3. Kondisi Eksploitasi Seksual Komersial Anak
a. Kondisi eksploitasi seksual komersial anak di Indonesia
Masalah eksploitasi seksual komersial anak di Indonesia sudah menjadi isu yang mendapat perhatian pemerintah Indonesia melalui Kementrian Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Anak, namun sayangnya penanggulangan eksploitasi seksual komersial anak di Indonesia masih belum terarah dan terkordinasi dengan
baik, Indonesia sebagai satu negara yang sudah meratifikasi Konvensi Hak Anak Tahun 1990 berkewajiban melindungi anak dari eksploitasi seksual komersial anak..
86
Menurut Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, daerah-daerah di Indonesia sangat potensial untuk terjadinya eksploitasi seksual
komersial anak. Bentuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang strategis, memperbesar kemungkinan anak-anak menjadi korban eksploitasi seksual komersial
anak. Daerah-daerah berikut ini adalah daerah-daerah yang rawan, bukan saja berpotensi sebagai daerah asal anak-anak yang dieksploitasi untuk tujuan seksual
komersial, tetapi juga daerah transit dan daerah tujuan antara lain:
87
1 Indramayu
Indramayu, tidak hanya menjadi kota dimana banyak terjadi praktek eksploitasi seksual komersial anak, namun juga termasuk kota pemasok atau daerah
asal dimana anak-anak korban eksploitasi seksual komersial anak berasal. Di daerah ini, masyarakat lokal menyebut pelacuran sebagai “luruh duit”. Artinya, mencari uang
86
Wawancara dengan Azmiati Zuliah, Kordinator PUSPA-PKPA Pusat Pengaduan Anak- Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, pada senin, 22 Juni 2014
87
Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, Op. Cit, Hal 10-25
Universitas Sumatera Utara
dengan jalan menjadi “telembuk” atau pelacur. Kata “luruh duit” ini juga dipakai untuk pekerjaan lain yang terkait dengan “telembuk” seperti tenaga kerja wanita
TKW plus pelacur, dan pelayan warung atau cafe. Sebab kedua pekerjaan ini hanyalah langkah awal menjadi telembuk.
Konsep local “luruh duit” ini telah menyebabkan anak-anak terlibat ke dalam 3 jenis eksploitasi seksual komersial anak, yaitu pelacuran anak, perdagangan anak
untuk tujuan pelacuran, dan pornografi anak. Anak-anak yang menjadi korban pornografi anak ini biasanya bekerja sebagai pekerja seks komersial juga. Bahkan ada
indikasi terjadinya pernikahan anak early marriage. Kebanyakan anak-anak di daerah ini dinikahkan di usia dini untuk melepaskan tanggung jawab orang tua
terhadap anak. Malah sebagian setelah menikah, anak diceraikan agar bisa luruh duit. 2
Manado Manado, sebagai daerah tujuan wisata sangat berpotensi untuk terjadinya
eksploitasi seksual komersial anak. Pelacuran anak adalah bentuk eksploitasi seksual komersial anak yang paling banyak dialami anak-anak di manado. 88 anak
responden penelitian adalah korban pelacuran dan 12 adalah korban perdagangan anak untuk tujuan pelacuran. Anak-anak korban eksploitasi seksual komersial anak di
kota Manado ini terbiasa menggunakan nama samaran. Umumnya nama mereka akan berbeda di tiap tempat hiburan. Walaupun begitu, lokasi tempat transaksi adalah
daerah seputar Jalan Boulevard. Agar menjamin transaksi mereka dengan pelanggan tetap ada, para supir taksi
dan ojek banyak berperan. Mereka sering berperan sebagai broker, sebab kebanyakan
Universitas Sumatera Utara
supir taksi dan ojek yang biasa mangkal di tempat hiburan malam dan hotel ini mengetahui tempat tinggal para pekerja seks komersial anak. Kerahasiaan nama
pekerja seks komersial ini terjamin oleh pemilik hotel. Kebiasaan anak-anak korban eksploitasi seksual komersial anak di kota Manado ini adalah penampilan yang lebih
berani dibanding dengan pekerja seks komersial dewasa. Para pekerja seks komersial anak ini menggunakan kode-kode sebagai bahasa khusus, misalnya tindikan anting
pada telinga kiri yang lebih dari dua tindikan, gelang pada kaki kiri, atau cincin pada jari telunjuk dan ibu jari. Para pelanggan pengguna jasa pekerja seks komersial anak
sebanyak 37 melakukan transaksi seks ditempat hiburan atau pub, dan berlanjut di hotel kota Manado, 4 di luar kota Manado, dan 7 di penginapan.
3 Medan
Kota Medan, pelacuran anak sudah menjadi fenomena yang menyedihkan sejak lama, bahkan sudah tercatat sejak tahun 1970-an. Di era tahun 1970-an mencuat
istilah “gongli”, “perek”, “cewek baskom” dan lain-lain. Tahun 1998, fenomena anak-anak yang dilacurkan mulai marak di medan. Menurut kompensasi yang
diterima dari “konsumen”, para pelacur anak dapat dibagi menjadi dua kategori yang essensial, yaitu pertama apa yang disebut dengan “bonsai” dan yang kedua adalah
“sewa” atau “barges”. Belakangan ini muncul istilah baru yaitu “bispak” atau “bronces”. Dhina Prekasha Yodeha dalam artikel mengenai pelacuran di sejumlah
kota di Indonesia menyebutkan “bronces” atau “onces” itu adalah panggilan khusus
Universitas Sumatera Utara
untuk pelacur anak di kota Medan, di kalangan “onces” pun memberikan istilah sendiri kepada pelanggannya dengan istilah “tubang”.
88
Hal yang paling mengejutkan adalah temuan banyaknya anak-anak sekolah yang telah terjerumus dalam eksploitasi seksual komersial anak dan terlibat transaksi
seks dengan para pelanggan. Dari 50 responden yang berhasil diwawancarai secara mendalam 41 di antaranya berstatus pelajar dan 5 di antaranya berstatus siswi SMP
dan 26 berstatus pelajar SMASMK 3 tercatat telah putus pada saat menempuh jenjang pendidikan SMA.
89
4 Semarang
Semarang juga tidak luput dari praktek eksploitasi seksual komersial anak. Eksploitasi seksual komersial anak di kota Semarang maupun anak-anak dari luar
kota yang menjadi korban di Semarang. Bentuk eksploitasi seksual komersial anak yang sangat menonjol di kota Semarang adalah prostitusi anak. Ada sebutan khusus
untuk anak-anak korban prostitusi ini, seperti halnya dengan beberapa daerah lain di Yogyakarta disebut “rendan” atau “kere dandan”, di Indramayu “luruh duit” atau
“telembuk”, di kota Semarang disebut dengan “ciblek”. Metafora dari sejenis burung kecil yang lincah dan senang berkicau. “Ciblek” juga menjadi kependekan dari “cilik-
cilik betah melek” kecil-kecil suka begadang. Kemudian, muncul kepanjangan lain yaitu “cilik-cilik isa digemblak” kecil-kecil bisa menjadi simpanan.
88
Dhina Prekasha Yodeha, Pelacuran di Sejumlah Kota di Indonesia, dalam Ibid, hal. 14
89
Ahmad Sofyan dan Rinaldi, Bisnis Pelacur Anak, Harian Waspada, 12 Februari 1998, dalam Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk eksploitasi seksual komersial anak lain terjadi di Semarang adalah pornografi anak, walaupun masih dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam.
Bentuk pornografi anak yang paling banyak dijumpai adalah warnet-warnet yang menyediakan folder-folder pornografi di folder-folder komputer tanpa perlu
mengakses internet. Kasus yang pernah ditemui adalah rekaman film porno oleh seorang anak melalui handphone telah diedarkan oleh pacarnya sendiri. Seorang anak
jalanan perempuan mengaku bersama temannya 15 tahun difoto telanjang oleh orang asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Mereka difoto dan diberi imbalan
Rp. 200.000. Bentuk eksploitasi seksual komersial lain yang terjadi di Semarang adalah
perdagangan anak untuk tujuan seksual. Kasus ini sudah lama terjadi. Kasus pertama ditemukan di Yayasan Setara saat meneliti tentang anak jalanan perempuan di
Semarang pada tahun 1999. Seorang anak jalanan perempuan diperdagangkan ke wilayah Batam. Pada tahun berikutnya, Yayasan Setara menemukan 10 anak jalanan
perempuan menjadi korban perdagangan anak untuk tujuan seksual. Pada tahun 2003, Yayasan setara mencatat ada 14 anak jalanan perempuan yang diperdagangkan.
5 Solo
Solo cenderung marak dengan perdagangan anak untuk tujuan seksual. Penelitian tentang eksploitasi seksual komersial anak di daerah ini menghasilkan
sebuah kesimpulan, bahwa kasus eksploitasi seksual komersial anak yang terjadi di Solo adalah perdagangan anak untuk tujuan seksual sebanyak 27 kasus. 7 kasus
adalah korban prostitusi dan 4 kasus mengindikasi kasus pornografi anak.
Universitas Sumatera Utara
6 Surabaya
Surabaya tercatat sebagai kota dengan kasus eksploitasi seksual komersial anak yang cukup tinggi. Eksploitasi seksual komersial anak di Surabaya terbilang
besar. Salah satu lokalisasi yang sudah santer terdengar, dikenal secara nasional adalah lokalisasi Dolly.
90
Jenis eksploitasi seksual komersial anak yang ditemukan terjadi di Surabaya adalah prostitusi anak, trafficking untuk tujuan pelacuran, dan pornografi anak. Anak-
anak korban trafficking sebagian besar berasal dari daerah-daerah sekitar Surabaya. Mereka adalah anak-anak kampung yang dieksploitasi, diangkut dari desa dengan
iming-iming pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Anak-anak ini adalah korban penipuan. Ada yang berasal dari Bojonegoro, Jember, Jombang, Malang,
Probolinggo, Situbondo, Jombang, bahkan ada yang berasal dari Nusa Tenggara Barat.
Anak-anak korban eksploitasi seksual komersial anak, terutama prostitusi anak dan trafficking untuk tujuan seksual sebagian besar berada di
lokalisasi ini.
Anak-anak korban prostitusi sebagian besar adalah anak-anak asli Surabaya. Sebagian besar dari mereka adalah pelajar yang terlibat prostitusi karena ajakan
teman sekolah atau teman bergaulnya. Walaupun ada juga yang berasal dari luar daerah Surabaya. Sebagian pula karena masyarakat mereka terbiasa dengan pekerjaan
90
Pada hari rabu, tanggal 18 Juni 2014, Walikota Surabaya Tri Rismaharini resmi menutup lokalisasi pekerja seks komersial Dolly. Sebagaimana diketahui bahwa Dolly yang merupakan
lokalisasi yang berada di Surabaya merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Fitri Sartina Dewi, DPR Apresiasi Pemkot Surabaya Tutup Lokalisasi Dolly, http:m.bisnis.comquick-
newsread2014061878237030dpr-apresiasi-pemkot-surabaya-tutup-lokalisasi-dolly, diakses 12 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
sebagai pekerja seks komersial. Seperti penuturan responden yang mengaku menjadi pelacur karena ibu dan kakaknya juga telah menjadi pelacur. Sedangkan, pornografi
anak yang terjadi di Surabaya ini lebih kepada pornografi di warung internet dan pornografi rekaman di ponsel.
b. Kondisi dan data kasus eksploitasi seksual komersial anak di Sumatera Utara
Kondisi eksploitasi seksual komersial anak di Sumatera Utara lebih mengarah kepada bentuk trafficking anak untuk tujuan eksploitasi seksual dan pelacuran anak.
Di Sumatera Utara, penjualan anak yang beberapa kali ditemukan diketahui bahwa pelakunya adalah pacar anak tersebut. Modus kejahatan yang biasa terjadi yaitu
pelaku berpacaran dengan korban. Lantas, pacar korban menyerahkan korban tersebut kepada orang lain untuk mendapat imbalan. Biasanya kasus eksploitasi seksual
komersial anak ditangani berdasarkan hasil rujukan dari kepolisian, keluarga korban yang melapor dan ada pula kasus tersebut muncul karena telah diangkat oleh media.
Selain pacar, pelaku eksploitasi seksual komersial anak di Sumatera Utara adalah orang yang dekat dengan anak tersebut yaitu teman. Kasus eksploitasi seksual
komersial anak yang dilakukan oleh teman adalah pelacuran anak. Pada kasus pelacuran anak yang dilakukan oleh teman, biasanya bukan merupakan kejahatan
yang terorganisir. Teman pada dasarnya tidak berfikir untuk menjual anak, akan tetapi teman biasanya lebih bersifat persuasif dalam mengajak anak tersebut untuk
masuk ke dalam pelacuran tanpa mengambil keuntungan dari korban. Beberapa kasus teman mendapatkan uang dari anak tersebut. Namun, itu bukanlah tujuan dari teman
korban. Pada tahun 2013, orang tua yang menjadi pelaku dari eksploitasi seksual
Universitas Sumatera Utara
komersial anak. Anak dijual oleh orang tuanya dalam hal ini adalah bapak korban. Untuk sekali melakukan pelacuran, pelaku memperoleh uang sebanyak Rp. 20.000.
91
Menurut Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak modus baru yang dipakai dalam bisnis seks di kalangan anak remaja di Medan yang
sebagaian besar berstatus pelajar, yaitu pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah tetapi dibawa ke hotel. Untuk menyakinkan orang tua maka teman-temannya
ikut meminta izin dengan dalih belajar bersama atau jalan-jalan sehingga orang tua mereka tidak curiga. Modus operandi yang digunakan untuk menjebak anak-anak
masuk ke dalam dunia pelacuran di kota medan umumnya diajak oleh teman lebih dahulu masuk ke dunia tersebut dan memperkenalkan dengan tamu. Selanjutnya anak
tersebut sendiri yang mencari tamu dengan cara ke diskotik atau langsung menghubungi tamu tersebut.
92
Sumatera Utara telah memiliki Perda tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu Perda No. 6 Tahun 2004. Hal tersebut dikarenakan di
Sumatera Utara tidak lagi semata-mata memiliki posisi sebagai transit perdagangan anak untuk selanjutnya diperdagangkan ke luar negeri seperti Malaysia maupun ke
daerah-daerah lain di dalam negeri seperti Batam, Tanjung Balai Karimun, Jakarta,
91
Wawancara dengan Mitra Lubis, Staf Divisi Perempuan dan Anak Yayasan Pusaka Indonesia di Kantor Yayasan Pusaka Indonesia, pada Senin, 16 Juni 2014
92
Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, Op. Cit, Hal 15
Universitas Sumatera Utara
dan daerah lain, akan tetapi lebih jauh telah menjadi daerah penyuplai maupun daerah tujuan akhir dari perdagangan anak.
93
Pada kasus perdagangan trafficking yang terjadi pada tahun 2010 di Sumatera Utara sudah termasuk kategori terorganisir. Pada kasus tersebut, sebanyak 4
orang anak perempuan yang menjadi korban dikirim dari Pulau Jawa. Korban ditumpangkan pada sebuah bus antar provinsi. Di dalam bus ini ke empat korban
tidak boleh turun selama di perjalanan kecuali ke toilet dan mereka ditempatkan duduk di samping supir. Setelah tiba di kota Medan, di terminal bus telah ada pihak
yang menjeput mereka. Korban langsung di bawa ke lokalisasi di Bandar Baru. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa modus kejahatannya telah terorganisir.
94
Pada tahun 2012 kasus eksploitasi seksual komersial anak yang terjadi di Sumatera Utara menurut laporan dari Yayasan Pusaka Indonesia, kasus perdagangan
trafficking anak untuk tujuan seksual berjumlah 3 kasus. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 1 kasus perdagangan trafficking anak untuk tujuan seksual.
95
Kasus eksploitasi seksual komersial anak yang terjadi di Sumatera Utara yang ditangani oleh Pusat Kajian dan Perlindungan Anak pada tahun 2010 berjumlah 4
kasus. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 13 kasus. Pada tahun 2012 terdapat 4 kasus eksploitasi seksual komersial anak. Pada tahun 2013 terdapat 39 kasus
eksploitasi seksual komersial anak dan pada tahun 2014 terdapat 20 kasus eksploitasi
93
Wawancara dengan Azmiati Zuliah, Kordinator PUSPA-PKPA Pusat Pengaduan Anak- Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, di Kantor PKPA Medan pada senin, 22 Juni 2014
94
Wawancara dengan Marjoko, Kordinator Divisi Pengembangan Komunitas Yayasan Pusaka Indonesia, di Kantor Yayasan Pusaka Indonesia pada Senin, 16 Juni 2014
95
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
seksual komersial anak yang terjadi di Sumatera Utara. Beberapa kasus eksploitasi seksual komersial anak telah divonis di pengadilan. Untuk tahun 2013 terdapat 2
kasus yang divonis, dimana pada kasus pertama pelaku divonis 3,5 tahun dan kasus kedua pelaku dikembalikan kepada keluarga karena pelaku masih anak.
96
Data yang diperoleh dari Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa dari berbagai jenis kasus pengaduan yang
diterima oleh Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara terdapat kasus eksploitasi seksual komersial anak.
Tabel 1 Daftar Kasus Pengaduan Eksploitasi Seksual Komersial Anak Komisi Perlindungan
Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014
97
NO TAHUN
JENIS KASUS KORBAN
JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. 2010
Trafficking 1
2 3
Dugaan Trafficking 1
1 2
2. 2011
Trafficking -
2 2
Dugaan Trafficking -
1 1
Eksploitasi Seksual Pelacuran Anak
- 1
1
3. 2012
Trafficking 1
6 7
Eksploitasi Seksual -
1 1
96
Berdasarkan data kasus eksploitasi seksual komersial anak yang terjadi di Sumatera Utara yang diperoleh dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA
97
Berdasarkan kasus pengaduan yang diterima dari Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-Juni 2014. Dengan perubahan seperlunya.
Universitas Sumatera Utara
Komersial Anak 4.
2013 Trafficking
- 3
3 Eksploitasi Anak
- 1
1 5.
-Juni 2014
Trafficking -
3 3
Total 24
Sumber: Daftar Kasus Eksploitasi Seksual Komersial Anak Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara jumlah pengaduan yang diterima dari tahun 2010 sampai dengan Juni 2014 berjumlah
24 kasus pengaduan. Dari jumlah pengaduan kasus eksloitasi seksual komersial anak, maka korban yang paling banyak adalah anak perempuan dengan jumlah 21 kasus
sedangkan korban anak laki-laki berjumlah 3 kasus. Kasus eksploitasi seksual komersial anak yang paling banyak terjadi di Sumatera Utara adalah kasus trafficking
dan prostitusi. Sedangkan, untuk kasus pornografi anak tidak ada pengaduan ke Komisi Perlindungan Anak Daerah Provinsi Sumatera Utara.
98
c. Faktor yang menyebabkan peningkatan kejahatan eksploitasi seksual komersial
anak di Sumatera Utara Menurut Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak,
ada 3 faktor penyebab para pelajar yang dikenal sebagai anak rumahan oleh orang tuanya terjebak dalam eksploitasi seksual komersial anak. Faktor pertama yang
menjadi pemicu adalah gaya pacaran yang tidak sehat, yakni gaya berpacaran di luar
98
Wawancara dengan Muslim Harahap, Ketua Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara, pada Senin, 16 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
batas sehingga tidak perawan lagi atau dikecewakan pacar. Faktor kedua adalah konsumerisme yaitu ingin ikut gaya hidup mewah, akan tetapi kemampuan ekonomi
tidak memadai seperti ingin memiliki gadget baru atau memiliki baju baru dan lain sebagainya. Faktor yang ketiga adalah pengaruh teman bergaul.
99
Pada dasarnya, faktor ekonomi dapat dikatakan sebagai faktor pendorong terbesar bagi anak untuk masuk ke dalam eksploitasi seksual komersial anak. Akan
tetapi, untuk kasus eksploitasi seksual komersial anak yang ada di sumatera utara faktor ekonomi hanyalah salah satu dari faktor yang menyebabkan ekploitasi seksual
komersial anak meningkat dari tahun ke tahun. Faktor terbesar yang menyebabkan anak terlibat eksploitasi seksual komersial anak di Sumatera Utara adalah faktor
sosial. Terkadang, seorang anak dapat dikatakan baik, namun lingkungan sosial dapat mempengaruhinya. Dengan adanya peluang dari lingkungan sosial yang
mempengaruhi anak tersebut misalnya teman sekolah mengajak anak tersebut dan membujuk anak untuk memiliki barang-barang mewah dan bagus, apabila anak
tersebut mulai berfikir bagaimana cara mendapatkannya, maka anak tersebut sudah dapat dikatakan terpengaruh.
100
Menurut Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, yang menyebabkan eksploitasi seksual komersial anak meningkat dari tahun ke tahun antara lain:
101
99
Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, Op. Cit, Hal 26
100
Wawancara dengan Kordinator Divisi Pengembangan Komunitas Yayasan Pusaka Indonesia Marjoko, Loc. Cit.
101
Wawancara dengan Kordinator PUSPA-PKPA Pusat Pengaduan Anak-Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, Azmiati Zuliah, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
1 Semakin meningkatnya keinginan pasar terhadap anak yang menganggap bahwa
anak masih terbebas dari penyakit seksual dan anggapan awet muda bila menggunakan anak dalam komoditi seks;
2 Minimnya pemahaman masyarakat bahwa melakukan seks di usia dini sangat
membahayakan kesehatan reproduksi anak. 3
Sulitnya mendapatkan pekerjaan dan membutuhkan uang; 4
Hubungan seks bebas anak yang sudah tidak perawan lagi sehingga anak-anak terus menikmati pekerjaan menjajakan seks sebagai pilihan dalam memenuhi
kehidupannya; 5
Maraknya lokalisasi-lokalisasi prostitusi di Indonesia seperti cafe, atau lokasi hiburan lainnya;
6 Lemahnya pengawasan dari aparat penegak hukum.
B. Undang-Undang yang Mengatur Kejahatan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia
1. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak