4. Putusan
Majelis Hakim dalam perkara pidana memutuskan bahwa: a.
Menyatakan Terdakwa Andreas Ginting alias Ucok terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan Tindak pidana Perdagangan Orang b.
Memidana terdakwa oleh karena itu, dengan pidana penjara selama: 3 tiga tahun, dan denda sebesar Rp 120.000.000,- Seratus duapuluh juta rupiah
dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 dua bulan.
.
c. Menetapkan bahwa masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. d.
Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan. e.
Menyatakan barang bukti berupa 1 satu lembar fotocopy Akta Kelahiran, 1 satu buah baju kaos berwarna kuning bertuliskan Spongebob, 1 satu lembar
Akta Kelahiran dan 1 satu lebar buku tamu Pardede International Cottage. f.
Membebani terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp 1.000,- Seribu rupiah.
Dalam TuntutanGugatan Hak Restitusi: a.
Mengabulkan TuntutanGugatan Hak Restitusi yang diajukan oleh Enong Suliyani Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti sebahagian;
b. Menghukum terdakwa Andreas Ginting Alias Ucok untuk membayar ganti
kerugian kepada Enong Sulyani Ibu kandung saksi korban Lisna Widiyanti sebesar Rp. 64.700.000.- enam puluh empat juta tujuh ratus ribu rupiah.
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis Pertanggungjawaban Pidana terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1554Pid.B2012PN.Mdn
Berbicara mengenai pertanggungjawaban pidana, maka tidak dapat dilepaskan dengan tindak pidana. Walaupun, di dalam pengertian tindak pidana tidak termasuk
pertanggungjawaban pidana. Tindak pidana hanya merujuk pada dilarangnya suatu perbuatan. Suatu tindakan dapat dimasukkan dalam tindak pidana apabila memenuhi
asas legalitas dalam Pasal 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Di dalam asas legalitas dikatakan tidak ada hukuman tanpa suatu peraturan yang terlebih dahulu
menyebut perbuatan yang bersangkutan sebagai suatu delik dan yang memuat suatu hukuman yang dapat dijatuhkan atas delik itu. Sedangkan, dasar dipidananya
pembuat adalah kesalahan. Ini berarti pelaku tindak pidana hanya akan dipidana apabila ia mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pidana tersebut.
Pada kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan terdakwa Andreas Ginting alias Ucok, telah terpenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana di
dalamnya. Hal yang pertama adalah adanya kesalahan. Di dalam asas kesalahan diartikan sebagai tiada pidana tanpa perbuatan yang tidak patut yang objektif dapat
dicelakan kepada pelakunya. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa kesalahan selalu hanya mengenai perbuatan yang tidak patut, melakukan sesuatu yang
seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Apabila dilihat secara seksama, kesalahan memandang hubungan antara perbuatan
yang tidak patut dan pelakunya sedemikian rupa sehingga perbuatan itu dalam arti
Universitas Sumatera Utara
kata yang sesungguhnya merupakan perbuatan-perbuatan orang tersebut tidak hanya tidak patut secara objektif, tetapi juga dapat dicelakan kepadanya.
Bentuk kesalahan yang terjadi pada kasus tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh Andreas Ginting alias Ucok adalah kesengajaan dolus. Hal
tersebut dikarenakan bahwa dikatakan sengaja apabila suatu perbuatan itu dikehendaki willen, akibat perbuatan itu benar-benar menjadi maksud dari
perbuatan yang dilakukan dan tindakan itu disadari atau diketahui wetens. Putusan Pengadilan yang mengadili terdakwa Andreas Ginting Alias Ucok,
dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum memberikan alternatif dakwaan sementara hakim memilih Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang. Dalam hal ini hakim memilih berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan. Alasan Majelis Hakim memilih untuk menjatuhkan
pidana dengan menggunakan Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang kepada terdakwa karena fakta-
fakta yang terungkap dipersidangan lebih mengarah kepada tindak pidana perdagangan orang.
177
Berdasarkan pada fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, majelis hakim mempertimbangkan bahwa terdakwa Andreas Ginting alias Ucok telah melanggar
Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang karena telah terpenuhinya unsur-unsur:
177
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Medan, pada tanggal 20 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
a. Setiap orang;
b. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan,
atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain;
c. Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik
Indonesia. Fakta-fakta yang terungkap dipersidangan menunjukkan bahwa kesengajaan
dolus yang dilakukan oleh terdakwa dalam melakukan tindak pidana perdagangan orang adalah bahwa benar sekitar bulan November 2011 terdakwa ada mengatakan
kepada saksi Ela Juleha agar dicarikan beberapa orang untuk dijadikan pelayan di Cafe Pesona. Setelah itu, saksi Ela Juleha menghubungi saksi Titin Sumartini alias
Entin yang berada di Suka Bumi agar mencarikan orang sesuai dengan permintaan terdakwa. Selanjutnya, terdakwalah yang berhubungan dengan saksi Titin Sumartini
alias Entin melalui handphone dan terdakwa menjanjikan akan memberikan fee atau bonus sebesar Rp. 1.000.000.- satu juta rupiah untuk setiap orang. Berdasarkan
fakta tersebut dapat dilihat adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh terdakwa yang mana terdakwa meminta dicarikan beberapa orang untuk dipekerjakan sebagai
pelayan di Cafe Pesona. Selanjutnya setelah saksi Titin Sumartini alias Entin menemui ibu kandung
saksi korban Lisna Widiyanti, saksi Titin Sumartini alias Entin memberitahukan dan
Universitas Sumatera Utara
menawarkan pekerjaan kepada saksi korban Lisna Widiyanti. Saksi Titin Sumartini alias Entin memberitahukan dan menawarkan pekerjaan bagi saksi korban Lisna
Widiyanti sebagai kasir di RestoranCafe Pesona di Medan dengan gaji Rp. 1.000.000.- satu juta rupiah perbulan. Namun, sesampainya di Medan pada tanggal
20 Desember 2011, saksi korban Lisna Widiyanti mulai bekerja sebagai waitres di Cafe Pesona yang bertugas melayani tamu-tamu yang minum di Cafe Pesona mulai
dari pukul 22.00 Wib sampai dengan 03.00 Wib dan saksi korban disarankan berpenampilan seksi dengan pakaian baju tanpa lengan dan celana pendek. Saksi
korban digaji dengan gaji Rp. 300.000.- tiga ratus ribu rupiah disamping adanya bonus botol sebesar Rp. 2.000.- dua ribu rupiah per botol dari minuman yang terjual
dan uang tip dari tamu yang jumlahnya bervariasi. Selama bekerja di Cafe Pesona, saksi korban Lisna Widiyanti belum pernah menerima gaji dari terdakwa dan yang
membeli makanan selama ini adalah uang dari saksi korban sendiri yaitu uang bonus botol dan tip yang diberikan oleh tamu kepada saksi korban.
Berdasarkan pertimbangan tersebut bahwa dakwaan Kesatu telah terbukti dan terpenuhi yaitu telah melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka menurut Mejelis Hakim terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana perdagangan orang. Unsur yang kedua dari pertanggungjawaban pidana kasus Andreas Ginting
alias Ucok adalah kemampuan bertanggungjawab. Simons mengartikan kemampuan bertanggung jawab sebagai suatu keadaan psikis yang sedemikian yang membenarkan
Universitas Sumatera Utara
adanya penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umumnya maupun dari orangnya. Selanjutnya dikatakan bahwa seseorang mampu bertanggung
jawab jika jiwanya sehat, yakni apabila ia mampu untuk mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya bertentangan dengan hukum dan ia dapat menentukan
kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut.
178
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memutuskan perkara Andreas Ginting selaku terdakwa tindak pidana perdagangan orang memimbang bahwa
berdasarkan hasil pemeriksaan persidangan, identitas terdakwa sebagaimana yang telah diuraikan dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum benar terdakwalah
orangnya yang sehat jasmani dan rohani serta dapat bertanggung jawab secara hukum.
Unsur ketiga dari pertanggungjawaban pidana kasus Andreas Ginting alias Ucok adalah alasan penghapusan pidana. Di dalam hukum pidana ada beberapa
alasan yang dijadikan dasar bagi hakim untuk tidak menjatuhkan hukumanpidana kepada para pelaku atau terdakwa yang diajukan ke pengadilan karena telah
melakukan suatu tindak pidana. Alasan-alasan tersebut dinamakan alasan penghapus pidana. Alasan penghapus pidana adalah peraturan yang terutama ditujukan kepada
hakim. Peraturan ini menetapkan berbagai keadaan pelaku, yang telah memenuhi perumusan delik sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang yang
seharusnya dipidana, akan tetapi tidak dipidana. Hakim dalam hal ini menempatkan wewenang di dalam dirinya dalam mengadili perkara yang konkret sebagai penentu
178
I Made Widnyana, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
apakah telah terdapat keadaan khusus dalam diri pelaku, seperti dirumuskan dalam alasan penghapus pidana.
179
Pada kasus tindak pidana perdagangan orang dengan terdakwa Andreas Ginting alias Ucok, Majelis Hakim menimbang bahwa setelah mempertimbangkan
segala sesuatunya ternyata tidak didapati hal-hal yang dapat menghapuskan hukuman terdakwa atau alasan yang dapat menghilangkan pertanggungjawaban pidana atas diri
terdakwa, karenanya terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dihukum.
180
6. Analisis Mengenai Gugatan Restitusi pada Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1554Pid.B2012PN.Mdn