dilakukan N’ ≤N. Apabila kondisi yang diperoleh adalah N’ lebih besar dari N
N’ ≥N, maka pengamatan harus dilakukan lagi. Sebaliknya jika harga N’ lebih
kecil daripada N N’ ≤N maka pengamatan yang dilakukan telah mencukupi
sehingga data bisa memberikan tingkat keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.
3.6. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
Yang dibutuhkan dalam melakukan pengukuran - pengukuran dalam sampling pekerjaan ini adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya maka harus diadakan pengukuran - pengukuran. Yang ideal
tentunya dilakukan pengukuran- pengukuran yang sangat banyak sampai tak terhingga kali misalnya, karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti.
Tetapi hal ini jelas tak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika dilakukan beberapa kali pengukuran saja, dapat
diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga, dan biaya yang besar tetapi hasilnya dapat
dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali, tetapi jelas tidak beberapa kali saja.
Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukur akan kehilangan sebagian kepastian akan ketetapan rata- rata waktu penyelesaian
yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh
Universitas Sumatera Utara
pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak.
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan
dalam persen dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan si pengukur
bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen.
3.7. Workload Indicator Staff Need WISN
9
Penetapan jumlah perawat di Rumah Sakit disesuaikan dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Sejumlah
praktisi, peneliti dan asosiasi telah melakukan riset untuk dapat menghitung kebutuhan tenaga perawat dengan mengembangkan metode untuk menghitung
kebutuhan tenaga perawat. Ada beberapa metode yang dipakai sebagai acuan untuk mennghitung jumlah kebutuhan tenaga perawat. Menurut SK Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 81MenkesSKI2004 salah satu metode yang telah dikembangkan Departemen Kesehatan untuk menghitung kebutuhan
9
Departemen Kesehatan RI,” Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Propinsi, KabKota Serta Rumah Sakit”, Jakarta: Depkes RI, 2004
Universitas Sumatera Utara
tenaga rumah sakit adalah metode Work Load Indicator Staff Need WISN, yang berakar pada beban kerja personel.
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja WISN adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada
beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah
dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Pada dasarnya metode WISN ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, atau bahkan dapat digunakan untuk
kebutuhan tenaga di Kantor Dinas Kesehatan Peter J. Shipp, 1998. Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5
langkah, yaitu: langkah, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia;
Adapun rumus waktu kerja tersedia yaitu: Waktu kerja tersedia = A - B+C+D+E x F
A = Hari kerja 6 hari kerjaminggu B = Cuti tahunan
C = Pendidikan dan pelatihan
Universitas Sumatera Utara
D = Hari libur nasional E = Ketidakhadiran kerja sesuai data rata-rata ketidakhadiran kerja selama
kurun waktu satu tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa pemberitahuan atau izin.
F = Waktu kerja waktu kerja dalam satu hari adalah 7 - 8 jam 2.
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit
kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan
masayarakat di dalam dan di luar RS. 3.
Menyusun standar beban kerja Standard beban kerja adalah volumekuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standard beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan pekerjaan rata-
rata waktu dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing- masing kategori tenaga.
Adapun rumus perhitungan standard beban kerja adalah sebagai berikut:
Standard Beban Kerja
Pokok Kegiatan
Peraturan waktu
rata -
Rata Tersedia
Kerja Waktu
=
4. Menyusun standard kelonggaran
Universitas Sumatera Utara
Penyusunan standard kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu
untuk menyelesaiakan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokokpelayanan.
Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya adalah menyusun standard kelonggaran dengan melakukan perhitungan
berdasarkan rumus di bawah ini.
Standard Kelonggaran
Tersedia Kerja
Waktu n
Kelonggara Faktor
- Per
Waktu rata
- Rata
=
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja. Rumus untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja per unit yaitu:
Kebutuhan SDM
an Kelongggar
Standar Kerja
Beban Standard
Pokok Kegiatan
Kuantitas +
=
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul, yang disusun berdasarkan
latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan teori-teori pendukung dalam pemecahan masalah, dan melakukan pengumpulan data baik
melalui literatur maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan data sampai kepada penarikan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian