78
Ra2 Reference 3 “Kita kan guru juga, kita buat peraturan untuk anak-anak. nah kalau
kita sendiri ga menaati aturan ya gimana kan .. gitu juga mikirnya.. yaa untuk kedisiplinan bersama ya kenapa tidak.
Ra2 Reference 7 perubahan-perubahan aturan dari kepala sekolah. kadang kalau
mendadak kita sering kewalahan ya, seharusnya kan ada koordinasi, komunikasi. Kalau mau ada perubahan maunya kan disampaikan ke
kita juga, supa ya kita bisa siap-siap. Misalnya kita sedang mengerjakan satu tugas, nah tiba-tiba ada aja yang berubah gitu, kita
kan jadi kewalahan juga. Tapi ya, mesti dikerjain juga sih akhirnya. Kalau udah dibilang tugas kita ya kita kerjakan aja.
Ra2 Reference 8
“mungkin karena kesibukan kita juga, atau mereka orang kantor dengan kesibukan mereka juga yaa.. kadang kita udah sibuk sama
anak-anak jadi lupa nanya kesana. Karna kan kita disini ngajar gantian yaa.. jadi waktu memang lebih banyak untuk anak-anak. Ga
ada istirahat. Makan juga anak-anak kita temani.
2. Keinginan berbuat untuk organisasi
Saat ini, ibu Ra hanya berusaha menaati peraturan dan melaksanakan kewajibannya sebagai guru dengan menerapkan ilmu yang
ia miliki. Selain itu, ibu Ra juga merasa perlu menjaga nama baik sekolah dimanapun ia berada. Sebagai bagian dari sekolah ia menyadari bahwa
Kekurangankejadian yang memperburuk citra sekolah tidak boleh diceritakan kepada orang lain diluar sekolah. Menurutnya, citra sekolah
juga menunjukkan citra pribadinya karena ia juga merupakan bagian dari sekolah ini.
Ra2 Reference 1 “sebagai warga sekolah ?? ya kita menjaga nama baik sekolah lah
kan. Yaa apa-apa yang terjadi disini, yang menjatuhkan nama sekolah ya tidak kita ceritakan keluar. Itu satu.
Ra2 Reference 2
“karena kita sadar kita bagian dari sekolah ini. Kalau kita menjatuhkan sekolah, berarti kita juga menjatuhkan diri kita sendiri.
Dimanapun kita kan harus seperti itu ya kan.
Universitas Sumatera Utara
79
3. Keinginan kuat untuk tetap bersama dengan organisasi
Hingga saat ini ibu Ra masih berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar pendidikannya serta memiliki lingkungan kerja yang
sesuai dengan keinginannya dan dapat menjamin kesejahteraannya di masa yang akan datang. Selama ini ia bertahan di SDIT X karena
membutuhkan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan dan merasa senang karena berhubungan dengan anak-anak. Ia telah beberapa kali
mencoba melamar pekerjaan yang sesuai dengan latar pendidikannya, namun hingga saat ini ia belum diterima atau ia justru menolak tawaran
kerja karena lingkungan kerja yang ia rasa tidak cocok dengan keinginannya.
Ra1 Reference 1 “coba-coba yang lain, kan pingin juga sih yang sesuai dengan
kualifikasi pendidikan kan , pastinya Ra2 Reference 1
“biarpun besar gajinya tapi kita ga nyaman, ga da hijab gitu kan istilahnya ga mau juga
Ra2 Reference 2
“masak kekgini gini aja hidupnya. Kalau disini kan ga jelas masa depan itu gimana. Kalau gini-gini aja ya bosan laa.. kita kan butuh
juga kepastian untuk masa depan. Kesejahteraan. Misalnya masalah sakit saja kak, kalau kita sakit, kita juga harus bayar guru yang
gantikan kita kan, kita harus mikir juga biaya berobat kita. Karena disini kan ga ada asuransi. Makanya itu lah.. padahal kalau untuk
pekerjaannya dengan anak-anak itu kita betah. Tapi itu lah.. ya mau gimana yaa... jadi nya kita harus mikir lagi untuk kerjaan kita
kedepan ya kan..
Universitas Sumatera Utara
80
Komitmen organisasi ibu Ra
Ibu Ra menerima tawaran bekerja di SDIT X karena ia mengetahui bahwa lingkungan kerja di SDIT X sangat mendukung pelaksanaan ibadah
dan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis. Ia juga dapat memahami tujuan sekolah ini berkaitan dengan pembentukan akhlak mulia bagi siswa
sehingga ia berusaha menjadi contoh teladan bagi siswa-siswanya. Kondisi diatas menunjukkan bahwa ibu Ra menunjukkan penerimaan terhadap
tujuan organisasi. Penerimaan nilai-nilai organisasi ditunjukkan dengan kepatuhan
ibu Ra terhadap peraturan sekolah, bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
terjadi disekolah. Ibu Ra selalu menjaga kehadirannya disekolah dan tiba disekolah tepat waktu. Ia merasa tidak nyaman dengan perubahan-
perubahan peraturan yang sering terjadi di sekolah dan beratnya beban kerja sebagai guru di SDIT X, terutama bila ada tugas-tugas tambahan
yang sering datang mendadak. Meskipun demikian, ibu Ra berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu.
Selama ini ibu Ra tidak menunjukkan adanya keinginan untuk terlibat secara aktif dalam organisasi. Saat ini ia hanya menjalankan kewajibannya
saja seperti menyelesaikan tugas sebagai guru, mendidik siswa-siswa, mematuhi aturan-aturan sekolah, dan menjaga nama baik sekolah.
mengenai rencana pekerjaannya dimasa yang akan datang, Ibu Ra masih mencoba mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar pendidikan serta
Universitas Sumatera Utara
81
memiliki lingkungan yang sesuai dengan keinginannya dan menjamin kesejahteraan yang lebih baik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ibu Ra menunjukkan kecenderungan komitmen organisasi tingkat rendah. Meskipun dapat
menerima nilai dan tujuan organisasi, namun ia tidak menunjukkan keinginan untuk terlibat secara aktif dalam organisasi dan memiliki
keinginan untuk keluar dari SDIT X bila sudah mendapatkan pekerjaan lain yang sesuai dengan keinginannya
c. Ibu F Ciri-ciri komitmen organisasi pada guru SDIT X
1. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi
Ibu F memiliki latar pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN jurusan Matematika. Setelah menamatkan kuliah pada tahun 1998, ia mendapat
informasi bahwa akan dibuka Sekolah Dasar Islam Terpadu di Medan. Ia merasa sangat tertarik dengan konsep sekolah yang memadukan
pendidikan umum dan pendidikan agama, apalagi latar pendidikannya sangat sesuai dengan konsep tersebut. Oleh karena itu ia segera melamar
pekerjaan di SDIT X dan mengikuti proses seleksi yang berlaku pada saat itu.
F3 Reference 1 “dulu itu kan baru-baru ya, saya dengar dari teman mau dibangun
sekolah islam terpadu. Saya tertarik itu. Artinya kan sekolah yang memadukan pelajaran umum dengan islam ya. Latar pendidikan saya
kan dulu di IAIN jurusan matematik. Nah, waktu skripsi itu kepinginnya itu juga, bagaimana menjelaskan matematika melalui
ilmu agama, tapi karena butuh waktu akhirnya ga jadi. Cuma saya
Universitas Sumatera Utara
82
tertarik dengan perpaduan ilmu umum dan agama. Jadi ketika tau dibuka SDIT, saya coba melamar disini.
Ia mengikuti seleksi untuk menjadi guru di SDIT X bersama 30 hingga 35 pelamar lainnya. Mereka harus melalui 2 tes, yaitu psikotes dan
Tes membaca Al Quran. Ia berhasil lulus bersama 6 peserta lainnya. Saat ini, dari 7 orang yang diterima tersebut hanya tinggal ibu F saja yang
masih bekerja di SDIT X, sedangkan 6 guru lainnya sudah keluar karena alasan menikah, pindah dan meninggal dunia.
F2 Reference 1 “waktu awal awal disini pake tes. ada tes IQnya, ada tes Quran, kami
waktu itu ada berapa orang ya, sekitar 30 apa 35 orang. yang diterima cuma 7 termasuk untuk TU, guru dan TU
”. F2 Reference 2
“he-eh, tapi yang 7 itu ga ada lagi, udah keluar semua. ada yang suaminya PNS, keluar. rata-rata gitulah. apalagi ya ? karna nikah,
pindah, keluar. o, satu ada yang meninggal ”.
Selama 10 tahun lebih bekerja di SDIT X, ibu F menyadari bahwa tujuan SDIT X berhubungan dengna pembentukan akhlak siswa. Namun
dalam pelaksanaannya ia merasa sulit memahami tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah karena setiap tahun terjadi perubahan-perubahan
tujuan sekolah. Misalnya pernah sekolah ini ingin juga mengasuh anak- anak berkebutuhan khusus, sehingga guru-guru diikutkan pelatihan
mengenai cara mendidik anak dengan kebutuhan khusus. Namun di tahun berikutnya tidak ada kelanjutan mengenai hal tersebut. Tidak ada
sosialisasi mengenai tahapan-tahapan yang harus dilalui sehingga terkesan sekolah tidak memiliki arahan yang jelas. Kondisi ini membuat ibu F
menjadi bingung dan hanya menjalankan tugas sekolah seadanya saja.
Universitas Sumatera Utara
83
F1 Reference 7 “mungkin kepala sekolah juga punya tahapan-tahapan, tapi saya ga
tau lah ya. Tapi memang harus dikomunikasikan. Cenderungnya yang saya rasakan selama 13 tahun ini, kondisi seperti ini, kurikulumnya
ini, kita harus ini.. kayak kemaren, kita jadi sekolah inklusi, menerima anak berkebutuhan khusus, ya udah, beberapa guru diikutkan
pelatihan, ya udah, ikuttt… jadi kesannya kita kan menuju kesitu. Nah, nanti kurikulum 2013 kita kemana lagi, kalo saya melihat yang
jangka panjang nya belum terlihat. Padahal kalo menurut cerita beberapa sekolah dia punya kan rencana jangka panjangnya
kemana
”. F2 Reference 3
“ga tau juga saya yaa...selama saya disini, itu tadi saya bilang dari awal sejak saya disini sering berubah. ga paham saya. kemana
tujuannya juga ga tau saya ”.
F2 Reference 4 “Saya pun ga tau kedepannya mau jadi apa gitu. makanya saya
bilang kemarin, sederhana mungkin dan itu mungkin hal-hal yang kita pikirkan semua. akhlak anak yang baik, tapi kan dia ga punya... ga
punya...jangkauan yang jelas. ga ada tahapan yang jelas
”. F2 Reference 5
“saya kayaknya mulai apatis saya …. ya udah lah.. kalau kita memang masih berguna disini, kitapun masih butuh dengan pekerjaan
ini, ya udah lah.
Selain perubahan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah, ibu F juga merasakan sering terjadi perubahan-perubahan aturan sekolah
terhadap guru, seperti peraturan mengenai kehadiran dan waktu tiba di sekolah. Menurut ibu F, guru-guru SDIT X selalu di tuntut untuk menaati
peraturan, namun sangat jarang mendapatkan reward dari sekolah atas kepatuhannya terhadap peraturan sekolah. Meskipun demikian, ibu F tetap
berusaha menaati peraturan sekolah yang sudah ditetapkan. F3 Reference 2
“peraturan tentang itu lah, kehadiran ya, tidak boleh terlambat, Cuma itu ya memang kesan tidak konsisten ya. Dari dulu sampe
sekarang itu masalahnya itu itu aja. Ga selesai-selesai.
Universitas Sumatera Utara
84
F3 Reference 3 “kemudian kadang kita dituntut gitu harus mematuhi aturan ya, kayak
yang baru-baru ini lah, kalau terlambat kita dipotong uang transportasi. Nah, saya usulkan itu, kalau yang terlambat kan kena
sanksi, gimana kalau yang rajin nanti dikasi insentif, reward gitu. Selama ini kan peraturan itu selalu diikuti dengan sanksi, ga ada
reward. Padahal kalau dikasi reward mungkin kita akan lebih semangat ya. Nah, tapi nanti alasannya dari mana sekolah dapat
uang untuk biaya itu semua. Ya udah lah.. F3 Reference
“ya, namanya peraturan kita ikuti lah. selama ini, kalaupun terlambat saya termasuk jarang ya, kehadiran juga. Gitu saja.
Disamping perubahan tujuan sekolah dan aturan-aturan sekolah, ibu F merasa sangat senang bekerja di SDIT X karena kedekatan guru dan
siswa di SDIT X berbeda bila dibandingkan dengan sekolah lain, sehingga menjadikan sekolah ini unik dimatanya. Di SDIT X, setiap guru memiliki
kewajiban untuk mengawasi siswanya pada setiap kegiatan sekolah. Bagi ibu F, kewajiban tersebut membuat hubungan guru dan siswa menjadi
dekat. Kedekatan guru dan siswa merupakan hal penting agar guru mudah mengarahkan siswa, terutama yang berkaitan dengan adab-adab yang akan
membangun karakter mereka. Kedekatan hubungan guru dengan siswa menjadikan ibu F merasa menikmati pekerjaannya meskipun harus
menghadapi beban-beban kerja sebagai efek samping dari hubungan tersebut.
F1 Reference 6 Memang sekolah ini unik. Cobalah bandingkan dengan sekolah lain,
kedekatan siswa dan guru disini beda. mungkin kesannya siswa-siswa disini kelihatan mengkek dengan gurunya. Tapi bagi saya, kita ini
guru, pendidik. Pendidik itu kalo kita cenderung ga dekat sama anak,
kita ga bisa mengarahkan mereka. Gitu kan… jadi itu lah keunikan sekolah ini
Universitas Sumatera Utara
85
F1 Reference 1 Kita kedekatan dengan anak itu beda disini. Ngajar itu enjoy gitu
lho… memang satu sisi kan ada gitu yaa, beban-beban. Tapi begitu berhadapan dengan anak, dengan kondisi… kalo saya bilang kalau
kita saling jujur sama anak-anak, anak-anak itu pasti ngerti kondisi kita.
F3 Reference 8
“Kita sebagai guru kan, tidak cuma pelajaran yang kita berikan. Adab-adab itu ya.. walaupun sebenarnya kita akan capek kan,
kadang-kadang kita sedih karna misalnya nanti dikelas 6 ada cerita- cerita anak-anak ada yang pacaran. Itu sebenarnya gini ya.. itulah
manfaat kita bagi anak-anak. Bagi saya itu sih. Jadi bukan sekedar mereka pintar matematika, enggak
Setiap hari guru SDIT X senantiasa mendampingi siswa, baik pada saat jam belajar di kelas maupun kegiatan saat istirahat, seperti makan,
shalat dsb. Guru juga harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan siswa karena sekolah ini belum memiliki
fasilitas dan tenaga BK Bimbingan dan Konseling. Untuk itu diperlukan kerja sama antara guru dan asisten kelas dengan menjaga komunikasi
diantara keduanya. F1 Reference 2
“ada kan pekerjaan lain disekolah ini, misalnya menangani makan anak, shalat anak, itu kan kita semua
” .
F1 Reference 3 “itu nanti kalo ada masalah anak, kan kita sendiri yang
menyelesaikan. Kita kan ga ada BP disini. Harusnya kalo ada masalah anak yang sudah sangat memuncak gitu, biasanya kan ada
BP. Itu pernah juga saya usulkan. Cuma karena kondisi kita yaa… ya udah, selama ini kita berusaha untuk menyelesaikan sendiri
”. F1 Reference 4
“Saya pernah merasa dengan anak kelas rendah itu kan, makan harus kita temanin, dia menulis itu pelan-pelan kita tuntuuunnn terus.
Sampai nanti ada juga yang tertinggal. Nanti jam istirahat pertama harus diawasi juga. Jadi ga ada waktu. Kalau anak kelas tinggi,
inilah, bisa kita tinggalkan sementara waktu. Walaupun sebenarnya lebih baik kita disana, nanti kalo ada yang apa kan, kita tanyain
Universitas Sumatera Utara
86
abang ngapain bang ? yaaa… kita kerja sama dengan guru assisten juga”
F1 Reference 5 kalau saya piker kerja antara guru kelas dan asisten itu sama sih.
Yang beda Cuma tanggung jawab aja. Jadi kalo ada masalah dikelas, guru kelas yang harus tanggung jawab. Tapi tetap, asisten itu kan
harus tau juga. Dengan asisten kita juga tetap jaga komunikasi lah.
Selain tugas-tugas sehari-hari seperti membuat lesson plan, mengajar dan mengawasi siswa dalam setiap kegiatan sekolah, ibu F juga
memiliki tugas tambahan seperti pengisian-pengisian data siswa dan tugas- tugas lain dari Kepala Sekolah atau Yayasan. Kondisi ini sering membuat
ibu F tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Ia mengaku cara kerjanya juga tergolong lambat sehingga beberapa tugas tidak dapat diselesaikan
tepat waktu. Meskipun demikian, ia berusaha menyelesaikan pekerjaan, bahkan kadang harus mengorbankan waktunya untuk keluarga.
F3 Reference 5 “ada ajalah, pengisian-pengisian, padahal kita kan sudah punya
tugas rutin, kemudian mengawasi anak-anak gitu kan. Itu yang buat kadang jadi tidak selesai
F3 Reference 7
“memang kesannya kita ngajar 2 jam., tapi adaaa aja.Kalau di kelas berantakan, beresinnya... Beresin kelas aja ga siap-siap. Kadang-
kadang sih, apakah saya yang ini yaa.. apakah saya yang orangnya ini... tapi memang saya orangnya ga bisa kerja cepat, terus apa yaa...
ada orang yang kerjanya cepat, rapi gitu kan, saya ga bisa. saya kerjanya lambat baru bisa rapi. Jadi nanti kalau kelasnya udah apa,
berantakan lagi, kerjain lagi, berantakan lagi, ulang lagi.. F3 Reference 6
“diusahakan dikerjakan lah, malah kadang-kadang keluarga dikorbankan. Kadang ngerjainnya malam-malam gitu kan. Tapi
karena banyak tugas itu, jadi ada aja yang ga selesai.
Universitas Sumatera Utara
87
2. Keinginan berbuat untuk organisasi