Ajaran Menjadikan Negara Makmur

8. Ajaran Menjadikan Negara Makmur

Seorang raja dalam pandangan masyarakat Jawa merupakan figur, tokoh yang adiluhung. Sebagai seorang yang sakti, pada umumnya Jawa beranggapan bahwa seorang raja atau penguasa memiliki keluhuran budi, namun pada masa sekarang nampaknya keluhuran budi para pemimipin Bangsa harus benar-benar menjadi bahan perhatian masyarakat. Banyak pemimpin Bangsa yang telah banyak terbukti melakukan korupsi, banyak penipuan yang dilakukan oleh para petinggi negara, belum lagi kasus para pejabat yang tidak malu melakukan skandal seks sampai kasus-kasusnya tersebar luas sehingga reputasinyalah yang menjadi taruhannya. Dalam pencapaian budi yang luhung tersebut dicapai atau didapat melalui suatu tindakan yang bersifat metafisis dan bukan tindakan yang bersifat empiris, hal ini dikarenakan dalam padangan Jawa kekuasaan menjadi suatu tempat yang keramat, agung dan bersumber vertikal. Tuhanlah di atas segala kekuasaan, kekuasaan dapat diperoleh manusia yang terpilih, manusia adiluhung yang memiliki daya kekuatan yang dipandang mampu menyandang kekuasaan yang disebut wahyu. Jadi kekuasaan Seorang raja dalam pandangan masyarakat Jawa merupakan figur, tokoh yang adiluhung. Sebagai seorang yang sakti, pada umumnya Jawa beranggapan bahwa seorang raja atau penguasa memiliki keluhuran budi, namun pada masa sekarang nampaknya keluhuran budi para pemimipin Bangsa harus benar-benar menjadi bahan perhatian masyarakat. Banyak pemimpin Bangsa yang telah banyak terbukti melakukan korupsi, banyak penipuan yang dilakukan oleh para petinggi negara, belum lagi kasus para pejabat yang tidak malu melakukan skandal seks sampai kasus-kasusnya tersebar luas sehingga reputasinyalah yang menjadi taruhannya. Dalam pencapaian budi yang luhung tersebut dicapai atau didapat melalui suatu tindakan yang bersifat metafisis dan bukan tindakan yang bersifat empiris, hal ini dikarenakan dalam padangan Jawa kekuasaan menjadi suatu tempat yang keramat, agung dan bersumber vertikal. Tuhanlah di atas segala kekuasaan, kekuasaan dapat diperoleh manusia yang terpilih, manusia adiluhung yang memiliki daya kekuatan yang dipandang mampu menyandang kekuasaan yang disebut wahyu. Jadi kekuasaan

Ibukota atau kota tidak hanya merupakan pusat politik dan kebudayaan melainkan juga sebagai pusat magis kerajaan. Berhubungan dengan jagad raya yang menurut kosmologi Brahmana atau Budhis atau keduanya, berpusat di Gunung Meru pada pusat kotanya, dan Gunung Meru dipusat kota ini akan menjadi pusat magisnya ( Darsiti Soeratman, 2000:2)

Pandangan mengenai susunan alam semesta pada orang Jawa jaman dahulu itu diambil dari agama Hindu yang beranggapan bahwa alam semesta merupakan benua berbentuk lingkaran yang dikelilingi oleh beberapa samudra dengan pulau- pulau besar di empat penjuru yang merupakan tempat tinggal keempat penjaga yang keramat. Di pusat benua yang terutama terletak di Gunung Mahameru, yakni Gunung Paradewa. Dunia manusia yang diwakili oleh kerajaan, dengan raja sebagai penjelmaan salah satu dewa, mempunyai tugas untuk menjaga keselarasan kosmos dengan jalan meniru susunan alam semesta dalam kerajaannya. Kedudukannya di pusat kerajaan melambangkan raja dewa di pusat alam semesta. Keempat materi yang mengelilingnya, keempat permaisuri dan para pegawai di keempat bagian kerajaannya, melambangkan keempat mata angin dari alam semesta. Dasar susunan kosmos juga dilaksanakan dalam hierarki kepegawaian, dan secara nyata dilambangkan oleh denah ibu kota kerajaan, istana kerajaan, dan candi-candi batu yang sampai sekarang dapat kita lihat bekas-bekasnya sebagai tokoh yang Pandangan mengenai susunan alam semesta pada orang Jawa jaman dahulu itu diambil dari agama Hindu yang beranggapan bahwa alam semesta merupakan benua berbentuk lingkaran yang dikelilingi oleh beberapa samudra dengan pulau- pulau besar di empat penjuru yang merupakan tempat tinggal keempat penjaga yang keramat. Di pusat benua yang terutama terletak di Gunung Mahameru, yakni Gunung Paradewa. Dunia manusia yang diwakili oleh kerajaan, dengan raja sebagai penjelmaan salah satu dewa, mempunyai tugas untuk menjaga keselarasan kosmos dengan jalan meniru susunan alam semesta dalam kerajaannya. Kedudukannya di pusat kerajaan melambangkan raja dewa di pusat alam semesta. Keempat materi yang mengelilingnya, keempat permaisuri dan para pegawai di keempat bagian kerajaannya, melambangkan keempat mata angin dari alam semesta. Dasar susunan kosmos juga dilaksanakan dalam hierarki kepegawaian, dan secara nyata dilambangkan oleh denah ibu kota kerajaan, istana kerajaan, dan candi-candi batu yang sampai sekarang dapat kita lihat bekas-bekasnya sebagai tokoh yang

Negara di dalam mengatur segala kpentingan kenegaraannya tidak dapat menjalankan roda pemerintahannya, melainkan haruslah di bantu oleh aparatur- aparatur Negara. Perlu diingat bahwa fungsi utama dari aparatur pemerintahan dan aparatur Negara adalah mengabdi kepada masyarakat dan kepentingan umum, rakyat banyak dengan alat dan perlengkapan umum, aparatur Negara sebagai abdi bukan sebaliknya bukan untuk mencari keuntungan atau kepentingan pribadi atau golongan dari pada yang bersangkutan.

Aparatur pemerintahan harus menjadi saluran atau jembatan pengabdi dan melaksanakan kepentingan umum dengan penuh dedikasi dan loyalitas, bukan sebaliknya, tidak menyalahgunakan kekuasan mencari kesempatan dalam kesempitan atau dikenal dengan istilah aji mumpung. Pemerintah dapat dibedakan antara pemerintah sebagai organ (alat, tool) Negara yang menjalankan tugas (fungsi) dan pemerintah sebagai fungsi dari pemerintah. Pemerintah dapat pengertian pertama sebagai organ Negara dapat pula dibedakan antara pemerintah dalam arti luas (makro) dan pemerintah dalam arti sempit (mikro). Pemerintah dalam arti sempit (mikro) dimaksudkan khusus kekusaan eksekutif, sedangkan dalam arti luas (makro) disamping kekuasaan eksekutif adalah juga kekuasaan legislatif dan kekuasaan Yudikatif. (Widjaja, 1991 : 23, 33)

Aparat Negara juga terdapat pada bentuk-bentuk pemerintahan kerajaan. Kerajaan pada zaman dahulu memiliki empat aparatur pokok yang harus dimiliki, Aparat Negara juga terdapat pada bentuk-bentuk pemerintahan kerajaan. Kerajaan pada zaman dahulu memiliki empat aparatur pokok yang harus dimiliki,

Pada zamannya prajurit harus pandai mengatur siasat perang. Disaat Negara (kerajaan) dihadapkan oleh sesuatu yang sulit dikala berperang. Maka prajurit yang harus menciptakan strategi-strategi perang yang handal. Prajurit harus selalu siap dengan semua senjatanya, selain harus terampil mempergunakan senjata seperti tobak, panah, dhadhap, keris, juga harus memiliki badan sehat, baik jasmani dan rohaninya maka dari itu secara fisik tubuh seorang ksatria harus tegap dan kuat. Prajurit dalam maju berperang haruslah diniati dengan niat yang baik dan tulus, jangan dendam dan amarah yang dijadikan landasan, karena apabila dilandasi dengan niat yang tulus dan tujuan yang baik, sehingga dapat dicapai adalah tangga kemasyuran seperti yang dikutip pada pupuh II bait 5, sebagai berikut :

Kutipan

Lan ana patang prakara/ kagungane kang praja di/ prajurit lawan pandhita/ tri sudagar catur tani/ ywa susah salah siji/ prajurit pagering ratu/ tani bojaning praja/ sudagar busaneng nagri/ sang pandhita weh rahuyaning pamuja//

Terjemahan : Ada 4 hal yang harus dimiliki oleh Negara yang baik, satu prajurit, dua petani,

tiga pedagang, dan keempat pendeta. Keempatnya jangan sampai. Ada yang menderita salah satu. Prajurit sebagai benteng (perlindungan) raja. Petani sebagai sumber makanan bagi Negara. Pedagang merupakan pakaian bagi Negara, dan pendeta member keselamatan dan kesejahteraan bagi Negara.

para ksatria berperang melawan musuh dimedan laga. Gelar perang ini lebih cenderung sebagai bentuk formasi para prajurit. Sehingga gelar perang ini dapat juga digunakan sebagai salah satu strategi dalam menghadapi serangan musuh. Kurang lebih disebutkan ada 7 gelar perang yang terdapat di dalam SM, yaitu Hardacandra, Brajapanjara, Mangkarabyuha, Diradameta, Capiturang, Garudanglayang dan Pritaneba.kesemuanya merupakan gelar-gelar perang yang sering dipergunakan prajurit ketika berhadapan dengan musuh. Seperti yang dikutip pada pupuh II bait 11 dan 12, sebagai berikut: Kutipan

Myang kulet amasang gelar/ ardacandra kagapati/ myang gelar brajapangan/ lan mangkara byuha malih/ byuha mangkara nenggih/ supit urang tegesipun/ rika brajapanjara/ dirademeta sayekti/ kagapati kang gelar garudha nglayang//

Terjemahan : Pasanglah gelar meski dengan lambat. Hardacandra kagapati, dan gelar

Brajapanjara, mangkara byuha, dan byuha mangkara, yang dimaksud yaitu supit urang, braja panjara kagapati dan garudhanglayang

Kutipan

Kang ingaran ardacandra/ wulan tumanggal sayekti/ byuha pakekesing gelar/ prita neba iku ugi/ lan rumekseng prajurit/ ywa kurang mangan lan minum/ samekta warastranya/ wewekanta denmumpuni/ jroning aprang aywa kaselan ing meda//

Terjemahan : Yang dimaksud hardacandra ialah bulan yang mulai purnama, pritareba adalah

burung yang melayang bergerombol menjaga prajurit jangan kekurangan makan dan minum, siap dengan senjatanya, serta pegetahuan yng mumpuni dalam berperang janganlah diselingi dengan sendau gurau.

sendiri diseyogyakan agar selalu memperhatikan bibit segala macam tumbuhan dan tanaman, baik itu jenis buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis tumbuhan lain yang dapat dipergunakan untuk bahan pangan, serta seorang petani harus memperhatikan musim tanamnya. Musim-musim tanam antara lain yaitu Kapat yaitu waspa kumembeng jroning kalbu yang memiliki maksud air atau sumber mata air tidak keluar dari bumi (tanah), seandainya akan membuat sumur maka harus dalam yang menggali sehingga air yang keluar akan banyak. Kalima yaitu pancuran mas sumawur ing jagad yang memiliki maksud mulai turun hujan, banyak air dan mata air yang bermunculan, para petani mulai mengolah tanah. Kanem yaitu rasa mulya kasucian yang memiliki maksud banyak buah-buahan manis dan segar yang berbuah. Kasapta yaitu wisa kentar ing maruta yang memiliki arti timbul banyak penyakit dan wabah yang tersebare di mana-mana sehingga banyak yang terjangkit oleh wabah itu. Kawolu yaitu anjrah jroning kayun yang memiliki maksud banyak hewan yang kawin terutama pada jenis kucing. Kasanga yaitu wedharing wacana mulya yang memiliki maksud banyak jenis serangga bermunculan. Sadasa yaitu gedhong minep jroning kalbu yang memiliki maksud banyak hewan akan beranak pinak dan bertelur. Dhestha yaitu sotya sinarawedi yang memiliki maksud banyak jenis unggas yang mencari makan untuk anaknya. Sadha yaitu tirta sah saking sasana yang memiliki maksud udara sudah tidak panas lagi, sehingga banyak orang yang mersakan udara dingin. Kasa yaitu sotya murca saking embanan yang memiliki maksud banyak pohon-pohon berguguran daun dan batangnya. Karo yaitu bantala rengka yang

yang memiliki maksud banyak tanaman merambat dan umbi-umbian yang mulai tumbuh. Selain harus pandai memperhatikan musim-musim tanam, petani dapat pula memperhatikan condongnya bintang, seperti bintang Piji, bintang Bokor, bintang Waluku, bintang Panjerina, serta bintang Bimasakti, konon dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk alam seperti itulah para petani berhasil menghasilkan hasil-hasil tanam yang berkualitas bagus, disamping juga perawatan dilahannya dilakukan secara teratur dan baik.

Hakikatnya manusia itu berbeda dengan hewan dan tumbuhan. Manusia membutuhkan makanan yang bernutrisi dan bergizi, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak membutuhkan seperti kebutuhan manusia.

Binatang tanpa pakaian dan tanpa harta benda, binatang tidak membedakan rasa manis, pahit, asin. Tumbuhan pun juga demikian, oleh karena itu sebagai kesimpulannya adalah manusia hendaknya menyiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh, dan janganlah meniru perilaku seekor kambing, yang maksudnya adalah menikmati segala sesuatunya (makanan) tanpa mengeluarkan uang atau biaya, hanya ikut menikmati jerih payah orang lain. Seperti yang dikutip pada Pupuh II bait ke 14 dan 18 sebagai berikut : Kutipan

Yogya urip aneng donya/ kang kaprah nyandhang lan bukti/ bulah sato tanpa nyandhang/ bulah wreksa tanpa bukti/ saben manungsa mosik/ amesthi mangan anginum/ iku dipun kawangwang/ yen paksi kang denkawruhi/ saananya wohing wreksa mangka boja//

Selayaknya orang hidup didunia makan dan berpakaian adalah hal yang wajar, berbeda dengan binatang yang tanpa pakaian, pohon tanpa makan pula, setiap manusia yang berakal sehat pasti makan dan minum. Hal itu perlu diingat, barang yang diketahui dari setiap buah merupakan makanannya.

Kutipan

Miwah janma kang rumeksa/ samektane sandhang bukti/ lamun janma tan samekta/ sapa arsa kinan kaki/ angreksa angresiki/ ngendi gampang gone tanduk/ yen tan lawan nugrahan/ nira jeng sri narapati/ mung margane tan liya taki-takia//

Terjemahan : Manusia yang menjaga kesiapan makan dan pakaian, jika manusia tidak

menyiapkannya, siapa yang hendak disuruh menjaga dan mempersiapkannya. Mana mungkin mudah mengerjakan kalau bukan karena kemurahan raja, caranya tidak lain adalah bersungguh-sungguh.

Pedagang berfungsi sebagai pakaian dan perlengkapan bagi Negara. Pedagang atau sering disebut dengan sebutan saudagar memiliki aparatur Negara ketiga yang memiliki fungsi sangat penting dalam menjalankan pemerintahan rakyat (masyarakat) sudah barang tentu membutuhkan pakaian dan perlengkapan. Perlengkapan kehidupan sehari-hari mereka yang mana dalam masalah ini pedagang memiliki peranan penting. Manusia sebenarnya tidak hanya membutuhkan pakaian sebagai pelindung diri dari panas, hujan, angin, gigitan binatang saja akan tetapi manusia juga membutuhkan perlengkapan kehidupannya seperti keris sebagai senjata, kuda sebagai alat tranportasi atau kendaraan, serta rumah dengan ukuran kecil, sedang bahkan besar dilengkapi dengan halaman yang luas sebagai kediaman. Kesemuanya itu pedaganglah yang mempersiapkannya. Hingga pada jaman kehidupan itu pedagang

Negara, bahkan hampir seluruh aspek-aspek ekonomi bersinggungan dengan pedagang. Seperti yang dikutip pada pupuh II bait 9, 14 dan 17 sebagai berikut: Kutipan

Sudagar ta yogyanira/ yen deranggo ing praja di/ pangulah pambekanira/ saene lawan makiklik/ yogya aywa nglabeti/ dena ta tukang prang pupuh/ den prastaweng supana/ bebukane murbeng titi/ ngruhanana yen lagi sapanetegan //

Terjemahan : Jangan dipertahankan dalam Negara cara perhitungan para saudagar yang terlalu

kikir. Adapun orang yang memulai memukul perang, dimulai dengan tujuan yang baik untuk mencapai tangga kemasuran.

Kutipan

Yogya urip aneng donya/ kang kaprah nyandhang lan bukti/……………./ …………../ …………

Terjemahan : Selayaknya orang hidup didunia makan dan berpakaian adalah hal yang wajar/

……/ …../ …..

Kutipan

……………../ ……………/……………./ tur maning ana kinayun/ busana wastra mulya/ kuda curiga lan estri/ ana maning wisma geng papan kang jembar//

Terjemahan : ………../ …………/ ………………/ ada lagi yang dikehendaki manusia yaitu

pakaian, senjata dan kedudukan, kuda sebagai kendaraan, keris sebagai senjata dan istri, serta rumah yang berhalaman luas sebagai tempat tinggal.

Terakhir yaitu pendeta memberi berkat bagi Negara. Sebagai Negara yang menghendaki kemakmuran dan kesejahteraan, hendaknya memiliki seorang ahli agama atau pendeta sebagai seseorang yang mampu memberikan spirit kerohanian

masyarakat atau rakyat. Pendeta berfungsi sebagai guru spiritual yang bertugas membantu memulihkan rohani dan jiwa-jiwa yang sedang sakit. Hal-hal yang berkaitan dengan pendeta yaitu antara lain memimpin upacara-upacara adat atau upacara-upacara keagamaan, mendoakan agar Negara dan seluruh rakyatnya hidup sejahtera, membaca mantra, serta memberi berkat terhadap Negara. Seperti yang dikutip pada Pupuh II bait 6 sebagai berikut: Kutipan

Kapandhitan puja mantra/ kang anggun tapanireki/ mmulang wadya kang pindha/…………../ ……….

Terjemahan : Hal-hal yang berhubungan dengan pendeta yaitu berdoa dan membaca mantra.