Uji Reliabilitas Instrumen Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Intrumen

52 Instrumen yang valid berarti dapat mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono, 2013: 173. Validitas dapat disimpulkan sebagai instrumen yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan sesuatu yang harus diukur. Sugiyono 2013: 177-183 berpendapat pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu validitas konstruk, validitas isi, dan validitas eksternal. Pada penelitian ini uji validitas menggunakan validitas isi. Cara menggunakan validitas isi ialah dengan membandingkan antara isi skala dengan kisi-kisi skala. Pada kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan aitem merupakan penjabaran dari indikator, agar uji validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Pengujian validitas isi skala dilakukan dengan berkonsultasi kepada ahli expert judgment. Sejalan yang disampaikan Sugiyono, Saifuddin Azwar 2012: 132 menyatakan bahwa relevansi aitem dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukuran sebenarnya sudah dapat dievaluasi lewat nalar dan akal sehat common sense yang mampu menilai apakah isi skala memang mendukung konstruk teori yang diukur. Proses ini disebut validasi logik logical sebagai bagian dari validitas isi. Expert judgment yang menjadi penguji validitas isi skala adalah dosen pembimbing. Dosen pembimbing memiliki keahlian dalam bidang psikologi.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik Suharsimi Arikunto, 2013: 221. Pengertian reliabel 53 yang dikemukakan Sugiyono 2013: 173 adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas dapat diartikan instrumen yang dapat dipercaya untuk mengumpulkan data dari objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Koefisien reliabilitas berdasarkan penjelasan Saifuddin Azwar 2012: 112 berada dalam rentang angka dari 0 sampai 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin koefisien reliabilitas tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel, namun dalam kenyataan pengukuran psikologis koefisien sempurna yang mencapai angka 1,00 belum pernah dijumpai. Pada umumnya reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai minimal r = 0,900 Saifuddin Azwar, 2012: 126. Skala self disclosure dan intimasi pertemanan diuji dengan uji reliabilitas instrumen menggunakan Alpha Cronbach α yang diolah dalam software IBM SPSS Statistic 20. Rumus Alpha Cronbach Saifuddin Azwar, 2012: 118, sebagai berikut: α = [ − s + s s ] Keterangan: s y1 2 dan s y2 2 = Varians skor Y1 dan varians skor Y2 s x 2 = Varians skor X 54 Lebih lanjut dilakukan analisis aitem skala self disclosure dan intimasi pertemanan untuk seleksi aitem. Menurut Saiffudin Azwar 2012: 80, untuk mengukur atribut nonkognitif, parameter yang paling penting adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Aitem yang memiliki daya diskriminasi mendekati 1,00 semakin baik. Tanda negatif atau koefisien yang mendekati angka 0 mengindikasikan bahwa aitem yang bersangkutan tidak memiliki daya diskriminasi. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total, biasanya di gunakan batasan r ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga r 0,30 dapat diinterpretasikan memiliki daya beda rendah. Apabila aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total r ≥ 0,30 jumlahnya lebih dari aitem yang dispesifikan dalam rencana untuk dijadikan skala, maka dapat dipilih aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi tertinggi. Sebaliknya apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria misalnya menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai Saifuddin Azwar, 2012: 86.

3. Hasil Uji Instrumen a. Skala