Penilaian Status Gizi dengan Antrpometri

38 berkaitan dengan lemak dalam tubuh orang dewasa, yang dituangkan kedalam berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan kwadrat yang dinyatakan dalam meter . = Penggunaan rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 19-70 tahun, mempunyai susunan tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, juga bukan merupakan ibu hamil atau menyusui Arisman, 2010: 232. Rumus tersebut diperoleh untuk mengetahui golongan berat badan berdasar IMT, apakah masuk kedalam golongan kurus, normal, ataupun gemuk. Dibawah ini terdapat tabel yang menggolongkan berat badan tersebut: Tabel 6. Golongan Berat Badan Berdasar IMT Kategori Batas Ambang Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 Kekurangan badan tingkat ringan 17,0 – 18,5 Normal 18,5 – 25,5 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0 Sumber: Sunita Almatsier, 2004: 22 Apabila seseorang mengalami kekurangan berat badan atau berat badan kurang dari berat ideal, maka kebutuhan energinya ditambah 500 kkal, begitu pula apabila seseorang mengalami kelebihan berat badan atau berat badan lebih dari berat badan ideal maka energinya dikurangi 500 kkal. Tabel 7. Klasifikasi KKP berdasarkan IMT Penggolongan BMI di bawah ini berdasarkan pengelompokannya yang berlaku untuk orang dewasa. BMI Derajat KKP 18.5 Normal 17.0 – 18.4 Sedang 16.0 – 16.9 Ringan 16.0 Berat Sumber: Arisman, 2010: 126 39

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian Surasih 2005 dalam Ria Ratna Dewi 2014, faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain: jumlah asupan energi, beban kerja ibu hamil, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi. Analisa pola makan ini ditekankan pada jumlah asupan energi ibu hamil, karena beban kerja ibu hamil, pendapatan keluarga, dan pengetahuan gizi ibu hamil merupakan hal yang saling berhubungan. Pengetahuan gizi ibu hamil berpengaruh terhadap Status Gizi Ibu Hamil, hal tersebut juga berpengaruh dalam pemeliharaan ibu hamil dengan kondisi KEK, hal ini sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriah, Idris M. Adud, dan Putri Winna Sari tahun 2006 dari Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil di Bidan Praktek Swasta Banda Aceh menyatakan bahwa terdapat hubungan pendidikan pengetahuan dengan status gizi ibu hamil. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aninda Putri Mauritania dari Akademi Kebidanan Mitra Surakarta pada tahun 2011 dengan judul ’Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pola Hidup Sehat Selama Kehamilan di RB Mutiara Ibu Mojogedang Kabupaten Karanganyar, menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan bagaimana pola hidup sehat ibu hamil termasuk kategori cukup yaitu sebesar 80,00. Hasil tersebut berkaitan dengan informasi tentang memelihara kebersihan pribadi, memilih dan menggunakan pakaian dan alas kaki, menghindari minuman yang beralkohol dan merokok, memeriksakan kehamilan dan senam hamil. Informasi bisa diperoleh ibu hamil dari tenaga 40 kesehatan bidan, TV, radio, surat kabar dan lain-lain. Selain itu pengalaman yang merupakan sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Prevalensi ibu hamil dengan kondisi KEK di Indonesia masih tinggi, begitu pula di Kecamatan Bobotsari yang mengalami peningkatan dari tahun lalu. Penelitian mengenai keadaan ibu hamil resiko KEK di Indonesia dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja 2009 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Depkes RI Resiko Kurang Energi Kronis KEK pada Ibu Hamil di Indonesia menyimpulkan bahwa hasil analisis ibu hamil risiko KEK dapat dengan jumlah sampel total untuk seluruh Indonesia sebanyak 8187 ibu hamil. Prevalensi ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar 21,6 persen dengan prevalensi terendah terdapat di provinsi Riau 11,8 dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur 32,4 dan Papua barat 30,4. Bila dilihat menurut wilayah, prevalensi ibu hamil risiko KEK umumnya lebih rendah di Indonesia bagian barat dibandingkan dengan Indonesia bagian Timur. Secara spesifik penyebab KEK adalah akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan dalam pemenuhan gizi dan pengeluaran energi. Penelitian yang dilakukan oleh Erma Syarifuddin Ausa, Nurhaedar Jafar, Rahayu Indriasari dari Universitas Hasanudin pada tahun 2013 menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan energi p = 0,005 dengan kejadian KEK pada ibu hamil. 41

C. Kerangka Berpikir

Pernyataan yang terdapat dalam program pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat disebutkan bahwa salah satunya terfokus pada kesehatan ibu dan anak serta perbaikan gizi. Sasaran yang menjadi prioritas utama adalah golongan rawan gizi seperti ibu hamil yang mengalami KEK Kurang Energi Kronis dan Anemia gizi. Tetapi pada penelitian ini hanya ditekankan pada ibu golongan rawan gizi ibu hamil yang mengalami KEK. Ibu hamil yang sehat akan menghasilkan bayi yang sehat pula serta memiliki kematangan organ yang sesuai. SDM yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun Indonesia yang lebih baik pada masa yang akan datang. Sedangkan ibu hamil yang mengalami KEK cenderung melahirkan bayi dengan berat badan rendah, kondisi bayi dengan berat badan rendah dapat terjadi karena akibat prematur ataupun pertumbuhan janin yang terhambat. Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas bayi yang dilahirkan karena dapat memiliki beberapa kekurangan, yaitu bayi akan mengalami BBLR, PJT, cacat bawaan, atau organ yang tidak berfungsi secara maksimal. Keadaan ibu hamil dengan KEK maupun BBLR tersebut dapat diantisipasi dengan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pegaturan pola makan. Pengaturan pola makan disini berdasarkan pada bagaimana ibu mengatur jumlah dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi dalam beberapa waktu. Karena pada dasarnya apabila ibu hamil masih bekerja maka ibu akan memilih bahan makanan yang cepat dalam pengolahannya dan apabila ibu mempunyai anak maka akan mengutamakannya dibandingkan dengan makanan yang dibutuhkannya sendiri. Karena apabila ibu mengonsumsi suatu zat gizi lebih 42 atau kurang dengan anjuran yang ditetapkan maka akan sangat berpegaruh terhadap tumbuh kembang dan pertumbuhan janin. Bobotsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Purbalingga yang merupakan Kota dagang terbesar Kedua setelah kabupaten purbalingga itu sendiri. Hal tersebut memiliki dampak positif terhadap peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Tetapi hal demikian tidak sejalan dengan masih adanya ibu hamil yang masih mengalami KEK di kecamatan Bobotsari yang meningkat dari tahun lalu. Sehingga perlu diketahui penyebab ibu hamil KEK tersebut melalui pemantauan pola makan ibu sehari-hari.