23 ditambahkan sambil dilumatkan sehingga diperoleh adonan yang
homogen. 3 Pembentukan bola bakso
Pembentukan adonan menjadi bola bakso dapat dengan menggunakan tangan atau dengan mesin pencetak bola bakso.
Dalam membentuk bola bakso ini sebaiknya menggunakan sarung tangan karet yang bersih. Dapat juga menggunakan kantong plastik.
Minyak kelapa dioleskan ke sarung tangan agar adonan tidak menempel.
4 Perebusan dan pengemasang Bola bakso yang sudah terbentuk lalu direbus dalam air mendidih
hingga matang. Bakso yang sudah mengapung di permukaan air berarti sudah matang dan perebusan dihentikan. Biasanya perebusan
ini dilakukan sekitar 15 menit. Setelah itu, bakso diangkat, ditiriskan dan didinginkan pada suhu ruang. Bakso yang telah dingin,
kemudian dikemas dalam kantong plastik. Bakso yang telah dikemas dalam kantong plastik selanjutnya dipak dalam kotak kardus
untuk dikirim ke pasar.
F. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Menurut Eriyatno 1999, Sistem Penunjang Keputusan SPK adalah pendekatan secara sistematis untuk menentukan teknologi ilmiah yang tepat
untuk mengambil keputusan, yang merupakan konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerasi informasi dengan para pengambil
keputusan sebagai penggunanya. SPK dimaksudkan untuk memaparkan secara terinci elemen-elemen sehingga dapat menunjang dalam proses
pengambilan keputusan. Tujuan dari Sistem Penunjang Keputusan adalah membantu manajer
pada proses pengambilan keputusan yang pada umumnya bersifat semi struktural, yaitu adanya kemampuan untuk memadukan proses kemampuan
struktural dengan penilaian dari masing-masing keputusan yang bersifat subyektif Keen dan Morton 1978, di dalam Eriyatno 1999. Menurut
24 Eriyatno 1999, aplikasi sistem penunjang keputusan selanjutnya mampu
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem. Penggunaan sistem penunjang keputusan seyogianya ditunjang oleh berbagai
studi lapangan dan penelitian kasus guna menelusuri validitas input dan parameter-parameternya.
Karakteristik pokok yang melandasi Sistem Penunjang Keputusan menurut Minch dan Burn 1983 di dalam Eriyatno 1999 adalah :
1 interaksi langsung komputer dengan pengambil keputusan, 2 adanya dukungan menyeluruh holistik dari keputusan bertahap ganda,
3 suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain komputer, psikologi, intelegensia buatan, ilmu sistem dan ilmu
manajemen, 4 mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan kondisi,
kemampuan berevolusi menuju sistem yang bermanfaat. Menurut Eriyatno 1999, aplikasi DSS bermanfaat apabila terdapat
kondis sebagai berikut: 1 eksistensi dari basis data yang sangat besar sehingga sulit
mendayagunakannya, 2 kepentingan adanya transformasi dan komputasi pada proses mencapai
kebutuhan, 3 adanya keterbatasan waktu, baik dalam penetuan hasil maupun dalam
prosesnya, 4 kepentingan akan penilaian atas pertimbangan akal sehat untuk
menentukan dan mengetahui pokok permasalahan, serta pengembangan alternatif dan pemilihan solusi.
Menurut Eriyatno 1999, konsep dan rancang bangun dan pengembangan DSS terdiri dari tiga elemen utama, yaitu :
1 pengoptimalan kriteria dalam merancang bangun sistem, 2 proses rancang bangun sistem secara total,
3 proses rancang bangun sistem secara mendetail. Konsep model dari sistem penunjang keputusan menggambarkan
secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu 1
25
Pengguna Sistem
Manajemen
pengambil keputusan atau pengguna; 2 data; dan 3 model. Masing-masing komponen dikelola oleh sebuah sistem manajemen. Masukan dan keluaran
dari dan untuk pengguna dikelola oleh sistem manajemen dialog. Pengelolaan atau manipulasi data dilakukan oleh sistem manajemen basis
data. Sedangkan model dikelola oleh sistem manajemen basis model. Ketiga komponen dari sistem tersebut dikoordinasi oleh sebuah sistem
pengolahan terpusat Keen dan Morton 1978, di dalam Eriyatno 1999. Struktur dasar dari sistem penunjang keputusan dapat dilihat pada Gambar 4.
Data Model
Sistem Manajemen Sistem Manajemen
Basis Data Basis Model
Sistem Pengolahan Terpusat
Gambar 4. Struktur dasar sistem penunjang keputusan Eriyatno, 1999 Sistem manajemen dialog, menurut Minch dan Burns 1983 di dalam
Eriyatno 1999, adalah sub sistem dari sistem penunjang keputusan yang berkomunikasi langsung dengan pengguna, yakni menerima masukan dan
memberikan pengeluaran dari sistem. Sistem ini menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki oleh pengguna Eriyatno, 1999.
26 Sistem manajemen basis data harus bersikap interaktif dan luwes,
dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data Minch dan Burns 1983, di dalam Eriyatno 1999.
Sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkoputasi pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas
yang tergabung dalam permodelan sistem penunjang keputusan seperti pembuatan model, implementasi, pengujian, validasi, eksekusi dan
pemeliharaan model Eriyatno, 1999. Lebih lanjut Eriyatno 1999 menjelaskan bahwa sistem pengolahan
terpusat adalah koordinator dan pengendali dari operasi sistem penunjang keputusan secara menyeluruh. Sistem ini akan menerima masukan dari ketiga
subsistem lainnya dalam bentuk baku, serta menyerahkan keluaran ke sub sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula.
G. PENELITIAN TERDAHULU