ada petugas kesehatan yang tinggal dekat dengan rumah pasien. Bila tidak ada keluarga yang membawa pasien berobat atau pasien tidak mempunyai keluarga yang
tinggal dekat dengan rumahnya maka petugas kesehatan yang paling dekat rumahnya dengan pasien yang akan dijadikan PMO. Hal ini menjadi tidak efektif ketika tidak
ada petugas kesehatan yang tempat tinggalnya dekat dengan rumah pasien TB Paru dan yang dapat diawasi hanya ketika pasien menelan obat di Puskesmas sehingga
memberi peluang untuk terjadinya kelalaian dalam menelan obat. Tingginya angka drop out dengan PMO adalah keluarga dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit TB Paru. Ketika gejala yang dirasakan belum hilang, penderita dianjurkan untuk berhenti memakan obat dengan
alasan terlalu banyak mengonsumsi obat dapat merusak ginjal, padahal penderita TB Paru harus memakan obat dengan teratur selama 6-8 bulan. Disamping itu, keluarga
yang ditunjuk sebagai PMO mungkin kurang paham akan apa yang menjadi tugas- tugas seorang PMO dimana seharusnya seorang PMO bertugas untuk mengawasi
pasien agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan agar pasien berobat teratur, mengingatkan untuk periksa ulang dahak pada
waktu yang ditentukan, dan memberi penyuluhan pada anggota keluarga yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke unit
pelayanan kesehatan.
21
6.6 Lama Rata-rata Mengikuti Pengobatan
Lama rata-rata mengikuti pengobatan penderita TB Paru yang mengalami drop out di Kabupaten Dairi Tahun 2010-2011 adalah 8,58 9 minggu, dengan lama
mengikuti pengobatan minimum 4 minggu dan maksimum 15 minggu. Jika
Universitas Sumatera Utara
pengobatan pada tahap intensif diberikan secara tepat, sebagian besar penderita TB Paru BTA positif akan mengalami konversi menjadi BTA negatif yang disertai
dengan hilangnya gejala dan kenaikan berat badan dalam 2 bulan.
18
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa drop out dengan rata-rata 9 minggu ini disebabkan karena
hilangnya gejala penyakit. Dalam penelitian ini terdapat 1 orang penderita TB Paru yang hanya
mengikuti pengobatan selama 4 minggu. Penderita ini berumur 50 tahun produktif, jenis kelamin laki-laki, suku Minang, pendidikan rendah, agama Islam, status bekerja,
datang dengan keluhan batuk disertai sesak nafas, tipe kasus baru, diberi obat dengan kategori I.
6.7. Lama Rata-rata Mengikuti Pengobatan Berdasarkan Umur
Gambar 6.11 Diagram Bar Lama Rata-rata Mengikuti Pengobatan
Berdasarkan Umur Penderita TB Paru yang Mengalami Drop out
Pengobatan Di Kabupaten Dairi Tahun 2010-2011
Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa lama rata-rata mengikuti pengobatan berdasarkan umur yaitu pada umur tidak produktif 8,88 9 minggu dan
umur produktif 8,37 8 minggu. Hasil uji statistik dengan menggunakan t-test
8.37 8.88
2 4
6 8
10 Produktif
Tidak Produktif
Lama Rata-rata Mengikuti Pengobatan Minggu U
mu r
Universitas Sumatera Utara
ditemukan nilai p0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rata-rata mengikuti pengobatan pada penderita TB Paru yang mengalami drop out di
Kabupaten Dairi tahun 2010-2011 berdasarkan umur.
6.8. Lama Rata-rata Mengikuti Pengobatan Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 6.12 Diagram Bar Lama Rata-rata Mengikuti Pengobatan
Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita TB Paru yang Mengalami Drop out Di Kabupaten Dairi Tahun 2010-2011
Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa lama rata-rata mengikuti pengobatan pada penderita TB Paru yang mengalami drop out dengan jenis kelamin
Laki-laki adalah 8,61 9 minggu dan pada Perempuan adalah 8,33 8 minggu. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji t-test ditemukan nilai p 0,05 yang berarti
tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rata-rata mengikuti pengobatan pada penderita TB Paru yang mengalami drop out di Kabupaten Dairi tahun 2010-2011
berdasarkan jenis kelamin.
8.33 8.61