BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Berbicara tentang pengertian “Strategi Humas dan Citra Perusahaan” sebagai objek yang diteliti, perlu diperhatikan lebih dahulu mengenai pemahaman istilah strategi. Harold Koontz
menjelaskan kata “strategi” berasal dari Bahasa Yunani “strategos” memiliki makna cara yang berbeda untuk digunakan. Selanjutnya Harold Koontz menjelaskan strategi adalah menganalisa
situasi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk menetapkan sasaran Koontz Harold, Cyril O’Donnel, 1959:88.
Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh
karena itu, peran spesialis public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti ‘umum’ atau ‘sama’.
Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu.
Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup- nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu
menjadikan orang-orang lain memahami sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.
Universitas Sumatera Utara
Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi memahami perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan tidak
hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah fragile commodity komoditas yang rapuhmudak pecah. Namun,
kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang Seitel, 1992:193.
Menurut Bill Canton dalam Sukatendel 1990 mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari
suatu obyek, orang atau organisasi. Jadi, citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari suatu perusahaan atau
organisasi Soemirat, Soleh Ardianto, Elvinaro, 2004:111-112. PR adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra
organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Citra perusahaan dalam hal ini adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanan saja.
Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal.
Pertama, hubungan yang positif dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan
dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan kesetiaan para staf
perusahaan Anggoro, M. Linggar, 2000:67.
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam kaitannya dengan sejarah perjalanan bangsa telah mengalami berbagai perubahan. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1953 yang mulai berlaku
pada tanggal 1 Juli 1953, maka Bank Indonesia tidak hanya bertindak sebagai Bank Sentral yang dengan tugasnya sebagai Bank Sirkulasi tetapi juga sebagai Bank Komersil sampai dengan akhir
tahun 1965. Dalam rangka upaya penataan perekonomian dan perbankan nasional maka secara murni sebagai Bank Sentral yang tugas utamanya mendorong kelancaran pembangunan.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menetapkan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara yang Independen di bidang tugasnya berada di luar pemerintahan dan
lembaga lainnya. Kantor Bank Indonesia Medan yang dibuka pada tanggal 30 Juli 1907 merupakan Kantor
Cabang De Javasche Bank yang ke-11. Pembukaan Kantor Bank Indonesia Medan dibutuhkan untuk menunjang kebijaksanaan moneter pemerintah Hindia Belanda atas usul De Javasche
Bank yang ketika itu memberlakukan “Guldenisasi” bagi “Residentie Oostkust van Sumatera” atau Keresidenan Pantai Timur Sumatera.
Pemimpin Bank Indonesia Medan yang pertama adalah L. Von Helmert. Pada tahun 1951 saat nasionalisasi mulai diberlakukan, Kantor Bank Indonesia Medan dipimpin oleh S.F. Van
Musschenbroek. Ketika Undang-Undang tentang Bank Indonesia 1953 diberlakukan, Pemimpin Bank Indonesia Medan adalah M.Plantema dan putera Indonesia pertama yang mengendalikan
Kantor Bank Indonesia Medan adalah M. Rifai. Pada perkembangannya, Kantor Bank Indonesia Medan mengalami perubahan yang
cukup baik dan ditetapkan sebagai Kantor Bank Indonesia kelas I sebagai Kantor Koordinator
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia KKBI yang membawahi membawahi 4 empat KBI yaitu KBI Banda Aceh, KBI Lhokseumawe, KBI Pematang Siantar, dan KBI Sibolga.
Tidak semua karya gemilang yang dapat dihasilkan oleh PROhumas merupakan pembangunan citra perusahaan di mata khalayak sasaran maupun masyarakat luas. Bahkan
sebaliknya ditangan Public Relations yang buruk dan lemah visinya, hasilnya bisa nol dan bahkan juga terjadi minus. Bukannya akan membentuk citra baik bagi perusahaan malah
sebaliknya kehilangan citra karena merosotnya kepercayaan. Banyak dibuktikan di lapangan, kalau sudah kehilangan kepercayaan masyarakat, akan sulit untuk meraihnya kembali dan
membutuhkan waktu yang lama untuk bisa berhasil kembali. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh strategi
humas terhadap citra perusahaan di Kantor Bank Indonesia Medan.
I.2 Perumusan Masalah