Penelitian yang dilakukan oleh Widya 2003 menyebutkan bahwa kinerja tenaga sanitarian sangat berkaitan dengan faktor seperti karaktersitik tenaga
sanitarian, disiplin kerja, namun kelengkapan sarana kerja merupakan modal utama agar dapat bekerja secara maksimal. Pada dasarnya semua tugas pokok dan fungsi
tenaga sanitarian sudah dilakukan oleh tenaga sanitarian di Kabupaten Aceh Besar namun ada yang belum dilaksanakan dengan optimal karena kurangnya ketersediaan
sarana. Selain itu faktor pengetahuan sangat mempengaruhi kinerja seorang tenaga sanitarian. Seorang tenaga sanitarian yang memahami dengan baik tugas pokok dan
fungsi dari tenaga sanitarian cenderung dapat bekerja dengan baik karena sudah paham apa yang harus dilakukan, sebaliknya hal ini tidak berlaku pada tenaga
sanitarian dengan pengetahuan yang kurang baik.
5.2 Hubungan Pendidikan Tenaga Sanitarian dengan Kinerja
Hasil penelitian menunjukkan tenaga sanitarian dengan pendidikan dasar dan kinerja baik 25,0, tenaga sanitarian dengan pendidikan DIII Kesling dan kinerja
baik 53,7 serta tenaga sanitarian dengan pendidikan S1 dan kinerja baik 75,0. Hasil uji statistik chi square test x
2
diperoleh p0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antar
a pendidikan dengan kinerja tenaga sanitarian pada α=0,05, dengan kata lain tenaga sanitarian yang mempunyai kinerja baik adalah tenaga sanitarian
dengan pendidikan S1. Menurut asumsi peneliti bahwa adanya hubungan pendidikan dengan kinerja
didasarkan pada konsep dasar dari pendidikan yang memberikan bekal bagi karyawan
Universitas Sumatera Utara
untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan permasalahan pekerjaan yang dihadapinya. Karyawan yang secara rutin memperoleh pendidikan mempunyai
kecenderungan untuk menghasilkan output yang lebih baik dibandingkan karyawan yang tidak berpendidikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya 2003 tentang karakteristik tenaga sanitarian, disiplin kerja dan kaitannya dengan
kinerja di Puskesmas Cempaka Putih menjelaskan bahwa terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dengan disiplin kerja dan berdampak terhadap kinerja melalui
analisis jalur. Pada dasamya pendidikan merupakan proses yang berlanjut dan bukan
proses sesaat saja terutama disaat perkembangan teknologi dan pengetahuan berkembang pesat seperti saat ini, peran pendidikan dan pelatihan sangat besar
peranannya untuk membekali petugas agar lebih kreatif dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Sementara secara umum tujuan pelaksanaan
pendidikan dan adalah memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerja karyawandalam melaksanakan dan mencapai sasaran program-program kerja yang telah ditetapkan.
Semakin baik program pendidikan yang dilakukan oleh pengelola organisasi maka semakin terampil karyawannya dalam menyelesaikan pekerjaan.
Pendidikan tenaga sanitarian seharusnya mempunyai korelasi dengan tugas dan fungsi jabatan yang ada, untuk tenaga pelaksana maka pendidikan yang sesuai
adalah SPPH, jika semua tenaga sanitaraian dapat bekerja sesuai dengan jenjang atau jabatan serta sesuai dengan pendidikannya maka secara langsung kinerja juga akan
meningkat.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Hubungan Umur Tenaga Sanitarian dengan Kinerja