Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 Pentingnya menjaga kesehatan ibu selama masa kehamilan sangat
bepengaruh terhadap tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, ibu diharapkan dapat mengontrol pola makannya walaupun terdapat beberapa alasan untuk
tidak dapat memenuhi pola makan seimbang. Terjadinya perubahan hormon merupakan salah satunya. Selama masa kehamilan ibu dapat mengontrol
keseimbangan gizi, salah satunya dengan mengontrol berat badan. Selama trimester pertama kisaran pertambahan berat badan sebaiknya 1-2 kg.
Sedangkan trimester kedua dan ketiga sekitar 0,34-0,5 kg perminggu untuk ibu hamil dengan berat badan normal Siti Misaroh Ibrahim M dan Atikah
Proverawati, 2010: 45-46. Bila ibu mengalami risiko KEK selama hamil akan menimbulkan masalah,
baik pada ibu maupun janin. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kondisi ibu dalam keadaan KEK bisa berasal dari riwayat ibu yang memiliki berat badan
rendah, ataupun kurang dalam mencukupi kebutuhan makannya. KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia,
berat badan ibu tidak bertambah secara normal, KKP, produksi ASI kurang. Terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
sektio secario, pendarahan, dan persalinan lama. Pengaruhnya terhadap janin adalah kegagalan
pertumbuhan, BBLR, premature, lahir cacat, dan keguguran Desi Purwitasari dan Dwi Maryanti, 2009: 37. Berdasarkan catatan di PUSKESMAS Bobotsari
tahun 2013, terjadi peningkatan dari tahun 2012 yaitu dari 3.5 menjadi 6.66 di tahun 2013.
Secara spesifik penyebab KEK adalah akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan dalam pemenuhan gizi dan pengeluaran energi. Masalah yang
5 sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan musiman secara kronis di
tingkat rumah tangga, distribusi rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya beban kerja ibu hamil. Seperti ibu hamil yang masih bekerja dengan
pekerjaan yang berat demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu adalah beberapa faktor yang penting berkaitan dengan gizi ibu hamil, adalah kehamilan
ibu pada usia muda yang terlalu muda kurang dari 20 tahun, kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun,
kehamilan yang terlalu sering, dan kehamilan yang terlalu tua lebih dari 35 tahun Siti Asfuah dan Atikah Proverawati, 2009: 47. Usia 25-32 tahun adalah
usia yang paling baik untuk hamil dan menjalani proses melahirkan Ari Istiany dan Rusilanti: 2013: 60. Hal tersebut pula menjadi penyebab yang terdapat di
Kecamatan Bobotsari bahwa dari 25 ibu hamil yang mengalami KEK, terdapat lebih dari 15 orang ibu hamil yang baru berusia di bawah 25 tahun, yaitu berusia
17-24 tahun. Berdasarkan penelitian Surasih 2005, faktor-faktor yang mempengaruhi
KEK antara lain: jumlah asupan energi, beban kerja ibu hamil, pendapatan
keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi. Analisa pola makan diperuntukan untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang dikonsumsi ibu dalam
memenuhi kebutuhan energinya dalam waktu tertentu. Sehingga dilakukanlah pencatatan konsumsi pangan ibu hamil yang terkena KEK.
Seorang remaja yang memiiki resiko KEK ataupun ibu hamil yang mengalami KEK pada saat persalinanatau melahirkan dikhawatirkan bayi yang
dilahirkan memliki berat badan yang rendah, berat badan lahir rendah dapat dikarenakan prematur ataupun janin terhambat pertumbuhannya. Keadaan itu
6 mengakibatkan jeleknya kualitas SDM yang dihasilkan pada masa mendatang
karena organ yang bekerja tidak tumbuh dan berkembang secara maksimal. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia
subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm Atikah Proverawati dan Siti Asfuah, 2009: 178.. Apabila
Lingkar Lengan Atas seorang ibu kurang dari 23,5 cm, maka dapat diperkirakan bahwa ibu hamil mengalami KEK. Sehingga membutuhkan perhatian yang khusus
dalam merawat masa kehamilannya, salah satunya dengan mengatur pola makan. Pola makan ibu hamil tidak terlepas dari perubahan hormonal yang
berlangsung selama kehamilan, yang diduga sebagai pemicu terjadinya mual dan muntah sehingga ibu cenderung enggan mengonsumsi makanan yang memang
dibutuhkan oleh dirinya dan janin, keadaan ini terjadi pada trimester pertama Atikah Proverawati dan Siti Asfuah, 2009: 49. Walaupun demikian, apabila ibu
memiliki pengetahuan yang luas akan kebutuhan gizi ibu dan janin, maka seharusnya ibu harus tetap mengonsumsi makanan yang bergizi, dengan
mengatasinya melalui makanan pengganti yang memiliki nilai gizi yang sama, atau mengonsumsi makanan yang tidak memiliki bau yang tajam.
Bahan makan yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi rasa mual adalah makanan yang banyak mengandung vitamin B1 seperti makanan hasil laut Ari
Istiany dan Rusilanti, 2013:63. Ibu hamil juga harus menambahkan makanan yang mengandung zat besi tinggi pada makanan yang hendak dikonsumsinya.
Hal tersebut juga memengaruhi pola makan ibu hamil terhadap jenis bahan makanan yang ditambahkan selama ibu mengandung.
7 Pengaturan pola makan disini berdasarkan pada bagaimana ibu mengatur
keberagaman jenis makanan dalam suatu menu. Seorang ibu dengan kondisi yang demikian biasanya akan memilih bahan makanan yang terlalu sering
dikonsumsi, bahkan nyaris tidak berubah, karena pada dasarnya seseorang sudah memiliki menu yang relative tetap terhadap makanan yang dikonsumsinya
Arisman, 2010: 208. Apabila ibu hamil masih bekerja maka ibu akan memilih bahan makanan yang cepat dalam pengolahannya dan mengutamakan anggota
keluarga dibandingkan dengan makanan yang dibutuhkannya sendiri.