I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa    digunakan  tidak  hanya  untuk  mengungkapkan  isi  hati  dan  pandangan  manusia, melainkan  juga  menggambarkan  cara  bagaimana  orang  itu  menafsirkan  berbagai  kenyataan
dan menyusunnya kembali serta mengkomunikasikan kepada orang lain. Kian baik seseorang menguasai  bahasanya    dan  kian  banyak  bahasa  yang  dikuasainya  dengan  baik,  maka  orang
tersebut  mempunyai  kemampuan  berfikir  yang  tinggi.  Bahasa  Inggris  merupakan  salah  satu bahasa  yang digunakan secara luas dalam setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan,
pendidikan, kebudayaan, bisnis dan hiburan. Ketika kita berkomunikasi tentu ada pihak lain yang terlibat.
Pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua ada tiga aspek kebahasaan yang harus dikuasai
yaitu aspek bunyi bahasa, aspek tata bahasa dan aspek penguasaan kosakata. Ketiga aspek ini terlebur  dalam  empat  keterampilan  berbahasa  yaitu  keterampilan  mendengar,  berbicara,
membaca  dan  menulis.  Seseorang  dianggap  terampil  dalam  berbahasa  apabila  menguasai ketiga  aspek  dan  keempat  keterampilan  berbahasa  tersebut,  akan  tetapi  fakta  menunjukkan
bahwa  pembelajaran  Bahasa  Inggris  sebagai  bahasa  asing  di  Indonesia  belum  maksimal, seperti  terlansir  dalam  pidato  pengukuhan  guru  besar  Profesor  Bambang  Setiyadi  di
Universitas Lampung pada November 2009. Kegagalan ini dapat dibuktikan dengan  ketidak mampuan mahasiswa maupun lulusan perguruan tinggi menggunakan Bahasa Inggris dengan
baik  untuk  berkomunikasi  maupun  untuk    kepentingan  terapan  yang  lainnya.  Keberhasilan ataupun kegagalan suatu pendidikan pada dasarnya dapat dilihat dari perubahan tingkah laku
atau prestasi yang dicapai oleh  mahasiswa. Namun demikian  kalau tidak diperhatikan maka mereka lebih memilih  untuk berbicara dalam Bahasa Indonesia ataupun dalam bahasa daerah
sehingga  mereka  tidak  terlatih  dan  belum  mampu  menggunakan  Bahasa  Inggris  secara optimal. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-
pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Mahasiswa  dalam  pembelajaran  Bahasa  Inggris  dituntut  menguasai  tiga  aspek  bahasa  yaitu
pelafalan  pronunciation,  aspek  tata  bahasa  grammar  dan  aspek  kosa  kata  vocabulary. Ketiga  aspek  ini  direalisasikan  dalam  empat  keterampilan  berbahasa,  yaitu  keterampilan
mendengar,  berbicara,  membaca,  dan  menulis.  Fakta  di  lapangan  menunjukkan  bahwa  ada beberapa  permasalahan  yang  dapat  dijumpai  pada  mahasiswa  ABA  DCC  Bandar  Lampung
semester dua jurusan Bhasa Inggris tahun 2012, misalnya prestasi belajar mahasiswa pada di mata  kuliah  Speaking  2  belum  memuaskan.  Hal  ini  dapat  dilihat  pada  rata-rata  kelas  yang
dicapai mahasiswa.
Tabel 1.1 rata-rata kelas yang dicapai mahasiswa pada Speaking 2
NO Kelas
Nilai rata-rata 1
D3-BI1 65
2 D3-BI2
70 3
D3-BI3 68
Sumber : BAAK DCC Bandar Lampung
Dari  tabel  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  prestasi  belajar  mahasiswa  pada  mata  kuliah keterampilan berbicara Speaking 2 belum mencapai standar keberhasilan. Nilai yang harus
dicapai mahasiswa untuk standar keberhasilan adalah 71. Standar belum tercapai disebabkan oleh beberapa faktor seperti;  kurangnya penguasaan kosa kata, tidak pernah mencoba untuk
berkomunikasi  menggunakan  Bahasa  Inggris  dikelas  dan  malu  untuk  berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris.
Salah satu upaya yang terus digalakkan supaya terjadi peningkatan prestasi mahasiswa adalah
dengan  meningkatkan  motivasi  belajar  mahasiswa  yang  masih  kurang  dan  mengupayakan peningkatan  penguasaan  kosa  kata  yang  dimiliki  mahasiswa.  Sebagaimana  diketahui,
motivasi  adalah  unsur  psikologis  yang  mendorong  seseorang  untuk  berupaya  memperoleh keberhasilan terhadap apa yang dilakukannya.
Selain keterampilan siswa dalam berbicara masih rendah, pembelajaran juga belum dirancang
sesuai  prinsip  information  gap  task  dimana  mahasiswa  belum    dapat  berperan  aktif  dalam proses  pembelajaran  tersebut.  Dosen  masih  terlihat  dominan  dalam  pembelajaran,  seperti
ceramah  dan  memberikan  hafalan  sehingga  mahasiswa  lebih  banyak  duduk  dan  diam mendengarkan dosen selama proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris seharusnya mahasiswa terlibat aktif dalam pembelajaran menggunakan  Bahasa  Inggris  melalui  kegiatan  yang  menyenangkan,  namun  kenyataannya
mereka  kurang  aktif  dalam  proses  pembelajaran  hal  ini  terlihat  dari  kurang  antusiasnya mereka dalam  menerima materi  yang diberikan.  Tanpa disadari berbagai  kenyataan tersebut
seringkali  ditimpakan  pada  anak  didik  dengan  berbagai  alasan.  Namun  apabila  dicermati sungguh-sungguh  adakah  faktor  lain  yang  menyebabkan  rendahnya  hasil  belajar  Bahasa
Inggris mahasiswa? Misalnya faktor dosen. Apakah pembelajaran Bahasa Inggris selama ini baik  dan  menyenangkan?  Apakah  dosen  sudah  menggunakan  media  dan  teknik  bervariasi
untuk ketercapaian tujuan pembelajaran? Dalam  penggunaan  keterampilan  berbahasa,  dosen  seharusnya  dapat  lebih  optimal  dalam
proses  pelaksanaan  pembelajaran  Speaking  3  dengan  menggunakan  media  ataupun  teknik pembelajaran.  Mahasiswa  senang  dengan  adanya  inovasi  yang  diterapkan  dalam  proses
pembelajaran.  Mereka  akan  lebih  merespon  mata  kuliah  Bahasa  Inggris  dengan diterapkannya berbagai macam bentuk media ataupun teknik.
Kenyataan-kenyataan  di  atas  terjadi  juga  di  ABA  DCC  Bandar  Lampung,  melalui  diskusi
dengan  teman-teman  sejawat  ternyata  peneliti  sebagai  dosen  Bahasa  Inggris  menghadapi
masalah-masalah  seperti,  pembelajaran  terasa  monoton,  mahasiswa  merasa  bosan  untuk belajar Bahasa Inggris. Berikutnya diketahui pula bahwa dosen merupakan salah satu sumber
belajar  dalam  pembelajaran  Bahasa  Inggris.  Dosen  diharapkan  mampu  meyakinkan mahasiswa  untuk  berbicara  dengan  menggunakan  Bahasa  Inggris.  Dengan  demikian
mahasiswa  menjadi  terbiasa  menggunakan  Bahasa  Inggris  dalam  kegiatan  pembelajaran. Dengan  melihat  kenyataan  tersebut  muncul  pertanyaan  upaya  apakah  yang  seharusnya
dilakukan dosen untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang optimal? Masalah  lainnya  adalah  tentang  kriteria  evaluasi  dalam  pembelajaran  berbicara  yang  masih
belum digunakan secara optimal oleh dosen. Mengevaluasi keterampilan berbicara dianggap lebih  sulit  dibandingkan  keterampilan  berbahasa  lain,  karena  meliputi  beberapa  komponen
yang  harus  dikuasai  mahasiswa  seperti;  kosakata,  pengucapan,  kelancaran  dan  tata  bahasa sehingga perlu adanya kriteria penilaian berbicara yang lebih rinci. Peningkatan keterampilan
berbicara  mata  kuliah  Speaking  3  dengan  menggunakan  information  gap  task  pada mahasiswa  semester  3  ABA  DCC    Bandar  Lampung  perlu  diupayakan  secara  maksimal
dengan berbagai cara agar mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan berbicara. Proses  pembelajaran  dapat  dikembangkan  dengan  memberikan  berbagai  macam  media
seperti  media  animasi,  audio  visual  ataupun  teknik  seperti  teknik  information  gap  task. Menurut Yufrizal 2007:232 teknik information gap task dapat mendorong seseorang untuk
melakukan  negosiasi  makna,  dan  melalui  negosiasi  makna  terjadilah  pemerolehan  bahasa. Teknik  ini  dapat  memberikan  beberapa  keuntungan  yang  sangat  menarik  dan  menyediakan
input serta kesempatan bagi mahasiswa untuk penggunaan bahasa yang bermakna yang tentu saja dipandang penting bagi penguasaan bahasa, khususnya penguasaan kosakata yang dapat
membuat mahasiswa lancar dalam menerapkan komunikasi berbahasa Inggris.
1.2 Identifikasi Masalah