Teknik Pengumpulan Data METODE PENELITAN
49 IMT
: Indeks Metabolisme Tubuh TB
: Tinggi Badan m BB
: Berat Badan kg Selanjutnya dicari kebutuhan energi ibu hamil, menggunakan rumus
cepat 1 Sunita Almatsier, 200: 20: Tabel 8. Perhitungan Energi
Kebutuhan EMB AMB……… 0.95 kal x BB x 24 jam
= A kalori AMB + Aktivitas fisik…………
AMB x A kalori = B kalori
Kebutuhan energi sehari = B kalori Setelah didapat kebutuhan kalorinya kemudian ditambahkan dengan 150
kkal untuk ibu hamil pada trimester I dan 350 kkal untuk ibu hamil pada trimester II dan III sebagai energi tambahan. Selanjutnya angka kecukupan gizi
ibu hamil tersebut ditambah 600-700 kkal sebagai energi tambahan untuk mencapai berat badan ideal, apabila terdapat ibu hamil yang mengonsumsi
energi lebih, agar kedepannya tidak tetap dalam kondisi KEK. c. Perhitungan dan Pengelompokan Data Berdasarkan Penilaian Konsumsi
Pangan Pada bagian ini terlebih dahulu dicari perhitungan KGij atau Kecukupan
zat gizi dengan menggunakan tabel DKBM, untuk mengetahui jumlah asupan gizi yang dikonsumsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut Ari Istiany dan
Rusilanti, 2013: 33: =
100 ×
× 100
Keterangan: KGij : Penjumlahan zat gizi I dari setiap bahan makanan atau pangan -j yang
dikonsumsi. Bj
: Berat bahan makanan j gram
50 Gij
: Kandungan zat gizi I dari bahan makanan j BDDj : Persen bahan makanan j yang dapat dimakan
Setelah KGij diperoleh maka pengolahan data berlajut pada tahap untuk mencari tingkat konsumsi zat gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil dengan
menggunakan rumus Ari Istiany dan Rusilanti, 2013: 35: =
× 100 Keterangan:
TKGi : Tingkat konsumsi zat gizi i Ki
: Konsumsi zat gizi aktual AKGi : kecukupan zat gizi i yang dianjurkan
Untuk mendapatkan data tentang TKGi setiap responden, terlebih dahulu mencari Ki, yaitu konsumsi actual yang merupakan mean kebutuhan zat gizi
selama 3 hari, kemudian baru dicari AKGi, yaitu angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal tersebut menunjukan bahwa angka kecukupan gizi yang
dibutuhkan adalah angka kebutuhan gizi ibu hamil dalam keadaan sebelum hamil ditambah dengan 150 kkal untuk ibu hamil pada trimester I dan 350 kkal untuk
ibu hamil pada trimester II dan III sebagai energy tambahan. Selanjutnya angka kecukupan gizi ibu hamil tersebut ditambah 500 kkal sebagai energy tambahan
untuk mencapai berat badan ideal apabila terdapat ibu hamil yang mengonsumsi energy lebih, agar kedepannya tidak tetap dalam kondisi KEK.
Tahap terakhir adalah mencari NRKG atau Nilai Ragam Konsumsi Gizi sehingga diketahui kualitas dari ragam gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut Djiteng Roedjito. D, 110-111:
51 =
∑ ∑
ℎ Perhitungan NRKG tersebut digunakan secara terpisah, yaitu untuk zat
makro dan zat mikro. Hal tersebut dikarenakan perbedaan konsumsi antara zat makro dan zat mikro. Apabila perhitungan dipadukan maka dikhawatirkan akan
terjadi ketidakcocokan dengan keadaan yang sebenarnya. Karena pada umumnya konsumsi zat gizi makro cenderung memiliki perbedaan yang cukup
signifikan terhadap zat gizi mikro yang cenderung banyak. d. Perhitungan Data Berdasarkan Penilaian Jenis Makanan
Pada perhitungan tahap ini menggunakan cara
Food Frequency Questionnaire FFQ, makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil dikelompokan
kedalam kelompok sumber karbohidrat utama berdasarkan jenisnya umbi dan serealia, protein nabati yaitu tahu dan tempe, protein hewani yang berasal dari
telur ayam, daging ayam, dan ikan. Sayuran berdaun hijau dan sayuran non hijau, buah yang banyak dikonsumsi ibu hamil, sumber gula, dan susu. Setelah
dikelompokan kemudian diubah kedalam bentuk persentase dan pengategorian yaitu rendah dengan frekuensi 1 kali sehari F, sedang dengan frekuensi 2-3 kali
sehari G, dan tinggi dengan frekuensi 4-5 kali sehari H Arisman, 2010: 208- 211.
Pada tahap ini, dicatat pula makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil dikelompokan kedalam kelompok zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur,
maka ditemukanlah skor beda jenis konsumsi untuk mengetahui keragaman makanan. Kemudian dari skor beda jenis konsumsi dicari
mean dari setiap responden, dengan cara jumlah skor dalam tiga hari dibagi tiga. Lalu dicari
median skor beda jenis konsumsi dari seluruh responden. Kemudian mean dari
52 skor beda jenis konsumsi diukur menggunakan skor keragaman makanan dengan
Skala Guthrie, dan digolongkan kedalam tiga golongan yaitu, baik apabila responden memiliki skor keragaman 11 hingga 12, cukup apabila responden
memiliki skor keragaman 8 hingga 10, sedang apabila responden memiliki skor keragaman 5 hingga 7 dan buruk apabila responden memiliki skor keragaman 3
hingga 4 Djiteng Roedjito, 1989: 112-115.