Ajaran Dalam Memilih Pekerjaan
1. Ajaran Dalam Memilih Pekerjaan
Dalam suatu negara sudah pasti memiliki bermacam-macam pekerjaan, jenis- jenis tersebut antara lain adalah sebagai tukang kayu, tukang besi, ahli perang, ahli hitung, ahli nujum, petani, pedagang, juragan bahkan seorang ahli tari. Pekerjaan- pekerjaan tersebut terdapat pada masa pemerintahan Pakoe Boewana IV, kesemua pekerjaan tersebut hendaknya dipilih salah satu, berdasarkan atau sesuai dengan keahlian yang telah dimiliki dan kegiatan yang digemari, sehingga pekerjaan yang dikerjakan dapat menghasilakan hasil yang maksimal, tidak setengah-setengah. Apabila suatu pekerjaan itu dipilih berdasarkan dua hal di atas yaitu sesuai dengan keterampilan atau kemahiran dan juga sesuai dengan kegemaran yang digeluti maka akan mudah dalam proses pengerjaannya dan juga telah mendapat kemudahan terlebih dahulu dari kemahiran dan kegemarannya tersebut. Yang pada intinya adalah jangan sampai seseorang tersebut keliru dalam menentukan sutau pekerjaannya karena suatu pekerjaan ialah salah satu hal yang penting dalam masa depan seseorang, seperti pada kutipan di bawah ini pada Pupuh I bait 5 dan 6 sebagai berikut : Kutipan
: Jrah neng praja pakarti mawarni / rening kriya mekaning ulunan/ undhagi
tukang myang pandhe / tukang prang tukang petung / juru dina nujum lan tani / dagang juru juragan / juru beksa gambuh / mawarna tanpa wilangan / lah ta reke pilihen salah sawiji / disengsem mantep nandhang //
Dalam negara banyak bermacam-macam pekerjaan, nama pekerjaan itu adalah tukang kayu, pandhe besi, ahli perang, ahli berhitung, ahli ilmu pengetahuan, petani, pedagang tengkulak, ahli tari dan masih banyak lagi tidak terbilang .
Kutipan
: Aywa kongsi luput jroning urip / aneng praja rusak papa nistha / badane kang
mesakake / sangsara sajeg umur / tan liyan dadi kuli sami / piraa lamun mulya / cinupet kang umur / yen dawa kadawa-dawa / daweg- daweg dawege dadi cecedhis / marmane ngur cendhaka //
Terjemahan : Jangan sampai keliru memilih jalan hidup, sehingga mengalami kehinaan dalam
masyarakat, kasihan akan badannya sengsara selama hidupnya, tidak lain menjadi kuli dan tidak urung akan pendek umurnya, kalau panjang terlalu panjang dan menjadi orang yang sangat hina, maka lebih baik berumur pendek saja.
Kutipan-kutipan di atas dapat digunakan sebagai bentuk pembelajaran, bahwasanya apabila telah berhasil dalam menentukan atau memilih suatu pekerjaan yang mana dalam hal ini harus sangat berhati-hati dalam setiap kali melangkah hendaknya segera mengabdi, tetapi apabila sebaliknya jikalau manusia telah keliru di dalam memilih pekerjaan dirinya akan sengsara dalam hidupnya ibarat makan tidak enak duduk tidak pantas , berpakaian jelek ( menjadi gelandangan), saudara tidak memperhatikan, orang lain segan untuk memberikan pertolongan, malahan hanya menyalahkan saja. Sebagai kesimpulannya dari unsur-unsur di atas ada empat hal yang menjadi penyebab kesengsaraan hidup manusia, antara lain :
a. Tidak memiliki kekuasaan ( pangkat atau jabatan)
b. Tidak memiliki uang atau harta benda b. Tidak memiliki uang atau harta benda
Tan wun anelangsa sireng wuri / nyandhang rusak turu tan kapenak / mangan yen enaka maneh / lungguh prenah tan patut / sanak liwat tan na ngaruhi / malah api tan wikan / tobata den ulun / yeka wisaning agesang / gegedhene tan liyan patang prakawis/ tanpa wirya myang arta //
Terjemahan : Tidak urung merana dikemudian hari, berpakaian jelek tidur tidak tenang,
makan pun tidak enak, duduk tidak pantas, sanak saudara yang lewat tidak menegur, malahan berpura-pura tidak mengetahui, maka bertaubatlah dirimu bahwa itu adalah racun dalam hidupmu, adapun penyebabnya tidak lain ada empat macam, yaitu : tidak memilih kekuasaan, dua tidak mempunyai uang.
Kutipan
Katri dora wicaraning lathi / kapat manungsa watak sungkanan / sato kewan pepadhane / sayekti angur asu / pethek lamun angiring-iring / tegel rumekseng dhusta / tengen lamun dalu / tur nganggo udut kinang / wong sungkanan cinelok nora nauri / denawe nora prapta /
Terjemahan : Ketiga berbicara selalu bohong, empat berwatak malas, perumpamaannya seperti
binatang, bahkan lebih baik dibanding anjing, anjing rajin mengawal maupun menjaga dari gangguan pencuri, tajam pendengarannya di malam hari, meskipun tidak merokok dan makan sirih, orang malas di panggil tidak menyahut, di gamit tidak mau datang .
Kutipan
Urip yen tiwas badan pribadi / badan liya tan kwasa tulunga / destun mung nenutuh bae / bara ora yen antuk / sihing Gusti kang nutuh parpti / wuwuse Urip yen tiwas badan pribadi / badan liya tan kwasa tulunga / destun mung nenutuh bae / bara ora yen antuk / sihing Gusti kang nutuh parpti / wuwuse
Terjemahan : Hidup kalau mengalami kesengsaraan, orang lain tidak kuasa menolong, bahkan
hanya mnyalahkan saja, apabila memperoleh pertolongan dari raja, orang yang menyalahkan itu datang dan berkata ” benar ramalan saya ”
Serat Wulangreh karya Pakoe Boewana IV mengajarkan bahwa ‟ Sebagai seorang yang terhoramat janganlah memiliki sifat adigang, adigung, adiguna‟. Adigang adalah watak sombong yang mengandalkan keberanian dan bersilat lidah atau berdebat. Sebenarnya keberanian bersilat lidah itu hanya di mulut saja, apabila ia dihadapkan pada permasalahan yang sebenarnya, ternyata ia tidak dapat menyelesaikannya. Adigung adalah watak sombong yang mengandalkan pangkat atau kedudukan serta derajat yang tinggi. Keyakinan akan kemampuan diri yang berlebihan akan menumbuhkan rasa sombong dan takabur, sehingga lupa diri dan kewaspadaan. Sedangkan Adiguna adalah watak sombong yang mengandalkan kepandaiaan diri sendiri sehingga meremehkan orang lain. Maka dari itu janganlah berwatak sombong, supaya tidak sengsara di kemudian hari.