

(Random Access Memory) minimal 128 MB, d) memiliki Optical HardwareuntukCompact Diskatau CDRoomdanSpeakeraktif.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfat teoritik dan manfaat praktis, adapun manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan data empiris berkenaan dengan pengembangan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan untuk siswa Sekolah Dasar.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam multimedia pembelajaran mengenai pendidikan karakter peduli lingkungan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari nilai peduli lingkungan. Siswa setelah mempelajari multimedia ini dapat menjaga dan tidak merusak lingkungan.

b. Bagi guru

Multimedia pembelajaran ini memberikan kemudahan bagi guru dalam membelajarkan siswa mengenai nilai peduli lingkungan. c. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan sebagai tugas akhir yang dapat dijadikan bahan rujukan penelitian lebih lanjut.


(33)

d. Bagi sekolah

Menambah ketersediaan media pembelajaran yang menarik dan inovatif mengenai nilai peduli lingkungan selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan media pembelajaran yang lain di sekolah.

H. Definisi Operasional

Istilah-istilah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah proses, cara, upaya atau perbuatan mengembangan suatu produk media pembelajaran. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji teori, tetapi untuk mengasilkan produk. Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan adalah multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan dalam bentukCompact Disk(CD) 2. Multimedia pembelajaran adalah media yang menggabungkan antara

teks, grafik, animasi, audio, dan video.

3. Karakter peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, mencegah kerusakan, serta memperbaiki kerusakan yang terjadi pada lingkungan.

4. Multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan adalah multimedia yang memuat materi mengenai nilai karakter peduli lingkungan yang dapat membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari perilaku


(34)

menjaga, melestarikan, mencegah dan memperbaiki kerusakan pada lingkungan.

I. Asumsi Pengembangan

Pengembangan multimedia pendidikan lingkungan hidup ini mengacu pada beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran pendidikan karakter peduli lingkungan, selain menggunakan buku tentu juga diperlukan media yang menarik dan dapat memberikan contoh konkret bagi siswa seperti multimedia.

2. SD Negeri Patalan Baru telah memiliki laboratorium komputer yang dapat digunakan dengan baik untuk pembelajaran menggunakan multimedia yang peneliti kembangkan.

3. Siswa kelas IV SD Negeri Patalan Baru dan guru kelas sudah mampu menggunakan komputer dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat menggunakan multimedia yang peneliti kembangkan.

4. Multimedia yang dikembangkan peneliti menyajikan materi yang mudah dipahami oleh siswa dangame edukatif yang dapat menambah motivasi belajar.

J. Keterbatasan Pengembangan

Adapun keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini adalah pengembangan multimedia dilakukan dengan menyesuaikan kondisi waktu dan biaya peneliti. Hal ini karena pengembangan yang sempurna membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit.


(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Suyono, 2013:5). Senada dengan pengertian di atas, Hermawan Kertajaya dalam Novan Ardy Wijayani (2013:24) mendefinisikan karakter sebagai ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu. Jadi, karakter dapat disimpulkan sebagai ciri khas yang dimiliki individu yang membedakan individu satu dengan yang lain.

Pendidikan karakter menurut Masnur Muslich (2011: 84) adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan kebajikan-kebajikan inti yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat (Saptopo, 2011:23).


(36)

Masnur Muslich (2011:29) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Hal ini selaras dengan pendapat Thomas Lickona (Masnur Muslich, 2011:75) yang menekankan tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling(perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan tentang moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang mengembangkan potensi siswa agar menjadi individu berkarakter baik dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang berkarakter baik dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat.

2. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam Kemendiknas, Pusat Kurikulum (2010:8) teridentifikasi dari sumber-sumber berikut:

a. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.

b. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.

c. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat.

d. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai


(37)

Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Suyadi, 2013:8-9) mengidentifikasi delapan belas nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:

Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1. Religius Ketaatan dan kepatuahan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

2. Jujur Sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3. Toleransi Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4. Disiplin Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

8. Demokratis Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9. Rasa ingin tahu cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10. Semangat

kebangsaan

Sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. 11. Cinta tanah air Sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia,


(38)

ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12. Menghargai prestasi

Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13. Komunikatif, senang bersahabat

Sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

14. Cinta damai Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15. Gemar

membaca

kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17. Peduli sosial Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Dari delapan belas nilai pendidikan karakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas tersebut, peneliti dalam penelitian dan pengembangan multimedia ini hanya berfokus pada nilai karakter peduli lingkungan. Hal ini sesuai dengan analisis kebutuhan dimana sikap peduli lingkungan siswa masih rendah.

3. Nilai Karakter Peduli lingkungan

Peduli dalam Kamus Pusat Bahasa (2002:841) berarti mengindahkan, menghiraukan, memperhatikan. Sedangkan Muhsinatun Siasah Masruri, dkk (2002:51) menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar kita yang memberi tempat dan bahan-bahan untuk kehidupan. Pada tataran lingkungan hidup, manusia sebagai mahluk tertinggi mempunyai tanggung jawab untuk


(39)

memelihara dan menjaga lingkungan. Untuk memelihara dan menjaga lingkungan tentu dibutukan sikap peduli lingkungan.

Peduli lingkungan merupakan nilai karakter yang perlu ditumbuh kembangkan. Menurut Suyadi (2013:9), nilai karakter peduli lingkungan berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Senada dengan Suyadi, Sri Narwati (2011:30) menjelaskan bahwa peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, mencegah kerusakan, serta memperbaiki kerusakan yang terjadi pada lingkungan.

4. Indikator Sikap Peduli Lingkungan

Karakter peduli lingkungan bukan sepenuhnya talenta atau instink bawaan, melainkan merupakan hasil dari suatu proses pendidikan. Salah didik terhadap seorang individu dapat menghasilkan karakter yang kurang terpuji terhadap lingkungan. Oleh karena itu, karakter peduli lingkungan harus dibentuk pada setiap individu agar individu dapat menjaga dan melestarikan lingkungan (Syukri Hamzah, 2013:43).

Sikap peduli lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri melalui tindakan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya. Hal ini


(40)

sesuai dengan pendapat Nenggala (2007 :173) yang menyebutkan bahwa indikator seseorang yang peduli lingkungan diantaranya adalah :

a. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

b. Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang perjalanan.

c. Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau dinding.

d. Selalu membuang sampah pada tempatnya. e. Tidak membakar sampah di sekitar perumahan. f. Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan. g. Menimbun barang-barang bekas.

h. Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.

Adapun indikator peduli lingkungan menurut Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010:37) untuk siswa Sekolah Dasar adalah:

Tabel 2. Indikator Nilai Peduli Lingkungan untuk Siswa Sekolah Dasar

Untuk kelas 1-3 SD Untuk kelas 4-6 SD

Buang air besar dan kecil di WC Membersihkan WC

Membuang sampah di tempatnya Membersihkan tempat sampah Membersihkan halaman sekolah Membersihkan lingkungan sekolah Tidak memetik bunga di taman

sekolah

Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman

Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

Ikut memelihara taman di halaman sekolah

Nilai peduli lingkungan merupakan salah satu nilai yang dirumuskan oleh Kemendiknas dalam pendidikan karakter. Sekolah dan guru dapat menambah atau mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah dan hakekat materi SK/SD dan materi bahasan suatu mata pelajaran (Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010:10). Sesuai dengan anjuran tersebut, peneliti menyesuaikan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan


(41)

permasalahan yang ditemui yaitu rendahnya sikap peduli siswa terhadap lingkungan. Siswa membuang sampah sembarangan dan siswa belum mampu membedakan jenis sampah.

Adapun nilai dan indikator yang akan dikembangkan oleh peneliti yaitu:

Tabel 3. Nilai dan Indikator Karakter yang Dikembangkan

Nilai Indikator

Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan

melestarikan lingkungan sekitar.

Selalu menjaga lingkungan sekitar

Selalu membuang sampah pada tempatnya Mampu memisahkan sampah organik, anorganik dan khusus

Mampu memanfaatkan sampah dengan mendaur ulang sampah

Mampu memanfaatkan sampah dengan mengurangi jumlah sampah

Mampu memanfaatkan sampah dengan menggunakan kembali sampah tertentu

Penelitian dan pengembangan ini hanya berfokus pada nilai peduli lingkungan yang akan diintegrasikan dalam mata pelajaran Penjasorkes melalui pengembangan multimedia interaktif untuk siswa kelas IV SD.

B. Integrasi Nilai Peduli Lingkungan dalam Mata Pelajaran Penjasorkes 1. Integrasi Nilai Peduli Lingkungan dalam Pembelajaran

Pada dasarnya Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam mata pelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan


(42)

pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas (Novan Ardy Wiyani, 2013:185). Kegiatan pembelajaran selain menjadikan siswa menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari atau peduli, menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

Pengintegrasian nilai karakter pada mata pelajaran dicantumkan dalam silabus dan RPP (Kemendiknas, Pusat Kurikulum, 2010:18). Pengembangan nilai karakter dalam silabus ditempuh melalui cara berikut: a. mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;

b. menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;

c. mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel 1 itu ke dalam silabus;

d. mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;

e. mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; f. memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami

kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

Dalam penelitian dan pengembangan multimedia ini, peneliti mengintegrasikan nilai peduli lingkungan dalam mata pelajaran Penjasorkes. Mata pelajaran Penjasorkes dipilih berdasarkan kesesuaian tujuan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tercantum dalam silabus dan RPP.


(43)

2. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Nilai peduli lingkungan dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes).

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di suatu jenjang sekolah tertentu yang merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh dan berkembang jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang (Depdiknas, 2006:131). Sama halnya dengan Wawan S. Suherman (2004:23) yang menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan sebagai suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan peilaku hidup sehat, sikap sportif, serta kecerdasan emosi.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:648), Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas


(44)

jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan suatu proses pembelajaran yang disusun secara sistematis melalui mata pelajaran di sekolah untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan sosial, keterampilan motorik, pengetahuan, kecerdasan emosi, dan perilaku hidup sehat.

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Penjasorkes

Sukintaka (1992:9) mengemukakan bahwa secara garis besar tujuan pendidikan jasmani dapat digolongkan dalam empat kelompok yaitu :

a. Norma atau nilai, norma itu menghendaki manusia agar berbudi luhur, berbudi pekerti baik, dan atau mempunyai kepribadian yang kuat. b. Jasmani, sehat, dan terampil.

c. Psikis atau kejiwaan, menjadi anak cerdas, bebas dari kebodohan dan mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri.

d. Rasa sosial, rasa bertanggung jawab kemasyarakatan, mempertebal rasa kebangsaan atau rasa cinta tanah air, dan rasa kesetiakawanan sosial.

Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dalam standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (Depdiknas, 2006:62), adalah: a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.


(45)

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Selain tujuan, adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dalam KTSP (2006:3) di Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI, adalah sebagai berikut:

a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa

alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. d. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobik serta aktivitas lainnya.

e. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

f. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

g. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.


(46)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah untuk mencapai manusia yang secara jasmani maupun rohani telah mempunyai perkembangan kognitif, afektif, dan sosial yang menunjang satu sama lain dalam kehidupan. Manusia diharapkan dapat meningkatkan perilaku hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pokok Bahasan Membuang Sampah pada Tempatnya

Pada mata pelajaran Penjasorkes, terdapat standar kompetensi (SK) menerapkan budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat menyampaikan segala bentuk pembaruan, tata cara, dan kebiasaan hidup sehat kepada siswa, misalnya sikap peduli lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang diajarkan di kelas IV SD. Materi pokok bahasan meliputi pengertian sampah, jenis-jenis sampah, dan cara mengelola sampah.

Tabel 4. SK, KD, dan Materi Pokok Membuang Sampah pada Tempatnya

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

5. Menerapkan budaya hidup sehat

5.2 Membiasakan membuang

sampah pada tempatnya

1. Pengertian sampah 2. Jenis sampah

berdasarkan sifat dan bentuknya


(47)

sampah sembarangan 4. Pengolahan sampah

dengan

a. 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

b. Pengumpulan c. Pemilahan d. Penimbunan

Adapun materi pokok bahasan membuang sampah pada tempatnya sebagai berikut: Sampah adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan sendirinya (Wahid Iqbal dan Nurul C, 2009:274).

a. Jenis-Jenis Sampah

Sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3.

1) Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah organik basah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan sampah organik kering mempunyai kandungan air kecil, contohnya kertas, kayu, ranting pohon, dan dedaunan kering. Sampah organik dapat membusuk atau terdegradasi secara alami.


(48)

2) Sampah anorganik

Sampah anorganik merupakan sampah yang bukan berasal dari mahluk hidup. Sampah ini tidak dapat membusuk secara alami. Contoh sampah anorganik adalah kaleng, besi, karet, plastik dan logam.

3) Sampah B3

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya sampah ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Contoh lain sampah B3 adalah bateri, jarum suntik bekas, dan limbah racun kimia. Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus (Kuncoro Sejati, 2009:15).

Untuk memudahkan dalam membedakan jenis sampah, tempat sampah diberi warna yang berbeda. Tempat sampah bewarna hijau untuk sampah organik, tempat sampah bewarna merah untuk sampah anorganik, dan sampah bewarna biru untuk sampah B3 (Sucipto, 2012:2).

b. Sumber Sampah

Sampah dapat dihasilkan dari berbagai kegiatan. adapun sumber yang menghasilkan sampah adalah sebagai berikut:


(49)

Sampah dapat dihasilkan dari keluarga yang tinggal di beberapa bangunan pemukiman. Jenis sampah yang dihasilkan dapat berupa sampah organik, seperti sisa makanan. Sampah dari pemukiman ini sering disebut sampah rumah tangga (Gilbert dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:19).

2) Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan

Tempat umum dan perdagangan merupakan tempat yang dimungkinkan terdapat banyak orang yang berkumpul untuk melakukan kegiatan. Contoh tempat umum adalah pertokoan, pasar, dan jalan. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan, kertas, plastik, kaleng, dan sebagainya.

3) Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, dan perkantoran merupakan contoh sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah. Jenis sampah yang dihasilkan dapat berusa sampah basah dan sampah kering (Gilbert dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:19).

4) Sampah dari industri

Sampah dari industri merupakan hasil kegiatan industri pabrik atau perusahaan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa


(50)

sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan (Gilbert dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:19).

5) Sampah dari pertanian

Sampah dari pertanian, misalnya sampah dari kebun dan sawah. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan, sisa tanaman, dan kotoran hewan (Gilbert dalam Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:19).

c. Akibat Membuang Sampah Sembarangan

Adapun akibat yang ditimbulkan jika manusia tidak membuang sampah pada tempatnya (Nuryono, dkk, 2010:52) yaitu:

1) Sampah dapat menimbulkan bau busuk,

2) Sampah dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit misalnya lalat, nyamuk, kecoa, dan tikus. Penyakit tersebut seperti penyakit kulit, penyakit perut, penyakit malaria, dan penyakit saluran pernapasan,

3) Sampah dapat menyumbat saluran air seperti parit dan sungai sehingga dapat menimbulkan banjir,

4) Sampah yang dibiarkan berserakan dapat mengganggu keindahan.

d. Cara Mengelola Sampah

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir (Kuncoro Sejati, 2009:24-27). Ada dua cara untuk mengelola sampah yaitu melalui tahap awal dan tahap akhir. Tahap awal mengelola sampah terdiri dari 3R (Reduce, Reuse,danRecycle): 1) Reduce(Mengurangi),


(51)

Reduce merupakan program untuk mengurangi jumlah sampah yaitu dengan menggunakan barang-barang yang mempunyai kualitas tahan lama. Dengan kegiatan reduce, akan terjadi penghematan, baik dari sisi pembelian dan juga akan mengurangi jumlah sampah dari barang-barang yang mudah rusak. Tindakan yang mrupakan kegiatanReduceadalah:

a) Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

b) Menggunakan produk yang bisa diisi ulang, misalnya penggunaan cairan pencuci yang menggunakan wadah isi ulang.

c) Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan tissue dapat dikurangi, dan menggantinya dengan serbet (Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:42).

2) Reuse(Menggunakan kembali)

Reuse merupakan program untuk memperbaiki dan menggunakan kembali barang-barang yang sudah rusak jika memungkinkan. Tindakan yang merupakanReuseberupa:

a) Menggunakan kembali wadah atau kemasan untuk fungsi yang sama misalnya penggunaan kaleng bekas dan botol bekas.

b) Menggunakan wadah atau kantung yang dapat digunakan berulang-ulang misalnya wadah untuk belanja kebutuhan


(52)

pokok yang terbuat dari bahan yang tahan lama sehingga dapat digunakan dalam kurun waktu lebih lama (Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:42).

3) Recycle(Mendaur ulang)

Recycle merupakan kegiatan mendaur ulang atau mengolah sampah untuk menjadi benda yang mempunyai nilai manfaat. Barang-barang yang dapat didaur ulang kembali, seperti koran bekas, plastik bekas. Tindakan yang berupa kegiatan Recycle berupa:

a) Memilih produk atau kemasan yang dapat di daur ulang dan mudah terurai.

b) Menggunakan sampah organik untuk dijadikan kompos. c) Menggunakan sampah anorganik untuk dijadikan kembali

menjadi barang bermanfaat (Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008:42).

Tahap akhir mengelola sampah terdiri dari pengumpulan, penimbunan, dan penimbunan. Adapun kegiatan pengelolaan sampah diantaranya:

1) Pengumpulan sampah berupa kegiatan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS).


(53)

2) Pemilahan sampah merupakan kegiatan memisahkan sampah berdasarkan sifat atau bentuknya untuk mempermudah proses pengelolaan selanjutnya.

3) Penimbunan sampah merupakan kegiatan membuang sampah pada tanah yang sudah disiapkan kemudian ditutup dengan tanah. Penimbunan sampah biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam.

Dengan adanya pembelajaran mengenai membuang sampah pada tempatnya, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peduli terhadap lingkungan. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru dalam membelajarkan siswa mengenai membuang sampah pada tempatnya adalah memalui pemanfaatan media pembelajaran seperti multimedia interaktif.

C. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harafiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver) (Rusman, 2013:159). Menurut Gagne (Arief S. Sadiman, 2006: 6), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (Arief S. Sadiman, 2006: 6), berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Media


(54)

pembelajaran tersebut dapat berupa buku, film, kaset, tape recorder, foto, slide,gambar, televise, dan komputer.

Sejalan dengan pendapat Gagne dan Brigg, Sukiman (2012:29) mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi. Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2013:4), media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Pesan berupa isi atau ajaran dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal Sama halnya dengan Sudarwan Danim (2010:7) yang mendefinisikan media pendidikan sebagai seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh pengirim untuk menyampaikan pesan kepada penerima dengan tujuan intruksional yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat dan kemampuan penerima pesan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.


(55)

2. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (Sukiman, 2012:28-29) media pendidikan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:

a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu benda yang mudah dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.

b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada pesera didik.

c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

f. Media pendidikan dapat digunakan secara masal (misalnya: radio dan televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder).

Sedangkan menurut Gerlach dan Ely (Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, 2013:12-14) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya. Ciri-ciri media pembelajaran tersebut yaitu:

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau obyek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.


(56)

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Properly)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambartime-lapse recording.

c. Ciri Distributif (Distributive Properly)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman relatif sama mengenai kejadian itu.

Menurut Dina Indriana (2011:53-54), media mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sesuatu yang menjadi penekanan dalam media pengajaran adalah keperagaan, yang berasal dari kata dasar “raga”. Sedangkan, kataraga berarti sesuatu yang dapat diindra, yakni dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati. namun, yang menjadi komponen utama indra adalah penglihatan dan pendengaran.

b. Media pengajaran merupakan bentuk komunikasi guru dan murid. c. Media pengajaran merupakan alat bantu utama dalam mengajar di

dalam kelas atau luar kelas.

d. Media pengajaran berkaitan erat dengan metode mengajar.

Berdasarkan ciri-ciri media yang telah disampaikan oleh beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak semua benda dapat dikatakan media. Jika ciri-ciri media terpenuhi maka benda tersebut dapat dikatakan sebagai media. Media dapat berupasoftwaremaupunhardwareyang dapat membantu dan mempermudah berlangsungnya proses pembelajaran.


(57)

3. Fungsi Media Pembelajaran

Media mempunyai fungsi dalam membantu kelancaran proses pembelajaran dan efektifitas pencapaian hasil belajar siswa. Menurut Kemp dan Dayton (1985:28) fungsi utama media pembelajaran adalah: a. Memotivasi minat, tindakan, direalisasikan dengan teknik drama atau

hiburan.

b. Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa.

c. Memberi intruksi, informasi yang terdapat dalam media harus melibatkan siswa.

Menurut Hujair AH Sanaky (2013:7) fungsi media pembelajaran adalah:

a. Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langka. b. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya.

c. Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret. d. Memberi kesamaan persepsi.

e. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak. f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten.

g. Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Rusman (2013:162-163) menyebutkan beberapa fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

Media pembelajaran dapat membantu dalam memperjelas, mempermudah, mempercepat penyampaian materi kepada siswa. Disamping itu, media juga dapat memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

b. Sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat sub-sub komponen yang diantaranya adalah komponen media pembelajaran. Dengan demikian, media pembelajaran dapat menentukan keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran.

c. Sebagai pengarah dalam pembelajaran.


(58)

pembelajaran tidak mencapai hasil prestasi belajar yang baik karena tidak optimalnya alat bantu yang digunakan.

d. Sebagai permainan atau membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Media pembelajaran dapat memberikan bantuan pemahaman kepada siswa yang kurang memiliki kecakapan mendengar atau melihat dan kurang konsentrasi dalam belajar. Media pembelajaran juga dapat menambah gairah belajar, interaksi langsung antara murid dengan sumber belajar.

e. Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran.

Secara kualitas dan kuantitas media pembelajaran memberikan kontribusi terhadap hasil maupun proses pembelajaran sehingga dalam proses penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan rambu-rambu mekanisme media pembelajaran.

f. Mengurangi terjadingya verbalisme.

Media pembelajaran dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru, di mana materi yang disampaikan oleh guru bersifat abstrak, tidak ada wujud, tidak ada ilustrasi nyata.

g. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

Media pembelajaran dapat menjelaskan obyek pembelajaran yang sifatnya sangat luas, besar, sempit, kecil, dan bahaya sehingga efektifitas dan efisiensi pembelajaran dapat tercapai.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa media berfungsi sebagai alat bantu dalam memudahkan siswa dalam belajar untuk memahami materi yang disampaikan pendidik. Media pembelajaran menyajikan obyek dari konsep abstrak ke konsep konkret sehingga dapat memberi kesamaan persepsi. Media pembelajaran memberikan suasana yang menyenangkan, menarik, tidak monoton, dan santai sehingga memotivasi siswa dalam belajar. Fungsi media cukup penting dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Daryanto (2013:5), secara umum media mempunyai kegunaan, antara lain:


(59)

a. Memperjelas pesan agar tidak verbalis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditorium, dan kinestetik.

e. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan meninmbulkan persepsi yang sama.

Menurut Kemp dan Dayton (1985:3-4) dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral di kelas, atau sebagai cara utama pembelajaran langsung adalah:

a. Penyampaian pelajaran menjadi terstandar. b. Pembelajaran dapat menjadi lebih menarik.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

d. Waktu pelaksanaan pembelajaran akan lebih efisien. e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.

f. Pembelajaran dapat berlangsung kapan dan di mana saja sesuai keperluaan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

g. Dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses pembelajaran.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Riva’I (2010:2) manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah.

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalua guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti


(60)

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai manfaat dalam memperjelas materi atau pesan yang disajikan karena media pembelajaran memberikan konsep konkrit dan pengalaman nyata. Penggunaan media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan tenaga, ruang dan waktu. Dengan media pembelajaran, kegiatan belajar dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara individu. Pembelajaran yang menggunakan media akan lebih menarik sehingga siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, diharapkan kualitas hasil belajar akan lebih meningkat.

5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Raiser dan Dick (Dina Indriana, 2011:34) memberikan tiga kriteria utama dalam meyelekasi media pengajaran sebagai berikut:

a. Kepraktisan media, yaitu berkaitan dengan mudah tidaknya media digunakan oleh pengajar.

b. Kelayakan siswa, yaitu layak tidaknya media bagi tingkat perkembangan dan pengalaman para siswa.

c. Kelayakan pengajar, yaitu layak tidaknya media dengan strategi pengajaran yang sudah direncanakan.

Menurut Strauss dan Frost (Dina Indriana, 2011:32) terdapat sembilan faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pengajaran, yaitu:

a. Batasan sumber daya institusional.


(61)

d. Perilaku pendidik dan tingkat keterampilannya. e. Sasaran pembelajaran mata pelajaran.

f. Hubungan pembelajaran g. Lokasi pembelajaran. h. Waktu.

i. Tingkat keragamanan media.

Ditambahkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rifai’I (2010:4-5) bahwa dalam memilih media sebaiknya guru mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. c. Kemudahan memperoleh media.

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya. e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya. f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa dalam memilih media perlu mempertimbangkan beberapa kriteria. Kriteria tersebut diantaranya adalah kesesuaian media terhadap tujuan yang akan dicapai, kesesuaian terhadap karakteristik siswa, dan kemampuan guru. Media yang sesuai tujuan, tetapi tidak sesuai dengan kemampuan guru, tentu media tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Begitu juga jika media yang sesuai dengan kemampuan siswa, tetapi tidak sesuai dengan karakteristik siwa, maka media tersebut juga tidak akan banyak memberikan manfaat dalam kegiatan belajar. Selain itu, ketahanan bahan media, kepraktisan media, ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas media juga perlu diperhatikan agar media yang dipilih dapat digunakan secara mudah dalam jangka panjang dengan biaya yang relatif kecil.


(62)

Dengan adanya kriteria tersebut, guru akan lebih mudah dalam menentukan media yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

6. Klasifikasi Media Pembelajaran

Dalam pengembangan media, perlu mengetahui mengenai klasifikasi media agar lebih mudah dalam memilih media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Rusman (2013:174), secara garis besar media pembelajaran dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu media visual, media audio, dan media audio visual.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Azhar Arsyad (2006:29) mengklasifikasikan media atas empat kelompok yaitu:

a. Media hasil teknologi cetak. b. Media hasil teknologi audio visual.

c. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer. d. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Sedangkan menurut Gerlack dan Ely (Ahmad Rohani, 1977:16) mengklasifikasikan jenis media ke dalam enam jenis, yaitu:

a. Gambar diam, baik dalam buku teks, bulletin, papan display, slides, film-strip, atau overhead proyektor.

b. Gambar gerak, baik hitam putih, bewarna, baik yang bersuara maupun tidak, representasi grafis.

c. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam. d. Televise.

e. Benda-benda hidup, simulasi maupun model.

f. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assited Intructional).


(63)

Seels dan Glasgow (1990:181-183) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media mutakhir. Pemilihan media tradisional berupa :

a. Visual diam yang diproyeksikan. b. Visual yang tak diproyeksikan. c. Audio.

d. Penyajian multimedia.

e. Visual dinamis yang diproyeksikan. f. Media cetak.

g. Permainan yaitu teka teki silang, simulasi, dan papan permainan. h. Media realita yaitu model.

Sedangkan pemilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi dan media berbasis mikroprosesor.

Edgar Dale (Dina Indriana, 2011:24) mengklasifikasikan media dari tingkat yang paling konkret hingga yang paling abstrak. Klasifikasi ini dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut mengenai klasifikasi media, dapat diketahui bahwa media dapat berupa media audio, media

Verbal Simbol Visual Gambar Rekaman dan Video

gambar tetap Televisi Gambar Hidup

Pameran Karyawisata Demonstrasi Pengalaman Dramatisasi Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman langsung dan bertujuan

Abstrak


(64)

visual, dan media audio visual. Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai klasifikasi media yang dibakukan. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem pembelajaran. Meskipun demikian, pengelompokan media yang sudah ada saat ini dapat memperjelas tujuan penggunaan, fungsi, dan kemampuannya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tertentu (Sukiman, 2012:46). Dengan mengetahui klasifikasi media, guru dapat lebih mudah dalam menentukan media pembelajaran, termasuk media untuk membangun nilai peduli lingkungan.

D. Kajian tentang Multimedia

1. Pengertian Multimedia pembelajaran

Multimedia secara sederhana oleh Azhar Arsyad (2006:170) diartikan sebagai lebih dari satu media, yaitu kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video. Sejalan dengan pendapat Azhar Arsyad, Hofstetter (2001:2) mendefinisikan multimedia sebagai penggunaan komputer untuk menampilkan informasi yang merupakan gabungan dari teks, grafik, audio, dan video sehingga membuat pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, dan berkreasi, dan berkomunikasi dengan komputer. Multimedia merupakan media yang melibatkan beberapa jenis media dan terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan belajar. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan audio serta media


(65)

interaktif berbasis komputer dan teknologi informasi (Rayandra Asyhar, 2012:45).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian multimedia, maka dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran merupakan penggunaan komputer dengan menggabungan berbagai unsur media, seperti teks, grafik, audio, animasi, video, dan interaktivitas untuk menyalurkan informasi dalam suatu proses pembelajaran.

Interaktif merupakan kemampuan pengguna untuk mengontrol atau menentukan urutan materi pembelajaran yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan (Winarno, 2009:8). Dwi Budi Harto (2008:3) mengungkapkan bahwa interaktif berarti komunikasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Artinya bahwa dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya memperhatikan penyajian materi atau objek, tetapi ikut berinteraksi selama pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 2005:465).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, interaktif merupakan komunikasi dua arah antara pengguna dengan komputer, dimana pengguna dapat mengontrol segala program yang disajikan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Secara keseluruhan, multimedia pembelajaran interaktif berarti penggunaan komputer dengan menggabungan berbagai unsur media, seperti teks, grafik, audio, animasi, video, dan interaktivitas untuk keperluan pembelajaran, dimana pengguna dapat mengontrol segala program yang disajikan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.


(1)

{ |6


(2)

(3)

€ 8


(4)

(5)

(6)