Tuntutan hukum Vrijspraak atau setidak-tidaknya melepaskan terdakwa dari semua tuntutan hukum Onslaag Van Alle Rectsvervolging, memulihkan hak terdakwa
Andreas Ginting alias Ucok dari segala dakwaan dan Tuntutan dan membebankan biaya perkara kepada Negara
3. Pertimbangan Hakim
Dalam pertimbangan hakim, bahwa dari keterangan masing-masing saksi dikaitkan satu dengan yang lain dengan adanya barang bukti, dihubungkan dengan
keterangan terdakwa, maka didapati fakta-fakta hukum sebagaimana sesuai dengan posisi kasus di atas dan dakwaan yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Bahwa dari fakta-fakta hukum tersebut diatas, apakah dengan demikian perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana didakwakan kepadanya yaitu
Kesatu melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007, atau Kedua melanggar Pasal 82 Undang-undang No. 23 Tahun 2002.
Dikarenakan dakwaan Jaksa Penuntut Umum bersifal alternatif maka kepada Majelis Hakim diberikan kewenangan untuk memilih salah satu dari Dakwaan itu
Pertama atau Kedua sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, dan apabila salah satu dari dakwaan itu telah terbukti dan terpenuhi maka untuk dakwaan
yang lainnya tidak perlu dipertimbangkan lagi. Maka berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan Majelis Hakim akan mempertimbangkan Dakwaan Pertama,
melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007 yang unsur-unsurnya: a.
Setiap Orang;
Universitas Sumatera Utara
b. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan,
atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain;
c. Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik
Indonesia. 1
Unsur Setiap Orang Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007,
pengertian Setiap Orang adalah Orang perseorangan atau korporasi yang melakukan tindak pidana perdagangan orang. Orang perseorangan dalam hal ini dimaksudkan
adalah orang sebagai subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum. Dari hasil pemeriksaan dipersidangan, identitas terdakwa sebagaimana
diuraikan dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum benar terdakwalah orangnya yang sehat jasmani dan rohani serta dapat bertanggungjawab secara hukum. Apakah
benar terdakwa dapat dipersalahkan telah melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum masih akan dipertimbangkan pada unsur
selanjutnya. 2
Unsur Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau
Universitas Sumatera Utara
manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
Unsur kedua ini adalah bersifat alternatif yang terdiri dari beberapa elemen atau anasir, dimana salah satu dari elemenanasir tersebut telah terbukti maka unsur
ini dianggap telah terbukti dan terpenuhi. Dari fakta-fakta tersebut di atas menurut Majelis Hakim unsur ini telah terbukti dan terpenuhi.
3 Unsur Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik
Indonesia Yang dimaksud dengan Eksploitasi menurut ketentuan Pasal 1 angka 7
Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 adalah Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentranplantasi organ danatau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil
maupun immaterial. Dari pertimbangan pada unsur kedua tersebut di atas dihubungkan dengan pengertian Eksploitasi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1
angka 7 Undang-undang No. 21 Tahun 2007, perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa sebagaimana diuraikan di atas, dapat dikategorikan telah melakukan
tindakan Secara melawan hukum memanfaatkan tenaga atau kemapuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immaterial, sehingga dengan
demikian unsur ini juga telah terbukti dan terpenuhi. Berdasarkan pertimbangan-
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan tersebut di atas karena unsur-unsur dari dakwaan Kesatu melanggar pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007 telah terbukti dan terpenuhi,
maka menurut pendapat Majelis Hakim terdakwa telah terbukti secara syah dan
meyakinkan bersalah melakukan “Tindak pidana perdagangan orang” oleh
karenannya Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasehat Hukum terdakwa, yang menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, dan meminta agar terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan Vrijspraak atau setidak-
tidaknya melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum. Dengan adanya perdamaian antara terdakwa dengan saksi korban dan
keluarganya tidak dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan pertanggungjawaban pidana atas diri terdakwa, walaupun ternyata perdamaian tersebut disangkal oleh
saksi korban dan keluarganya dipersidangan. Bahwa dikarena dakwaan Kesatu telah terbukti dan terpenuhi maka untuk
Dakwaan Kedua tidak perlu dipertimbangkan lagi. Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya ternyata tidak ada didapati hal-hal yang dapat menghapuskan hukuman
terdakwa atau alasan yang dapat menghilangkan pertanggungjawaban pidana atas diri terdakwa, karenanya terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dihukum.
Sebelum menjatuhkan hukuman terlebih dahulu perlu dipertimbangkan hal yang memberatkan dan hal yang meringankan atas diri terdakwa sebagai berikut:
Hal yang meringankan: a.
Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
b. Perbuatan terdakwa tidak mendukung Program Pemerintah dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang; c.
Perbuatan terdakwa telah membuat penderitaan dan rasa malu bagi korban dan keluarganya.
Hal yang meringankan a.
Terdakwa sudah mengakui terus terang perbuatannya sehingga tidak mempersulit pemeriksaan di pengadilan;
b. Terdakwa belum pernah dihukum, mengaku bersalah dan menyesali
perbuatannya; c.
Terdakwa sudah berkeluarga dan mempunyai tanggungan seorang istri dan seorang anak.
Tentang tuntutan hak restitusipembayaran ganti kerugian, Ibu kandung korban Lisna Widiyanti yaitu Saksi Enong Suliyani atas dasar Surat Kuasa yang
diberikan kepada: 1. Muslim Harahap, SH,MH, 2. Azmiati Zuliah, SH,MH, 3. Rina Melati Sitompul,SH dan 4.Elisabeth, SH masing-masing Tim Advokasi Trafiking
Anak P2TP2A Provinsi Sumatera Utara, tertanggal 6 September 2012, telah mengajukan dan menyerahkan Gugatan Hak Restitusi dipersidangan tertanggal 16
Oktober 2012. Adapun Tuntutan Hak Restitusi yang diajukan oleh Ibu kandung korban atas
dasar Pasal 1 angka 13, pasal 48, pasal 49, pasal 50 Undang-undang No. 21 Tahun 2007, Peratura Pemerintah RI No. 44 Tahun 2008 dan Aturan-aturan lain yang
berkaitan dengan Undang-Undang tersebut adalah menyangkut Kerugian Materil
Universitas Sumatera Utara
sebesar Rp 49.700.000,- Empat puluh Sembilan juta tujuh ratus ribu rupiah dengan perincian sebagaimana diuraikan dalam Gugatan Hak Restitusi tertanggal 15 Oktober
2012, serta Kerugian Immateril yaitu Penderitaan Psikis yang dialami korban sebesar Rp 30.000.000,- Tiga puluh juta rupiah, jadi jumlah seluruhnya menjadi Rp
79.700.000,- Tujuh puluh Sembilan juta tujuh ratus ribu rupiah. Berpedoman kepada ketentuan pasal 48 ayat 2 Undang-Undang No. 21
Tahun 2007 dihubungkan dengan bukti-bukti surat yang diajukan oleh Kuasa Ibu kandung korban, Majelis Hakim berpendapat besarnya ganti kerugian yang
dimohonkan oleh Kuasa Ibu kandung korban tersebut, baik kerugian materil maupun kerugian immaterial cukup beralasan dan patut untuk dikabulkan, kecuali mengenai
Biaya untuk Advokatpendampingan kepentingan hukum korban di Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan sebesar Rp 15.000.000,- Lima belas juta rupiah tidak
dapat dikabulkan, karena menurut pendapat Majelis Hakim hal tersebut tidak merupakan kewajiban hukum bagi setiap korban tindak pidana perdagangan orang
untuk didampingi oleh Advokat dan sebagai Tim Advokasi Trafiking Anak P2TP2 Propinsi Sumatera Utara mempunyai rasa tanggung jawab secara moral untuk
melindungi dan mendampingi korban tindak pidana perdagangan orang. Berdasarkan pertimbangan di atas Majelis Hakim berpendapat Gugatan
Restitusi yang diajukan oleh Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti, patut untuk dikabulkan sebahagian yaitu berupa ganti kerugian materil dan immaterial sebesar
Rp 49.700.000,- dikurangi Rp 15.000.000,- ditambah Rp 30.000.000,- sama dengan Rp 64.700.000,- Enam puluh empat juta tujuh ratus ribu rupiah.
Universitas Sumatera Utara
4. Putusan