18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioproses Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS di Jalan Bridjen Katamso, Medan.
3.2 BAHAN 3.2.1 Bahan Baku
Bahan baku dalam percobaan ini adalah gliserol dari hasil samping proses pembuatan biodiesel. Crude Gliserol diambil dari salah satu industri pengolahan
minyak kelapa sawit menjadi biodiesel yang ada di Dumai dan dibawa ke laboratorium. Bakteri Klebsiella Pneumoniae yang diperoleh dari laboratorium
mikrobiologi Badan Pegawasan Obat dan Makanan BPOM Medan.
3.2.2 Bahan Purifikasi Gliserol
Bahan purifikasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah H
2
SO
4
5 yang diencerkan sebanyak 50 ml untuk setiap 150 ml gliserol, NaOH, aquadest, dan
karbon aktif 2 dari berat total gliserol.
3.2.3 Bahan Pembuatan Media Kultur Stok
Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan kultur stok adalah Klebsiella Pneumoniae, ekstrak sapi, pepton, margarin, glukosa, NaOH, dan HCl. Unsur makro
yaitu: FeCl
3
.6H
2
O, CaCl
2
.H
2
O, CuSO
4
.5H
2
O, MnSO
4
.4 H
2
O, ZnSO
4
.7H
2
O, aquadest, dan unsur mikro adalah : NH
4 2
SO
4
, MgSO
4
.7H
2
O, Na
2
SO
4
, KH
2
PO
4
.
3.2.4 Bahan Media Perhitungan Jumlah Bakteri Yang Tumbuh
Adapun bahan yang digunakan dalam mengetahui jumlah bakteri yang tumbuh adalah kultur stok Klebsiella Pneumonia yang telah dibiakkan, aquadest steril, dan
nutrien agar.
19
3.2.5 Bahan Analisa
3.2.5.1 Bahan Analisa Kadar Air Gliserol 1. Crude Gliserol
Fungsi : Sebagai bahan baku yang akan di analisa kadar airnya. 3.2.5.2 Bahan Analisa Densitas Gliserol
1. Crude Gliserol Fungsi : Sebagai bahan baku yang akan di analisa densitasnya.
2. Aquadest Fungsi : Sebagai bahan kalibrasi piknometer.
3.2.5.3 Bahan Analisa Kadar Abu 1. Crude Gliserol
Fungsi : Sebagai bahan baku yang akan diketahui kadar abunya. 3.2.5.4 Bahan Analisa Free Fatty Acid FFA Gliserol
1. Crude Gliserol Fungsi : Sebagai bahan baku yang akan diketahui kadar FFAnya.
2. Etanol 95 Fungsi : Sebagai pereaksi dengan gliserol.
3. NaOH 0,1 N Fungsi : Sebagai bahan pentiter.
4. Phenopthalein Fungsi : Sebagai indicator
5. Aquadest Fungsi : Sebagai pelarut universal
3.2.5.5 Analisa Kromatografi Gas Analisis kromatografi gas dilakukan pada gliserol dan 1,3-Propanadiol.
Analisis krmatografi gas juga dilakukan pada hasil fermentasi setelah separasi dengan menggunakan distilasi. Analisis kromatografi gas dilakukan dengan
menggunakan GC QP 2010 Shimadzu dengan automatic sampling system yang mampu menganalisis 50 scans perdetik. Kolom yang digunakan DB 5 HT dengan
bahan pengisi 100 dimethyl polysiloxane, yang mampu menganalisis senyawa essential oils, hydrocarbons, semivolatiles dan pesticides. Analisis GC dilakukan
20 dengan menggunakan pelarut aquadest dengan gas pembawa helium dengan kondisi
pengaturan temperatur pada alat GC Colom, Injection, Ion Source dan Interface. Tabel 3.1 Program Pengatur GC
Parameter Nilai
Satuan
Temp Oven Kolom 60
C Temp Injeksi
370 C
Tekanan 100
kPa Kec Aliran
125,1 mlmin
Kecepatan Kolom 2,42
mlmin Temp Sumber Ion
370 C
Temp Permukaan 360
C 3.3 PERALATAN
1. Erlenmeyer Fungsi : Sebagai tempat fermentasi berlangsung
2. Kromatografi gas Fungsi : Sebagai alat analisa kandungan dari suatu bahan
3. Beaker glass Fungsi : Sebagai wadah larutan
4. Gelas ukur Fungsi : Sebagai alat mengukur volume suatu larutan
5. Corong gelas Fungsi : Sebagai alat letaknya kertas saring untuk memisahkan padatan dari
gliserol 6. Oven
Fungsi : Sebagai alat untuk memisahkan gliserol dan air 7. Autoclave
Fungsi : Sebagai alat untuk mensterilkan peralatan yang digunakan dalam fermentasi
8. Counter coloni Fungsi : Sebagai alat untuk mengetahui jumlah koloni yang tumbuh
21 9. Distilasi
Fungsi : Sebagai alat untuk memisahkan hasil fermentasi
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Prosedur Purifikasi Gliserol
Gliserol disiapkan dalam suatu beaker glass, lalu dipanaskan pada suhu 60 C
selama 1 jam untuk menguapkan kandungan metanol yang masih terdapat pada gliserol, setelah itu ditambahkan H
2
SO
4
5 sehingga terbentuk 2 lapisan, dimana lapisan bawah adalah gliserol murni dan lapisan atas adalah senyawa yang terdapat
pada crude gliserol dan menghasilkan pH 2. Larutan gliserol yang sudah diperoleh dari pemisahan ditambahkan larutan NaOH hingga pH gliserol netral pH 7.
Kemudian dipanaskan supaya terbentuk garam Na
2
SO
4
dan disaring untuk memisahkan garam dengan gliserol. Larutan gliserol kemudian ditambahkan dengan
karbon aktif 2 dari berat total gliserol untuk mengurangi warna pada gliserol tersebut, dipanaskan pada suhu 80
C dan dibiarkan selama 12 jam dan disaring untuk memisahkan karbon aktif dengan gliserol [8, 9, 13].
1. Crude Gliserol dimasukkan ke wadah dan dipanaskan pada suhu 60 C untuk
menguapkan alkohol yang masih terkandung. 2. Ditambahkan dengan H
2
SO
4
5 sebanyak 50 ml untuk setiap 150 ml Crude Gliserol sehingga menghasilkan pH 2 dan dibiarkan selama 30 menit.
3. Setelah terbentuk 2 lapisan, dipisahkan, dimana lapisan bawah gliserol dan lapisan atas senyawa yang lain selain gliserol.
4. Gliserol yang didapat ditambahkan NaOH hingga pH netral pH 7, lalu dipanaskan dan disaring.
5. Gliserol yang didapat ditambahkan karbon aktif 2 dan dibiarkan selama 12 jam dan dipanaskan, lalu disaring.
3.4.2 Prosedur Analisa Gliserol Metode SNI
Gliserol sebanyak 0,5 g dilarutkan dalam 50 ml air akuades lalu ditambah indikator biru bromtimol sebanyak 5 tetes. Larutan kemudian diasamkan dengan
H
2
SO
4
0,2 N sampai terbentuk warna kuning kehijauan. Larutan dinetralkan dengan NaOH 0,05 N secara hati-hati sampai terbentuk warna biru. Setelah itu, larutan
22 tersebut ditambah NaIO
4
sebanyak 50 ml lalu diaduk secara perlahan. Larutan selanjutnya ditutup dan didiamkan dalam ruangan gelap pada suhu kamar selama 30
menit. Larutan kemudian ditambah etilena glikol sebanyak 10 ml lalu ditutup dan didiamkan dalam ruangan gelap pada suhu kamar selama 20 menit. Larutan
diencerkan dengan 300 ml air akuades, kemudian ditambah 3 tetes indikator biru bromtimol. Larutan hasil campuran tersebut ditirasi perlahan-lahan dengan NaOH
0,5 N sampai terbentuk warna biru. Proses tersebut juga dilakukan untuk perlakuan blangko. Kadar gliserol dihitung dengan rumus di bawah ini [24].
Dengan; T1 = volume NaOH untuk titrasi contoh ml
T2 = volume NaOH untuk titrasi blangko ml N = normalitas NaOH
W = bobot contoh g Faktor gliserol = 9,209
3.4.3 Penentuan Kadar Free Fatty Acid FFA Gliserol
Penentuan kadar asama lemak bebas FFA berdasarkan langkah-langkah berikut [25]:
1. sampel sebanyak 20 gram dimasukkan kedalam erlenmeyer dan di larutkan
dengan 100 ml etanol 95 . 2.
Dikocok hingga rata, dan diambil 10 ml untuk dianalisa. 3.
Campuran larutan ditambahkan 3 tetes indikator phenolphalein. 4.
Campuran dititrasi dengan 0,1 N natrium hidroksida sambil diaduk hingga berubah warna menjadi merah muda selama 30 s.
5. Persentase FFA dihitung dengan persamaan :
3.1
3.2
23
3.4.4 Penentuan Densitas Gliserol
Piknometer terlebih dahulu dikalibrasi dengan air pada suhu 30 C, dimana
piknometer diisi air hingga penuh, lalu dicatat berat air untuk menghitung volume piknometer yang digunakan. Dimasukkan sampel ke dalam piknometer hingga penuh
kemudian dilakukan penimbangan piknometer yang telah berisi sampel sampai menunjukkan angka yang konstan. Penentuan densitas dihitung berdasarkan
persamaan berikut:
3.4.5 Penentuan Kadar Air Gliserol [25]
Sebanyak 10 gram sampel dimasukkan kedalam cawan penguap. Sampel dalam cawan tersebut dipanaskan di dalam oven pada suhu 105
o
C selama ± 3 jam lalu didinginkan di dalam desikator yang berisi silica gel selama 30 menit dan ditimbang
beratnya sampai menunjukkan angka timbangan yang konstan. Kadar air dari sampel dihitung dengan persamaan berikut:
3.4.6 Penentuan Kadar Abu Gliserol [25]
Cawan penguap yang telah di panaskan di dalam oven pada suhu 105
o
C selama 60 menit dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang
berat kosongnya. Sampel sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam cawan penguap lalu di panaskan ke dalam furnace pada suhu 550-650
o
C selama 3 jam, lalu didinginkan dan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang
beratnya sampai menunjukkan angka timbangan yang kostan. Kadar abu dari sampel dapat dihitung dengan persamaan berikut:
100 x
sampel berat
cawan berat
abu berat
cawan berat
Abu Kadar
− +
=
3.3 3.4
3.5
3.6
24
3.4.7 Pembuatan Media Pertumbuhan
Pembuatan media pertumbuhan bakteri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Unsur Makro : 20 gr FeCl
3
.6 H
2
O, 10 gr CaCl
2
H
2
O, 0,03 gr CuSO
4
.5 H
2
O, 0,05 gr MnSO
4
.4 H
2
O, 0,1 ZnSO
4
.7H
2
O dilarutkan di dalam 1 liter aquadest. Kedalam larutan, unsur mikro ditambahkan seperti NH
4 2
SO
4
0,5 gr, MgSO
4
.7H
2
O 0,4 gr, Na
2
SO
4
9,65 gr, KH
2
PO
4
2,65 gr. Ditambahkan nutrisi tambahan seperti ekstrak sapi 3 gr, pepton 3 gr, margarin 10 gr, 10 gr glukosa. Larutan pertumbuhan media
kemudian diukur pHnya. pH larutan harus antara 6,4-7,4, jika larutan dalam keadaan asam maka diberikan larutan NaOH tetes demi tetes hingga mencapai pH yg telah
ditentukan. Jika larutan dalam keadaan basa maka ditambahkan HCl tetes demi tetes hingga mencapai pH yang sesuai. Larutan kemudian dipanaskan sampai medidih dan
dibiarkan dingin, kemudian larutan yang terdapat di dalam erlenmeyer ditutup menggunakan kapas dan dibungkus dengan kertas serta diikat menggunakan karet,
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklav pada suhu 121 selama 20 menit [18].
3.4.8 Pembuatan Kultur Stok
Tempat pembuatan kultur stok terlebih dahulu disterilisasi dengan sinar UV selama 30 menit. Kultur stok dibuat dengan mengambil kultur mutan Klebsiella
Pnemonia kemudian dimasukkan dalam media pertumbuhan, kemudian diinkubasi dalam inkubator statis selama 3 hari pada temperatur 37
C. Kultur kemudian dapat digunakan dalam fermentasi [13].
3.4.9 Prosedur Perhitungan Jumlah Bakteri
Untuk mengetahui jumlah bakteri yang tumbuh dapat dilakukan dengan cara yaitu sebanyak 10 gr nutrien agar dilarutkan ke dalam 500 ml aquadest. Kemudian
dipanaskan hingga mendidih. Larutan nutrien agar yang terdapat didalam erlenmeyer ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas serta diikat dengan karet. Larutan
yang sudah ditutup disterilkan di dalam autoklav pada suhu 121 C selama 20 menit.
Kemudian larutan didinginkan hingga suhu 35 C.
Untuk mengetahui jumlah bakteri yang tumbuh, dilakukan teknik pengenceran 10
8
dengan cara yaitu 8 buah tabung reaksi diisi masing-masing
25 sebanyak 9 ml aquadest steril lalu ditutup dengan kapas dan tabung reaksi sudah
ditandai dengan angka 1-8. Sebanyak 1 ml kultur stok yang sudah dibiakkan selama 2 hari dimasukkan kedalam tabung reaksi no 1, dan dilakukan pengadukkan vorteks,
lalu 1 ml diambil dari tabung reaksi no 1 dan dimasukkan kedalam tabung reaksi no 2 dan seterusnya hingga tabung no 8 berisi 1 ml dari tabung no 7.
Perhitunggan jumlah bakteri dikakukan pada pengenceran ke 6,7, dan 8 dengan cara yaitu sebanyak 1 ml dari setiap pengenceran dimasukkan ke dalam
cawan petri secara dupplo lalu setiap cawan diisi dengan nutrien agar yang sudah dingin sebanyak ½ dari tinggi cawan petri. Cawan petri yang sudah berisi dibiarkan
selama 2 hari. Setelah 2 hari, setiap cawan petri dilihat jumlah bakteri yang ada dengan coloni counter sehingga diperoleh jumlah bakteri yang tumbuh pada media
pertumbuhan [26].
3.4.10 Prosedur Fermentasi
1. Diambil gliserol sesuai variable yang sudah ada dan dimasukkan ke fermentor
2. Kemudian ditambahkan bakteri Klebsiella Pnemonia yang telah diremajakan.
3. Gliserol yang sudah bercampur bakteri Klebsiella Pnemonia difermentasi
selama selang waktu pada suhu 37
o
C [13].
3.4.11 Analisa 1,3 Propanadiol
Hasil fermentasi berupa 1,3 Propanadiol dianalisa dengan menggunakan kromatografi gas sehingga didapat kadar 1,3 Propanadiol yang terbentuk.
26
3.5 FLOWCHART PENELITIAN
3.5.1 Purifikasi Gliserol
Dipanaskan
A Ya
Larutan yang didapat ditambahkan dengan karbon aktif 2 dari massa total gliserol
Dipanaskan pada suhu 60 C dan dibiarkan selama 12 jam
Disaring
Disaring Apakah terbentuk
garam? Tidak
Mulai Crude Gliserol dimasukkan kedalam wadah dan
dipanaskan pada suhu 60 C selama 1 jam
Didiamkan selama 30 menit Terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah gliserol dan lapisan atas senyawa selain gliserol
Dipisahkan dengan corong pisah Ditambahkan H
2
SO
4
Gliserol ditambahkan larutan NaOH hingga mencapai pH netral
Garam Diukur volume gliserol
Karbon aktif
27 Gambar 3.1 Flowchart Purifikasi Gliserol
3.5.2 Penentuan Kadar Gliserol
Selesai A
Air pada gliserol diuapkan Gliserol dianalisa
Air
Sampel 0,5 gram di tambahkan 50 ml aquadest
Ditutup dan didiamkan di tempat gelap pada suhu kamar 30 menit Ditambahkan 5 tetes indikator biru bromtimol
Mulai
Ditambahkan H
2
SO
4
0,2 N hingga berwarna kuning kehijauan Dinetralkan dengan NaOH 0,05 N hingga berwarna biru
Ditambahkan NaIO
4
sebanyak 50 ml dan diaduk
Ditambahkan etilena glikol sebanyak 10 ml dan
Ditutup dan didiamkan di tempat gelap pada suhu kamar 20 menit
Ditambahkan 300 ml aquadest Ditambahkan 3 tetes indikator biru bromtimol
A
28 Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Kadar Gliserol
3.5.3 Penentuan Kadar Free Fatty Acid FFA
Gliserol sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 100 mL etanol 95
Ditambahkan 3 tetes phenolpthalein Mulai
Dikocok hingga rata Diambil 10 ml
Ya Tidak
Hitung kadar gliserol Selesai
Apakah warna larutan biru?
Ya Dititrassi dengan NaOH 0,5 N
A
A
29 Gambar 3.3 Flowchart Penentuan Kadar FFA
3.5.4 Penentuan Densitas Gliserol
Dititrasi dengan 0,1 N NaOH
Apakah warna larutan merah muda
?
Ya A
Presentase FFA dihitung
Selesai
Mulai
Piknometer kosong terlebih dahulu ditimbang Piknometer dikalibrasi dengan air
Piknometer diisi dengan air hingga penuh, lalu ditimbang
Piknometer diisi dengan sampel hingga penuh
Dihitung volume piknometer
A
30 Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Densitas Gliserol
3.5.5 Penentuan Kadar Air Gliserol
Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Kadar Air Gliserol Dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit
Cawan penguap ditimbang
Dipanaskan pada suhu 105 C selama 2 jam
Dimasukkan ke dalam desikator dan ditunggu selama 30 menit Ditimbang
Selesai Diisi dengan 10 gram gliserol
Mulai
Dihitung kadar air Cawan penguap dipanaskan selama 30 menit
Mulai Ditimbang dan dicatat berat sampelnya
Densitas gliserol dihitung Selesai
A
Dicatat berat gliserol
31
3.5.6 Flowchart Penentuan Kadar Abu Gliserol
Gambar 3.6 Flowchart Penentuan Kadar Abu Gliserol Selesai
Dihitung kadar abu Cawan porselin dipanaskan selama 30 menitdi dalam oven
Didinginkan selama 30 menit di dalam desikator Cawan porselin ditimbang
Dipanaskan di dalam furnace pada suhu 550-600 C selama 3 jam
Didinginkan selama 30 menit dalam desikator Ditimbang berat cawan + abu
Cawan porselin diisi dengan 10 gram gliserol Mulai
32
3.5.7 Pembuatan Media Pertumbuhan
Gambar 3.7 Flowchart Pembuatan Media Pertumbuhan Mulai
Sebanyak 1 liter aquadest dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Dipanaskan hingga mendidih dan didinginkan sampai suhu kamar
Selesai Disimpan dalam kulkas
Dimasukkan unsur makro 20 gr FeCl
3
.6 H
2
O, 10 gr CaCl
2
H
2
O, 0,03 gr CuSO
4
.5 H
2
O, 0,05 gr MnSO
4
.4 H
2
O, 0,1 ZnSO
4
.7H
2
O
Ditambahkan ekstrak sapi 3 gr, pepton 3 gr, margarine 10 gr, 10 gr glukosa, NH
4 2
SO
4
0,5 gr, MgSO
4
.7H
2
O 0,4, Na
2
SO
3
9,65 gr, KH
2
PO
4
2,65 gr
Dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 selama 20 menit
33
3.5.8 Prosedur Pembuatan Kultur Stok
Gambar 3.8 Flowchart Pembuatan Kultur Stok
3.5.9 Prosedur Perhitungan Jumlah Bakteri
Kedalam media pertumbuhan dimasukkan kultur bakteri Klebsiella pneumoniae
Diinkubasi selama 2 hari pada suhu 37
Selesai Disimpan dalam cool chamber
Tempat pembuatan kultur stok disterilisasi dengan sinar UV selama 30 menit
Mulai
Mulai
Campuran dipanaskan hingga mendidih dan didinginkan
hingga suhu 35 C
Nutrien agar sebanyak 10 gr larutkan dengan aquadest 500 ml
Sediakan 8 buah tabung reaksi yang berisi dengan 9 ml aquadest steril
Dimasukkan 1 ml kultur stok yang sudah dibiakkan selama 2
hari kedalam tabung reaksi no 1 Diambil 1 ml campuran dari tabung
reaksi no 1 dan dimasukkan ke tabung reaksi no 2, dilakukan
seterusnya hingga tabung reaksi no 8 yang berisi 1 ml campuran dari
tabung reaski no 7.
B A
34 Gambar 3.9 Flowchart Perhitungan Jumlah Bakteri
3.5.10 Fermentasi Gliserol
Gambar 3.10 Flowchart Fermentasi Gliserol Mulai
Diambil gliserol sesuai variable yang sudah ada dan dimasukkan ke fermentor
Bakteri dengan jumlah tertentu dimasukkan ke dalam fermentor dan ditutup rapat
Selesai Apakah masih
ada variasi lain? Ya
Tidak Gliserol yang sudah bercampur bakteri difermentasi
selama selang waktu tertentu pada suhu 37 C.
Selesai Diambil 0,1 ml campuran dari
tabung reaksi no 6,7,8 dan dimasukkan ke masing-masing
cawan petri secara dupplo Dibiarkan selama 2 hari
Dilihat dibawah coloni counter Dihitung jumlah koloninya
A B
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PEMURNIAN GLISEROL
Crude gliserol yang digunakan dalam penelitian ini adalah crude gliserol dari pabrik biodiesel yang berasal dari Dumai yang telah dianalisa analisa kandungannya
seperti densitas, FFA, kadar air, kadar abu, dan kemurnian gliserol. Dalam pembuatan 1,3-Propanadiol terlebih dahulu dilakukan pemurnian crude gliserol
dengan menggunakan asam sulfat H
2
SO
4
. Pada proses pemurnian ini dilakukan 4 tahap untuk menghasilkan gliserol yang memiliki kemurnian yang tinggi, yaitu
pengasaman, penetralan, bleaching, dan penguapan air. Pada tahap pengasaman, dilakukan penambahan asam sulfat ke dalam crude
gliserol sehingga terbentuk 2 lapisan yang dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Proses Pengasaman Crude Gliserol dengan Asam Sulfat Lapisan atas merupakan asam lemak bebas yang terdapat pada gliserol dan
hasil reaksi antara asam sulfat dengan sabun yang terkandung dalam crude gliserol. Reaksi terbentuknya asam lemak bebas dapat dilihat pada reaksi di bawah ini.
RCOOK + H
2
SO
4
2RCOOH + K
2
SO
4
+ H
2
SO
4
sisa sabun asam sulfat
asam lemak Pada reaksi sabun dengan asam sulfat tidak hanya menghasilkan asam lemak
bebas, tetapi juga menghasilkan garam yang terlarut yaitu kalium sulfat. Garam kalium sulfat juga dapat terbentuk dari katalis basa KOH yang terdapat pada
gliserol [27], reaksi antara KOH dengan asam sulfat dapat dilihat pada reaksi dibawah ini.
36 2KOH +
H
2
SO
4
K
2
SO
4
+ H
2
O + H
2
SO
4
katalis basa asam sulfat kalium sulfat Terdapatnya asam sulfat yang terkandung pada gliserol yang merupakan hasil
pengasaman akan dinetralkan dengan penambahan natrium hidroksida. Reaksi penetralan asam sulfat dengan NaOH dapat dilihat pada reaksi di bawah ini.
H
2
SO
4
sisa + K
2
SO
4
+ NaOH K
2
SO
4
+ Na
2
SO
4
+ 2H
2
O Pada proses ini diperoleh endapan natrium sulfat dan kalium sulfat yang larut di
dalam larutan gliserol yang netral. Pemisahan garam terlarut dalam gliserol dilakukan dengan pemanasan sehingga mempercepat terbentunya garam [8].
Gambar 4.2 Garam Yang Terbentuk setelah Pemanasan Gliserol yang dihasilkan masih berwarna merah kecoklatan yang belum sesuai
dengan sifat gliserol aslinya, oleh karena itu dilakukan proses bleaching dengan penambahan karbon aktif. Warna gliserol yang dihasilkan setelah penambahan
karbon aktif adalah bening seperti pada gambar 4.3. Gliserol murni mempunyai warna bening [28]. Gliserol tersebut masih mengandung air, untuk itu perlu
dilakukan pemisahan dengan memanaskan gliserol pada oven dengan suhu 105-110
o
C selama 5 jam.
Gliserol Endapan garam
37 Gambar 4.3 Gliserol hasil pemurnian
Gliserol hasil pemurnian yang diperoleh dianalisa warna, densitas, Free Fatty Acid FFA, kadar air, kadar abu, dan kemurnian gliserol.
4.2 ANALISA GLISEROL