3. Belajar menerima ekspositori yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan
yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki. 4. Belajar menerima ekspositori yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan
pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Menurut Ausubel dan Novak ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu : http:repository.upi.eduoperatoruploads_mat_060909_chapter2.pdf
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. 2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat
meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi
pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu: 1. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi
belajar bermakna. 2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa. 3. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
siswa.
2.1.3 Hubungan Teori Belajar Bermakna dan Konstruktivisme
Teori Belajar Bermakna Ausubel sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta
baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.
Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif. Ausubel
Journal Of educational psychology,51.267-272
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan
Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan
langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
2.1.4 Konstruktivisme
Piaget dalam Sagala 2003;22 mengemukakan suatu teori psikologi perkembangan yang berhubungan dengan unsur kognitif. Aspek-aspek perkembangan kognitif menurut yaitu
tahap 1 sensory motor; 2 pre operational; 3 concrete operational dan 4 formal operational. Aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari dosen.
Kontruksi berarti bersifat membangun. Menurut Sagala 2007:32 menyatakan bahwa Pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara psikologi
kognitif dan psikologi sosial. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham
karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Karakteristik pembelajaran yang dilakukan dalam teori belajar konstruktivistik adalah: 1 membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah
ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, 2 menempatkan siswa sebagai kekuatan
timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, 3 guru
bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai
interprestasi, dan 4 guru mengakui bahwa proses belajar dan penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola. Teori belajar
konstruktivistik yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan sumbangan besar dalam membentuk siswa menjadi kreatif, produktif, dan mandiri.
2.2 Konsep Sistem Pembelajaran