Relevansi Ajaran Serat Margawirya Dengan Kehidupan Masa Kini
C. Relevansi Ajaran Serat Margawirya Dengan Kehidupan Masa Kini
Pada dasarnya suatu karya sastra merupakan pencerminan dari masyarakat pendukungnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan timbal balik antara karya sastra, pengarang dan masyarakat pembaca tentunya. Dilihat dari proses penciptaan karya sastra banyak dipengaruhi oleh unsur kemasyarakatan yakni sebagai wujud pernyataan sosial si pengarang yang dipengaruhi oleh imajinasinya, namun karya sastra tidak harus nyata menyampaikan realitas kehidupan, akan tetapi karya sastra tidak lepas dari imajinasi pengarang.
Kehidupan yang berhasil ditampilkan oleh sebuah hasil karya sastra tersebut sebenarnya merupakan gambaran sosial masyarakat pendukungnya yang bersifat implisit, baik mengenai budaya, kondisi sosial, maupun norma-norma yang melingkupi pengarang dalam melahirkan karya niali-nilai yang tertuang dalam sebuah karya sastra dapat terwujud anjuran atau nasehat, pemberitaan, peperangan, kebencian, kemarahan, cinta kasih, amarah, sendu, nafsu, dan lain sebagainya. Suatu karya sastra juga berisi suatu absurd, yakni sesuatu yang dapat ditangkap pembaca Kehidupan yang berhasil ditampilkan oleh sebuah hasil karya sastra tersebut sebenarnya merupakan gambaran sosial masyarakat pendukungnya yang bersifat implisit, baik mengenai budaya, kondisi sosial, maupun norma-norma yang melingkupi pengarang dalam melahirkan karya niali-nilai yang tertuang dalam sebuah karya sastra dapat terwujud anjuran atau nasehat, pemberitaan, peperangan, kebencian, kemarahan, cinta kasih, amarah, sendu, nafsu, dan lain sebagainya. Suatu karya sastra juga berisi suatu absurd, yakni sesuatu yang dapat ditangkap pembaca
Pembeberan sebuah cerita karya sastra, pengarang sebenarnya ingin mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kenyataan sosial masyarakat yang ditemui lewat karya-karya kreatifitasnya lain dari pada hal itu pengarang memiliki keinginan untuk merespon kenyataan sosial yang ada.
Naskah SM yang dipilih menjadi objek penelitian ini juga mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kenyataan sosial masyarakat yang ditemui lewat kreatifitasnya, khususnya di dalam pengajaran tata cara sopan santun budi pekerti. Selain itu pengarang ingin merespon kenyataan sosial yang ada. Naskah SM yang menjadi objek penelitian ini juga mengungkapkan permasalahan-permasalahan kehidupan yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan tersebut antara lain bagaimana membentuk karakter seseorang yang berbudi pekerti luhur.
Berpijak dari hal-hal di atas, peneliti ingin mengungkapkan bagaimana relevansi yang terdapat dalam naskah SM dengan realita yang sekarang dialami, khususnya masyarakat Jawa. Relevansi dalam naskah SM diungkapkan secara eksplisit oleh pengarang. Oleh karena itu, peneliti menarik kesimpulan sendiri tentang relevansi yang terdapat dalam naskah dan norma-norma yang diceritakan di dalamnya. Nilai-nilai cerita diambil dari beberapa kutipan tembang yang ditampilkan oleh pengarang, karena dalam peristiwa tersebut terkandung suatu nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang baik dan mulia.
yang disebut dengan hak dan kewajiban. Dalam naskah SM menampilkan suatu perwujudan atau cita-cita pengarang yang dilukiskan di dalam bentuk tembang macapat yang ditujukan kepada para siswa (anak didik) yang kelak agar dapat hidup dengan baik sesuai budi pekerti dan sopan santun, sehingga manusia hidup itu bukan hanya sekedar hidup saja melainkan hidup yang teratur, hidup yang tertata sesuai aturan sehingga hidup itu akan selaras, serasi dan seimbang. SM banyak memuat nasehat-nasehat, petuah bijak yang apabila dapat dijalankan oleh seseorang maka hidup akan menjadi sejahtera.
Menelusuri suatu karya sastra wulang atau ajaran tidak dapat terlepas dari keadaan masa lampau, terkadang ajaran-ajaran tersebut diberikan untuk menggambarkan keadaan pada waktu itu atau bahkan dengan buah pikirannya itulah penampilan ide-ide yang muncul dari pikirannya setidak-tidaknya sesuai dengan makna baik yang tersurat maupun tersirat apabila dihubungkan dengan keadaan pada jaman sekarang masih relevan.
Budi pekerti luhur adalah nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Nilai-nilai yang disadari dan dilaksanakan sebagai budi pekerti hanya dapat diperoleh melalui proses yang berjualan sepanjang hidup manusia. Budi pekerti didapat melalui proses internalisasi dari apa yang diketahui, yang membutuhkan waktu sehingga terbentuklah pekerti yang baik dalam kehidupan umat manusia.
pekerti yang terintegrasi dalam sejumlah mata pelajaran yang relevan dan tatanan serta iklim kehidupan sosial kultural dunia persekolahan secara umum bertujuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai mengembangkan ketrampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam diri para siswa serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari dalam konteks sosial budaya yang berbhineka sepanjang hayat.
Tata krama itu tidak hanya terdapat di dalam pergaulan saja, namun di dalam dunia bisnis dan dalam berlalu lintas pun memiliki tata krama yang berbeda-beda. Semakin tingginya tingkat sosial atau intelektual seseorang biasanya identik dengan tingginya tata krama yang dimilikinya. Dengan memiliki tata krama berarti menunjukkan kualitas diri. Apabila di dalam suatu kerajaan atau di dalam keraton tata krama seperti ini sangat dijunjung tinggi , semua kegiatan keseharian ada aturannya, antara lain tata cara makan, berbicara, berpakaian, cara duduk hingga dalam memilih pasangan dalam lingkungan keraton harus melihat bibit, bebet, dan bobot, artinya walaupun orang kaya tetapi apabila tidak memiliki unggah-ungguh berarti tidak termasuk kriteria.
Zaman modern identik dengan perlengkapan, kebiasaan dan tingkah laku yang modern pula. Namun yang memprihatinkan pada masa-masa sekarang adalah kurangnya tata krama di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat ketika berada di tempat-tempat umum, banyak para kaum muda tidak memberi kesempatan duduk Zaman modern identik dengan perlengkapan, kebiasaan dan tingkah laku yang modern pula. Namun yang memprihatinkan pada masa-masa sekarang adalah kurangnya tata krama di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat ketika berada di tempat-tempat umum, banyak para kaum muda tidak memberi kesempatan duduk
Sekarang ini orang semakin merasa tidak peduli dan cenderung masa bodoh dengan lingkungan di sekelilingnya, dan rasa kepedulian itu sudah sangat jarang sekali ditemui, jarang sekali orang dapat menghargai jasa orang lain, tidak mau mengalah demi suatu kelancaran. Mereka semua menginginkan kepentingannya selalu didahulukan dibandingkan kepentingan orang lain.
Hal di atas adalah tuntunan moral yang paling penting untuk orang Jawa tradisional. Budi pekerti adalah induk dari segala etika, tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti hendaknya ditanamkan oleh orang tua dan keluarga di rumah, kemudian di sekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
Pada saat dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral, budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi. Budi pekerti digunakan untuk menjalankan hal-hal yang patut, baik, dan benar. Apabila seseorang berbudi pekerti, maka jalan kehidupan yang ditempuh akan selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik. Namun apabila seseorang melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, Pada saat dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral, budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi. Budi pekerti digunakan untuk menjalankan hal-hal yang patut, baik, dan benar. Apabila seseorang berbudi pekerti, maka jalan kehidupan yang ditempuh akan selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik. Namun apabila seseorang melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan,
Berperilaku yang baik dalam keluarga amat penting bagi pertumbuhan sikap anak selanjutnya dari kecil sudah terbiasa menghormat orang tua atau orang yang lebih tua, sebagai contoh ketika sedang berjalan didepan orang tua dengan sopan mengucap "nuwun sewu ndherek langkung", "permisi, perkenankan untuk lewat".
Dengan bahasapun juga dapat dipergunakan dalam sarana pendidikan budi pekerti, dengan menggunakan bahasa yang halus dan sopan dapat menghormati sesama. Krama dan Ngoko di dalam bahasa Jawa keduanya menempati sendiri- sendiri. Bahasa Jawa yang bertingkat bukanlah hal yang rumit, karena unggah- ungguh basa, adalah sopan santun untuk menghormati orang lain.
Penanaman budi pekerti, diberikan dan dimulai ketika anak-anak telah mengerti ucapan orang tua mereka. Secara naluri mulai diterapkan ajaran unggah- ungguh , sopan santun, etika, menghormati orang tua dan orang lain.
Inkulturasi, penanaman etika ini sangat penting karena menjadi dasar pendidikan pada usia dini, dengan tujuan agar seseorang semenjak kecil hingga dewasa dapat membawa diri dan diterima dalam pergaulan di masyarakat, mampu Inkulturasi, penanaman etika ini sangat penting karena menjadi dasar pendidikan pada usia dini, dengan tujuan agar seseorang semenjak kecil hingga dewasa dapat membawa diri dan diterima dalam pergaulan di masyarakat, mampu
Negara Indonesia memiliki salah satu tokoh pendidik yang berhasil menggunakan budi pekerti sebagai dasar pendidikannya. Ki Hadjar Dewantara seorang tokoh Nasional yang selalu berjuang dengan segenap tenaga dan pikirannya untuk memperjuangkan nasib bangsanya menuju alam kemerdekaan. Konsep budi pekerti Ki Hadjar Dewantara adalah sebagai berikut :
a. Maksud dan tujuan pendidikan adalah berusaha memberikan nasehat-nasehat, materi-materi, anjuran-anjuran yang dapat mengarahkan anak didik pada jalan kebaikan.
b. Dasar pendidikan adalah Pancadharma yang terdiri dari kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
c. Metode pendidikannya adalah metode yang disesuaikan dengan urutan-urutan pengambilan keputusan berbuat yaitu metode ngerti, grasa, dan nglakoni.
d. Materi pendidikan adalah berasal dari cerita rakyat, lakon, babad, sejarah, buku karangan pada pujangga, kitab suci agama dan adat istiadat.
e. Lingkungan pendidikan yang akan disasar adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.
sangat jarang dapat ditemui. Hal ini dapat pula disebabkan telah lunturnya kesadaran untuk berbudi pekerti yang baik. Bahkan tidak sedikit lembaga-lembaga pendidikan tidak memasukkan pelajaran budi pekerti ke dalam pelajaran wajib di dalam lingkungan belajar. Sehingga akhir-akhir ini apabila di dalam tayangan-tayangan baik di media cetak, atau media audio visual banyak tayangan yang menunjukkan betapa sudah bobroknya moral generasi penerus bangsa. Mulai dari razia anak-anak sekolah di mall-mall pada saat jam pelajaran sekolah, kasus kawin muda akibat married by accident, pelajar menjadi bandar judi, narkoba, dan minuman keras, banyak tawuran baik pada tingkat sekolah menengah dan tingkat fakultas. Hal-hal di atas sebenarnya dapat dikendalikan baik oleh si anak sendiri, orang tua dan orang-orang di sekelilingnya serta sudah tentu lingkungan juga mendukung. Namun masih ada pula para generasi penerus bangsa telah berhasil mengharumkan nama bangsa, dengan cara memenangkan berbagai macam kompetisi baik tingkat lokal, nasional bahkan internasional, yang belum lama-lama ini banyak dipetik oleh negara kita yang tercinta.
Menjadi bangsa yang berbudaya, sebaiknya semua pihak menampilkan sikap yang santun dalam pergaulan, membuat orang lain menjadi senang, dan dihargai. Seseorang akan senang apabila dihargai, disapa dengan kata-kata yang baik, termasuk wong cilik orang ekonomi lemah wong cilik akan santun kepada orang yang menghargai mereka. Orang santun meski derajatnya tinggi, tidak sombong, ini adalah cerminan orang berbudaya.
orang lain, secara pribadi juga untung yaitu akan mengalami peningkatan taraf kejawaannya, mengalami kemajuan batiniah.
Kebudayaan Jawa memiliki macam yang beragam, seperti halnya pendidikan budi pekerti, selain diberikan di lingkungan pendidikan, pada zaman dahulu ketika belum didirikan sekolah-sekolah, para pujangga melahirkan banyak karya-karya sastra yang serat dengan pendidikan moral budi pekerti salah satunya adalah SM sendiri. Selain berbentuk naskah-naskah kuno, ada pula pendidikan budi pekerti yang dapat diambil dari cerita pewayangan. Bagi orang Jawa tradisional, apa yang dikirahkan dalam wayang merupakan cermin dari kehidupan. Cerita wayang juga penting untuk pendidikan budi pekerti secara umum. Pelajaran yang dapat ditarik dari cerita pewayangan adalah, antara lain:
a. Di dunia ini ada yang baik dan jahat, pada akhirnya yang baik menang tetapi setiap saat yang jahat akan berusaha untuk menggoda lagi.
b. Contohlah sikap para Pandawa yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa dan satria-satira lain yang memiliki watak jujur, luhur, sopan. Para Pandhawa berjuang demi kebenaran, untuk kesejahteraan rakyat dan negara. Satria dalah orang yang berbudi pekerti, berwatak luhur dan bertanggung jawab.
c. Janganlah mencontoh para Korawa yaitu Duryadana, dan adiknya memiliki sifat tidak jujur, sikapnya kasar, tidak sopan, culas.
d. Penghuni alam raya ini tidak hanya manusia, hewan, tumbuhan namun terdapat makhluk-makhluk kasat mata yang bersifat baik dan jahat.
Penguasa jagat raya adalah sang Hyang Wenang yang dalam pelaksanaannya memberi wewenang kepada Batara Guru.
f. Dalam hidupnya manusia selalu mensyukuri berkah dan anugrah Tuhan, selalu berdoa dan mengagungkan Tuhan, sang Pencipta.
g. Manusia telah diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan di bumi oleh sang Pencipta, tidak selayaknya apabila menyia-nyiakan hidupnya.
Tatakrama dan Tata Susila juga tidak terlepas dari budi pekerti. Berlaku sopan, bertata krama yang meliputi sikap badan, cara duduk, berbicara atau bertutur kata dll. Misalnya dengan orang tua berbahasa halus/kromo, dengan teman berbahasa ngoko. Bahasa Jawa memang unik, dengan mudah bisa menunjukkan sifat tata krama seseorang. Menghormati orang tua, guru, pinisepuh adalah wajib, tetapi tidak berarti yang muda tidak dihormati. Hormat kepada orang lain itu satu keharusan. Itu kesemuanya termasuk dalam Tata Susila- etika moral, yang juga meliputi :
1. Jujur, tidak menipu, welas asih kepada sesama. Berkelakuan baik tidak melakukan Ma Lima, yaitu : Main atau berjudi, madon atau main perempuan atau selingkuh, mabuk karena minuman keras, madat menggunakan narkoba dan maling .Tentu saja tindakan jahat yang lain seperti membunuh, menista, mengakali, memeras, menyuap, melanggar hukum dan berbuat kejam , harus tidak dilakukan.
2. Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik tetap terjaga dan supaya tidak kena malu. Terkena malu bagi orang Jawa tradisional adalah kehilangan kehormatan. Ada pepatah Jawa menyatakan : Kehilangan 2. Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik tetap terjaga dan supaya tidak kena malu. Terkena malu bagi orang Jawa tradisional adalah kehilangan kehormatan. Ada pepatah Jawa menyatakan : Kehilangan
3. Memelihara kerukunan, bebas dari konflik diantara keluarga, tetangga, kampung, desa, selanjutnya ditingkat negara dan dunia, dimana hubungan harmonis antar manusia teramat penting. Kerusakan dan kekacauan yang timbul didunia ini, yang paling besar adalah dikarenakan oleh sikap manusia ‟Ingatlah pepatah : Rukun agawe santoso artinya : Rukun membuat kita sehat kuat.
4. Bersikap sabar, nrimo artinya menerima dengan ikhlas dan sadar jalan kehidupan kita dan tidak perlu iri kepada sukses orang lain ingin hidup sukses harus berusaha dengan keras dan rajin dan mohon restu Tuhan, hasilnya terserah Tuhan.
5. Tidak bersikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada petuah : Sepi ing pamrih, rame ing gawe artinya bertindak tanpa pamrih dan selalu siap bekerja demi kepentingan masyarakat dan kesejahteraan umat. Sikap yang demikian, mudah menimbulkan tindakan bergotong-royong, baik dalam lingkungan kecil maupun besar.
6. Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya sama-sama dinikmati. Ini bisa berlaku diskop kecil seperti antar tetangga kampung yang merupakan kebiasaan yang sudah berjalan sejak masa kuno. Yang digotong royongkan antara lain: sama-sama membersihkan jalan desa, memperbaiki prasarana seperti jalan desa, saluran air, balai desa dan lain sebagainya. Ada juga yang bergotong royong ramai-ramai membangun rumah seorang warga dan lain- 6. Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya sama-sama dinikmati. Ini bisa berlaku diskop kecil seperti antar tetangga kampung yang merupakan kebiasaan yang sudah berjalan sejak masa kuno. Yang digotong royongkan antara lain: sama-sama membersihkan jalan desa, memperbaiki prasarana seperti jalan desa, saluran air, balai desa dan lain sebagainya. Ada juga yang bergotong royong ramai-ramai membangun rumah seorang warga dan lain-
Berdasarkan pengalaman yang sukses dari gotong royong lingkup kecil, gotong royong bisa dipraktekkan berupa sinerji yang berskala nasional, regional, bahkan internasional.