Struktur dan Kekerabatan Masyarakat Batak

upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat. b. Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama. 8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat. Sitepu, Sempa 1996

2.4 Struktur dan Kekerabatan Masyarakat Batak

Etnis Batak identik dengan gaya berbicaranya yang kasar, blak-blakan, bicara apa adannya, tidak sabaran. Dan dapat diketahui dari wajah apakah dia orang Batak atau tidak, logatnya yang kental yang selalu mengucapkan kata Bah. Masyarakat Batak Toba menarik garis keturunan dari pihak ayah atau pihak laki- laki yang dinamakan dengan prinsip patrilineal. Suatu kelompok adat dihitung dari satu ayah disebut saama, atau satu nenek disebut dengan saompung dan kelompok kekerabatan yang besar adalah marga. Kelompok kekerabatan yang Universitas Sumatera Utara terkecil atau keluarga batih disebut ripe. Istilah ripe dapat juga dipakai untuk menyebut keluarga luas patrilineal. Saompu dapat disebut klen istilah ini dipakai juga untuk menyebut kerabat yang terikat dalam satu nenek moyang Lubis, 1999:112 Berdasarkan prinsip keturunan Masyarakat Batak Toba yang berarti garis keturunan etnis adalah dari keturunan laki-laki. Keturunan laki-laki memegang peranan penting dalam kelanjutan generasi. Berarti apabila seseorang tidak mempunyai keturunan laki-laki, maka dianggap napunu karena tidak dapat melanjutkan silsilah ayahna. Silsilah yang tidak dapat berlanjut lagi sama halnya bahwa seseorang itu tidak akian pernah diingat atau diperhitungkan lagi dalam silsilah keluarga Rajamarpodang, 19992: 105 dalam Gultom Hubungan kekerabatan yang timbul sebagai akibat dari penarikan garis keturunan patrilineal mempunyai nilai yang sangat penting. Pada urutan generasi setiap ayah yang mempunyai keturunan laki-laki menjadi bukti nyata dalam silsilah kelompok patrilinealnya. Seorang ayah mempunyai dua atau lebih kelompok keturunan yang masing-masing mempunyai identitas sendiri. Apabila mereka berkumpul maka akan menyebut ayah tadi ompu parsadaan. Ompu berarti kakek, moyang laki-laki; sada adalah satu, jadi merupakan titik temu mereka. Mereka yang berasal dari nenek moyang yang satu nasaompu dari generasi ke generasi akan menjadi satu marga. Marga merupakan suatu pertanda bahwa orang yang menggunakannya masih mempunyai kakek bersama atau percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek menurut garis patrilineal Bruner dalam Lubis, 1999: 112. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan prinsip patrilineal, Masyarakat Batak Toba mengartikannya bahwa laki-laki mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam meneruskan silsilah dan keturunan keluarga. Laki-lakilah yang dapat menurunkan marga bagi keturunanya. Setiap anak yang dilahirkan baik laki-laki maupun perempuan mencatumkan marga ayahnya dan bukan marga ibunya dibelakan nama pribadinya. Berdasarkan prinsip patrilineal, maka kekuasaan berada ditangan laki- laki. Masyarakat Batak Toba menurut ketentuan dalam kebudayaanya harus selalu memelihara kepribadian dan rasa kekeluargaan harus tetap terpupuk. Hal tersebut dilakukan bukan saja terhadap keluarga dekat, tetapi juga terhadap keluarga jauh yang semarga. Nama panggilan terhadap seseorang adalah nama marganya dan bukan nama pribadinya. Apabila sesama orang Batak bertemu, maka yang pertama ditanya adalah nama marganya dan bukan nama pribadi atau tempat tinggal. Dengan mengetahui marga, mereka akan mengikuti proses penelusuran silsilah untuk mengetahui hubungan kekerabatan diantara mereka. Selain hubungan marga secara garis keturunan antara marga-marga juga mempunyai hubungan lain fungsional. Marga mempunyai fungsi tertentu terhadap marga lain yang terjadi akibat perkawinan. Hubungan fungsional ini mengakibatkan adanya penggolongan marga didalam kaitannya dengan marga lain yang menimbulkan suatu system kekerabatan Masyarakat Batak Toba yang disebut dengan Dalihan na Tolu. Dalihan na Tolu dalam Bahasa Indonesia adalah tungku nan tiga. Tungku adalah alat memasak, dimana periuk dan belanga diletakkan diatasnya untuk Universitas Sumatera Utara memasak makanan. Orang Batak melambangkan alat memasak makanan dalihan yang tiga batunya sebagai lambing struktur social mereka. Sebab terdapat tiga golongan penting didalam Masyarakat Batak Toba yaitu hula-hula, boru, dan dongan sabutuha Simanjuntak, 2006: 99-103. Menurut Koentjaraningrat 1984, 125-128 dalam Gultom Dalihan na Tolu tersebut selalu tercermin dalam setiap aspek-aspek kehidupan Masyarakat Batak Toba, aktivitas-aktivitas hidup bersama terdapat pada pesta-pesta seperti: perkawinan, mendirikan rumah, dan upacara keagamaan. Pada setiap pesta dalam Masyarakat Batak Toba, harus kelihatan tiga kelompok kerabat yaitu: hula-hula, dongan sabutuha, dan boru yang mempunyai hubungan khusus dengan orang yang menyelenggarakan pesta suhut. Ketiga kelompok tersebutlah yang h yang disebut dengan Dalihan na Tolu. Gultom, Dj.1992. Dalihan Na Tolu : nilai budaya Suku Batak. Medan TV armada.

2.5. Kelompok Sosial