Mandala terdapat angkutan umum MITRA 141 dengan trayek Mandala- Pancur Batu dan apabila ingin ke Kota Brastagi terdapat beberapa Bus seperti
Sinabung Jaya, Borneo Sutra dan lain-lain. Selain itu masyarakat Desa Baru juga menggunakan alat transportasi lainnya seperti Sepeda Motor maupun
Mobil pribadi untuk keperluan pribadi. Dengan kata lain transportasi menuju Desa Baru sangat berkembang baik, dapat dilihat mudahnya mengakses baik
menuju maupun keluar dari Desa ini.
4.6. Profil Informan
Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa dimana setiap informan mengetahui banyak hal yang ingin
diungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini mempunyai pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam memberi penjelasan tentang bagaimana terjadinya
harmonisasi interaksi antar etnis di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
4.6.1 Informan Biasa
1. Widodo lk, 37 tahun Pak Widodo merupakan salah satu warga yang tinggal di Desa Baru yang
merupakan etnis pendatang dari Jawa Tengah. Beliau berumur 37 tahun, lahir pada tanggal 21 Agustus 1977 di Jawa Tengah, serta memiliki seorang istri yang
bernama Tarmi yang sekarang berumur 33 tahun. Ibu Tarmi sendiri lahir pada tanggal 29 November 1981. Terdapat perbedaan usia diantara kedua pasangan ini,
pasangan yang sudah lama berkeluarga ini sudah mempunyai 2 anak dari pernikahan mereka yang mana terdiri dari 1 laki-laki dan 1 perampuan. Anak
Universitas Sumatera Utara
pertama mereka diberi nama Aditia Selamet Riyadi yang sekarang ini masih sekolah di SMP Negeri 1 Desa Baru kelas 3 SMP. Dan anak kedua mereka yang
bernama Widia Selfia Ramadani yang sekarang ini masih duduk di Sekolah dasar kelas 2 SD. Pak Widodo bekerja sebagai pedagang dan istrinya sebagai mengurus
rumah tangga, pendidikan terakhir beliau hanya sampai ke jenjang SMA dan sampai sekarang mereka sekeluarga memeluk agama Islam.
Pak Widodo beserta keluarga sudah lama tinggal di Desa Baru sejak tahun 2000 yaitu sekitar 14 tahun. Beliau serta istrinya merupakan etnis Jawa yang
tinggal di Desa Baru yang datang dari Jawa Tengah. Menurut beliau walaupun belum sangat lama tinggal di Desa Baru ini, keharmonisan antar etnis yang terjadi
disini dapat dilihat selama saya tinggal disini ini tidak pernah terjadi masalah antar etnis lainnya karena dengan kedatangan etnis pendatang ke Desa Baru ini,
etnis yang sudah tinggal disini itu mendapatkan keuntungan dengan kedatangan etnis pendatang tersebut karena etnis yang menyewakan tanahnya yang kosong
ataupun membuat bangunan rumah untuk dikontrakkan akan disewakan kepada etnis pendatang yang belum memiliki tempat tinggal setelah sampai di Desa ini.
Dengan begitu warga dengan etnis yang berbeda yang sebelumnya tinggal disini itu dapat mentoleransi dan mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan
warga etnis lainnya dengan kehadiran kami disini karena faktor ekonomi dimana etnis yang sudah tinggal disini sebelumnya mendapat keuntungan dari kami
dengan cara kami menyewa lahan atau rumah kontrakan mereka begitu juga dengan kami yang mendapatkan tempat tinggal dan dapat membuka usaha untuk
keberlanjutan hidup kami. Beliau menambahkan bahwa dengan banyaknya etnis yang berbeda yang tinggal di desa ini itu terjadi perkawinan antar etnis lain tetapi
Universitas Sumatera Utara
hanya beberapa keluarga saja seperti Etnis Karo dengan Etnis Jawa yang biasa di bilang KAROJA dan ada juga Etnis Karo dan Etnis Batak.
Pak Widodo sendiri sebelumnya mendapatkan tempat tinggal di desa ini beliau tinggal dengan saudaranya selama 3 bulan setelah itu beliau mencari rumah
kontrakan untuk tempat tinggal mereka. Rumah pertama mereka menyewa sebelumnya punya etnis karo, yaitu rumah Nenek , sebutan orang karo bilang
kalau nenek-nenek sudah tua selama 4 tahun beliau tinggal di rumah tersebut lalu beliau sekarang ini tinggal di rumah kontrakan yang disewakan oleh etnis Jawa.
beliau mengatakan alasananya pindah ke Desa Baru ini karena faktor ekonomi dengan mencoba peruntungan mereka dengan cara beliau membuka usaha seperti
menjual mainan untuk anak-anak dan juga berjualan Bakso sebelumnya beliau di Jawa juga seperti jualan mainan saja. Walaupun beliau sekarang tinggal di Desa
Baru ini tetapi beliau tidak meninggalkan kebudayaannya dari kampungnya seperti disini juga beliau menggunakan bahasa Jawa dengan warga etnis Jawa
lainnya dan juga mengikuti perwiritan antar warga etnis Jawa pendatang lainnya atapun yang sudah tinggal di desa baru ini terlebih dahulu.
2. Susi pr, 25 tahun Ibu Susi merupakan salah satu warga etnis Jawa yang tinggal di Desa Baru
tepatnya di Gang Dame yang merupakan etnis pendatang dari Jawa. Ibu Susi berumur 25 tahun, beragama Islam. Ibu Susi memiliki suami yang bernama Eko
yang sekarang berumur 29 tahun. Pasangan keluarga ini memang masih muda karena mereka memutuskan menikah pada usia mereka masih muda. Pendidikan
terakhir yang diselesaikan Ibu Susi hanya sampai pada jenjang SMP serta suami
Universitas Sumatera Utara
juga mendapatkan pendidikan terakhir hanya sampai jenjang SMP juga.dari hasil pernikahannya mereka memiliki 1 anak yaitu 1 perampuan yang mereka beri
nama Alis yang sekarang ini masih duduk di Sekolah Dasar kelas 1 SD. Ibu Susi bekerja sebagai mengurus rumah tangga sedangkan suaminya bekerja sebagai
wiraswasta. Ibu Susi serta keluarga belum lama tinggal di Desa Baru ini sejak tahun
tahun 2008 yaitu sekitar 5 tahun tinggal di Desa Baru. Beliau dan suami bukan warga asli Desa Baru beliau etnis pendatang yang datang dari Jawa. Alasan beliau
pindah ke Desa Baru merupakan faktor ekonomi agar dapat bertahan hidup, dimana sebelumnya beliau masih di Jawa bekerja sebagai petani dan setelah
pindah ke Desa Baru Ibu Susi dan keluarga membuka usaha berjaulan mainan anak-anak. Sebelum pindah ke Desa Baru ini beliau dan sekeluarga sempat
merantau ke padang selama 1 tahun setelah itu beliau kembali lagi ke Jawa dan merantau ke Medan tepat di Desa Baru yang sebelumnya saudaranya telah pindah
ke Desa Baru ini terlebih dahulu. Menurut beliau walaupun masih baru tinggal di Desa Baru ini selama dia
tinggal di desa ini beliau menyatakan tidak pernah terjadi masalah antar etnis lainnya yang tinggal di Desa ini semua baik-baik saja, karena saling menghormati
satu dengan yang lainnya baik etnis Jawa, Karo, dan Batak. Misalnya keluarga saya disini yang datang dari Jawa tidak ada dipermasalahlan justru sekarang ini
saya bertetangga baik dengan etnis Karo saling berbagi kami disini. Etnis lain yang sebelumnya tinggal disini terlebih dahulu dapat mentoleransi kedatangan
etnis pendatang karena etnis pendatang menyewa rumah kontrakan yang sudah disediakan oleh warga etnis Jawa atau Karo agar kami disini dapat tinggal dan
Universitas Sumatera Utara
membuka usaha di desa ini. Etnis pendatang lainnya yang sudah tinggal di sini dan membuka usaha juga dapat mentoleransi kedatangan etnis pendatang lainnya
karena sama-sama warga pendatang untuk mencari nafkah agar dapat bertahan hidup. Ibu Susi juga menambahkan bahwa kedatangan kami sebagai warga
pendatang di desa baru ini memdapat keuntungan bagi warga masyarakat yang menyewakan lahannya atau rumah kontrakannya di desa ini begitu juga kami yang
mendapatkan tempat tinggal. Dengan begitu saya dan keluarga secara perlahan mampu beradaptasi dan berinteraksi antar etnis lainnya hingga sekarang ini semua
baik-baik saja. Ibu Susi sekarang ini tinggal di rumah kontrakan yang di sewakan oleh
etnis Karo. Menurut beliau kebanyakan etnis yang menyewakan lahan atau rumah kontrakannya disini yaitu etni Karo dan etnis Jawa. walaupun beliau sekarang
tinggal di Desa ini beliau tidak meninggalkan kebudayaannya dari asalnya beliau juga menggunakan bahasa Jawa kepada etnis Jawa lainnya dan juga Beliau sekali-
kali pulang kampung untuk melihat orang tuanya yang ada di Jawa. Beliau juga menambahkan bahwa di Desa Baru ini juga terjadi perkawinan antar etnis lainnya
karena memang disini sudah banyak etnis yang tinggal di Desa Baru ini. 3. Ahmad Jainuri lk, 57 tahun
Pak Ahmad merupakan salah satu warga Etnis Jawa yang tinggal di Desa Baru, beliau adalah warga asli Desa Baru tepatnya jalan Bhakti Desa Baru Dusun
III yang sekarang berumur 57 tahun, beragama Islam. Beliau lahir pada 5 Agustus 1956 di Desa Baru serta memiliki istri yang bernama Tamiem yang sekarang
berumur 58 tahun. Sejak beliau lahir dan sampai menikah sampai saat ini masih
Universitas Sumatera Utara
tinggal di Desa Baru dan pasangan yang sudah lama berkeluarga ini memiliki 3 orang anak yang mana terdiri dari 2 perampuan dan 1 laki-laki. Anak pertama
mereka diberi nama Ananda Novita Sari yang sekarang sudah berkeluarga dan mempunyai 2 anak dan suami bernama wawan, anak kedua yang bernama Bagus
Kurniawan yang sekarang sudah bekerja dan anak ketiga mereka yang bernama Sri Atika Dewi yang sekarang ini bersekolah di SMA Negeri 1 Pancur Batu kelas
3. Pak Ahmad sendiri bekerja sebagai mandor buruh harian sedangkan istri wiraswasta yaitu membuka usaha klontong di di rumahnya, pendidikan terakhir
Pak Ahmad hanya sampai ke jenjang SMA. Pak Ahmad beserta keluarga sudah lama tinggal di Desa Baru sekitar 47
tahun, Pak Ahmad adalah warga etnis Jawa yang telah lama tinggal di Desa Baru ini. Beliau merupakan salah satu warga yang menyewakan rumah kontrakan
kepeda warga yang membutuhkan tempat tinggal, beliau mempunyai 9 pintu rumah kontrakan. Menurut beliau selama tinggal di Desa Baru ini mengatakan
tidak pernah terjadi konflik antar etnis lainnya karena warga Desa Baru baik etnis Jawa, Karo dan Batak saling menjungjung tinggi saling menghormati satu dengan
yang lainnya, beliau juga menambahkan di Desa Baru ini terjadi perkawinan antar etnis disebabkan dimana semua etnis di Desa ini saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya sehingga dapat menimbulkan rasa ketertarikan antar etnis lainya dan mempengaruhi antar etnis lainnya. Dan menurut beliau dengan berbagai etnis atau
etnis pendatang yang datang ke Desa Baru ini merupakan hal yang menguntungkan satu dengan lainnya karena etnis pendatang yang datang ke Desa
ini akan mencari untuk tempat tinggal mereka dan mengontrak rumah yang sudah disediakan baik etnis Jawa dan Karo dan dengan begitu baik etnis pendatang
Universitas Sumatera Utara
maupun etnis yang sudah tinggal di Desa terlebih dahulu dapat mentoleransi kehadiran mereka dan mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan sendirinya.
Menurut beliau etnis yang menyewakan lahan atau mengontrakkan bangunan rumah adalah Etnis Jawa dan Etnis Karo.
4.Pak Supriyanto lk, 67 tahun Pak Supriyanto merupakan salah satu warga Etnis Jawa yang tinggal di
Desa Baru tepatnya jalan Bhakti Desa Baru Pancur Batu, beliau merupakan warga asli Desa Baru dan lahir di Desa Baru, beliau sekarang berumur 67 tahun,
beragama Islam. Beliau memiliki istri yang bernama Sujarti yang sekarang ini berumur 63 tahun, sejak beliau lahir dan sampai menikah beliau saat ini masih
tinggal di Desa Baru dan pasangan yang sudah lama berkeluarga ini memiliki 7 orang anak, tetapi anak yang kedua telah meninggal dunia dan diantaranya 4
sudah menikah , 1 sudah tamat SMA dan 1 masih sekolah di SMA Negri 1 Pancur Batu kelas 3 SMA. Pak Supriyanto sendiri bekerja sebagai wiraswasta yaitu
membuka usaha menjual pulsa dan menjual air minum bersih, pendidikan terakhir yang beliau hanya sampai ke jenjang sekolah Dasar SD.
Pak Supriyanto sendiri sudah lama tinggal di Desa Baru ini sekitar 67 tahun karena Pak Supriyanto dari lahr dan sampai menikah masih tinggal di Desa
Baru. Menurut beliau selaku orang yang sudah sangat lama tinggal di Desa Baru ini, mengatakan bahwa tidak pernah terjadi konflik atau masalah baik antar etnis
satu dengan yang lainnya dan kebanyakan etnis Jawa yang sampai sekarang tinggal di Desa Baru ini kebanyakan etnis pendatang yang datang dari Jawa
dengan tujuan faktor ekonomi dengan cara membuka usaha untuk dapat bertahan hidup dan menurut beliau apabila terjadi masalah di Desa Baru ini hanya masalah
Universitas Sumatera Utara
pribadi saja atau individu dan masalah antar ormas di Desa Baru. Beliau juga menambahkan bahwa etnis yang menyewakan lahan atau rumah kontrakan di
Desa Baru adalah Etnis Jawa dan Etnis Karo, menurut beliau warga di Desa Baru ini sangat saling menghormati sehingga etnis pendatang yang datang dapat
ditoleransi kehadirannya dan mereka menyewa rumah yang sudah disediakan oleh etnis Jawa dan Karo untuk tempat tinggal mereka dan membuka usaha. Dan
adaptasi dan interaksi yang dilakukan oleh etnis pendatang maupun etnis yang sebelumnya tinggal disini dapat berjalan dengan baik.
5.Pak Hardi Saragih lk, 43 tahun Pak Hardi Saragih merupakan Etnis Batak yang merupakan salah satu
warga di Desa Baru tepatnya Jln. Jamin Ginting, gang harapan No.22 yang sekarang berumur 43 tahun yang lahir di Desa Baru, beragama Kristen Protestan
serta memiliki istri yang bernama Debora yang sekarang berumur 41 tahun. Umur pernikahan beliau sampai sekarang sekitar 17 tahun serta memiliki 3 anak yang
terdiri dari 3 laki-laki, anak pertama yang diberi nama Adriyansen Nanda Saragih yang sekarang masih bersekolah di SMA Methodist Desa Baru kelas 3 SMA, anak
yang kedua diberi nama Evanders Saragih yang sekarang satu sekolah dengan abangnya kelas 2 SMA, dan yang terakhir yang bernama Ebeneser Saragih yang
sekarang masih bersekolah kelas 6 SD. Pak Hardi Saragih sendiri bekerja sebagai Wiraswasta yaitu membuka usaha bengkel Las dan istri membuka usaha Klontong
di rumahnya, pendidikan terakhir Pak Hardi Saragih hanya sampai pada jenjang SMK.
Universitas Sumatera Utara
Pak Hardi Saragih sudah lama tinggal di Desa Baru sekitar 43 tahun, beliau saat lahir dan sampai menikah sampai sekarang masih tinggal di Desa Baru.
Beliau merupakan salah satu etnis Batak yang menyewa lahan kepada Etnis Karo untuk membuka usaha yang sekarang masih berlanjut, menurut beliau selama
tinggal di Desa Baru mengatakan tidak pernah terjadi masalah atau konflik di Desa Baru karena menurut beliau di Desa Baru memang disifatnya disiplin dan
saling menghormati. Beliau juga menambahkan bahwa interaksi yang terjadi di Desa Baru interaksi yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya baik
Etnis Jawa, Etnis Karo dan Batak sehingga toleransi antar Etnis lainnya dapat diterima sehingga proses adaptasi yang dilakukan setiap etnis baik pendatang
ataupun etnis yang tinggal di Desa Baru dapat menerima satu dengan yang lainnya. Beliau juga mengatakan bahwa Etnis yang menyewakan lahannya di
Desa Baru adalah Etnis Jawa dan Karo karena merekalah warga atau etnis yang tinggal pertama di Desa Baru.
6.Pak Darlin Siburian lk, 48 tahun Pak Darlin Siburian adalah Etnis Batak yang merrupakan salah satu warga
Desa Baru tepatnya Jln. Baru, dusun IV yang sekarang berumur 48 tahun yang lahir di Sidikalang, beragama Kristen, beliau memiliki istri dan memiliki anak.
Pendidikan terakhir beliau hanya sampai pada jenjang SMA, beliau seakrang bekerja seabagi Wirasawasta.
Pak Darlian sendiri adalah Etnis Batak yang merupakan Etnis pendatang dari Sidikalang, Kabupaten Dairi, beliau datang ke Desa Baru dari tahun 1990 dan
beliau sekarang tinggal di Desa Baru sekitar 24 tahun. Pak Darlian Siburian
Universitas Sumatera Utara
mengatakan alasannya pindah ke Desa Baru karena faktor ekonomi, beliau sekarang tinggal di rumah kontrakan yang di disewakan oleh etnis Karo dan
hingga sekarang beliau sudah menetap tinggal di Desa Baru. Sebelumnya beliau di Sidikalang bekerja sebagai petani karena menurut beliau tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari beliau merantau ke Desa Baru dan sekarang beliau bekerja sebagai penjual Roti dan membuka warung Tuak. Menurut beliau alasan Etnis
pendatang lainnya datang ke Desa Baru dikarenakan faktor ekonomi dan dengan kedatangan etnis lain ke Desa Baru, warga yang sebelumnya tinggal di Desa Baru
dapat mentoleransi dengan kehadiran mereka dan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Beliau juga menambahkan bahwa Etnis Karo dan Etnis Jawa yang
mempunyai atau menyewakan lahan untuk tempat tinggal bagi yang membutuhkannya.
7. Masnan Tarigan lk, 52 tahun Pak Masnan Tarigan adalah Etnis Karo yang merupakan salah satu warga
yang tinggal di Desa Baru tepatnya Jln. Jamin Ginting Desa Baru, yang merupakan warga asli Desa Baru dan lahir di Desa Baru, beliau sekarang berumur
52 tahun, beragama Islam, beliau lahir pada 3 Januari 1962 di Desa Baru. Beliau memiliki istri yang bernama Lindawati yang sekarang berumur 48 tahun yang
lahir pada 28 Februari 1966. Sejak beliau lahir dan hingga menikah beliau sampai sekarang ini masih tinggal di Desa Baru, dan pasangan yang sudah lama
berkeluarga ini memiliki 3 orang anak diantaranya terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perampuan. Anak yang pertama diberi nama Despirnanda yang sekarang berumur
23 tahun dan sekarang bekerja di sebuah pabrik, anak yang kedua diberi nama Lely Mariani yang sekarang sedang kuliah di salah satu universitas Medan, dan
Universitas Sumatera Utara
anak yang ketiga bernama Risky Juliandar yang sekarang masih sekolah SMK kelas 3. Pak Masnan sendiri bekerja sebagai pegawai Negeri Sipil PNS,
pendidikan terkahir beliau sampai pada SMOA. Pak Masnan Tarigan sendiri sudah lama tinggal di Desa Baru sekitar 52
tahun karena dari lahir hingga sekarang beliau berkeluarga masih tinggal di Desa Baru. Menurut beliau dengan kedatangan etnis lain di Desa Baru tidak pernah
terjadi masalah karena warga ataupu etnis pendatang sangat saling menghormati, sopan dan bermasyarakat. Pak Masnan sendiri merupakan etnis Karo yang
menyewakan lahan kosong dan 2 kios untuk tempat membuka usaha yang sekarang di sewakan oleh Etnis Jawa untuk membuka usaha. Pak Masnan
menambahkan bahwa dengan kedatangan etnis lain ke Desa Baru menambah masukaan atau mendapat keuntungan dari kedatangn etnis pendatang yang ingin
membuka usaha dengan cara menyewa tempat untuk membuka usaha kepada etnis yang menyewakan lahan mereka. Beliau mengatakan bahwa kebanyakan yang
menyewakan lahan untuk tempat tinggal dan untuk membuka usaha di Desa Baru adalah Etnis Karo dan Jawa, kedatangan etnis lain ke Desa Baru ini disebabkan
karena faktor ekonomi dan usaha yang dilakukan kebanyakan sukses itu dapat dilihat dengan membeli lahan kosong dengan cara mencicil dan untuk
membangun rumah untuk menetap tinggal di Desa Baru. Dengan interaksi yang dilakukan berbagai etnis di Desa Baru terjadi Amalgamasi yaitu, perkawinan
silang antar Etnis satu dengan yang lain. 8. Arapenta Kaban lk, 43 tahun
Universitas Sumatera Utara
Pak Arapenta Kaban adalah Etnis Karo yang merupakan salah satu warga yang tinggal di Desa Baru tepatnya Jln. Jamin Ginting Desa Baru, yang
merupakan warga asli Desa Baru, Pak Arapenta sekarang berumur 43 tahun, beragama Kristen Protestan, beliau lahir pada 25 Desember 1971 di Desa Baru
serta memiliki istri yang bernama Sari Tarigan yang sekarang berumur 50 tahun yang lahir pada 15-6-1966. Sejak Pak Arapenta Tarigan lahir dan hingga
berkeluarga sekarang masih tinggal di Desa Baru dan pasangan yang sudah lama berkeluarga ini memiliki 1 anak terdiri dari 1 perampuan. Pak Arapenta Tarigan
sendiri bekerja sebagai wiraswasra membuka usaha pangkas, pendidikan terakhir beliau hanya sampai pada jenjang SLTA.
Pak Arapenta Kaban sendiri sudah lama tinggal di Desa Baru sekitar 43 tahun karena beliau dari lahir hingga sekarang berkeluarga masih tinggal di Desa
Baru. Menurut beliau dengan kedatangan Etnis lain ke Desa Baru hal yang biasa dan warga Desa Baru mendapatkan keuntungan dengan kedatangan Etnis di Desa
Baru. Beliau mempunyai rumah kontrakkan sebanyak 3 pintu yang sekarang ini dikontrakkan oleh Etnis Jawa yang membuka usaha berjualan. Menurut beliau
yang sudah sangat lama tinggal di Desa Baru, tidak pernah terjadi masalah dengan kedatangan Etnis lain ke Desa Baru, dengan kedatangan Etnis lain ke Desa Baru
dengan begitu Desa Baru semakin maju dan berkembang. Dan menurut beliau Etnis Jawa dan Etnis Karo yang tinggal di Desa Baru semenjak tahun 1945.
Beliau juga menambahkan bahwa interaksi yang dilakukan masyarakat Desa Baru yaitu interaksi mendapat keuntungan antara Etnis pendatang dan Etnis yang sudah
tinggal di Desa Baru terlebih dahulu. Menurut beliau kebanyakan warga Etnis Jawa dan Karo yang mengelola atau mempunyai lahan di Desa Baru yang akan di
Universitas Sumatera Utara
sewakan kepada warga yang ingin mencari tempat tinggal dan membuka usaha di Desa Baru dan juga memajukan perkembangan perekonomian masyarakat di Desa
Baru dengan kedatangan Etnis lain ke Desa Baru. 9. Herawati Bru Surbakti pr,38 tahun
Ibu Herawati adalah Etnis Karo yang merupakan salah satu warga yang sekarang tinggal di Desa Baru tepatnya Jln. Bhakti Desa Baru yang merupaka
warga pendatang, ibu Herawati sekarang berumur 38 tahun yang lahir pada 30 Juni 1976 di Desa Bandar meriah serta memiliki suami yang bernama Ober Doan
Brutu yang merupakan Etnis Batak yang sekarang berumur 40 tahun lahir pada 30 April 1974. Pasangan keluarga ini merupakan pasangan berbeda Etnis yang terjadi
di Desa baru dan pasangan yang sudah lama berkeluarga ini memiliki 3 anak yang terdiri dari 3 perampuan diantaranya, anak yang pertama diberi nama Mey Febrina
Brutu yang sekarang masih sekolah di SD swasta Methodist Desa Baru kelas 5 SD, anak yang kedua bernama Keisha Oktavian Brutu yang sekarang masih
belajar Taman Kanak TK, dan yang terakhir diberi nama Diana Vikiola Brutu yang sekarang masih berumur 3 tahun dan belum sekolah. Ibu Herawati sekarang
bekerja sebagai Wiraswasta, pendidikan terakhir yang dijalani Ibu Herawati sampai pada jenjang Sarjana Ekonomi.
Ibu Herawati tinggal di Desa Baru mulai pada tahun 2003 sekitar 14 tahun, dimana pada masa muda beliau pindah ke Desa Baru dan tinggal di tempat
bolangnya agar lebih mudah untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi dan hingga sekarang sampai berkeluarga beliau saat ini masih tinggal di Desa
Baru bersama keluarga. Ibu Herawati sekarang tinggal dirumah kontrakkan yang
Universitas Sumatera Utara
di kontrakkan oleh Etnis Karo dan juga menyewa lahan kosong untuk membuka usaha warung kopi yang sekarang masih dijalani.
Menurut beliau bahwa di Desa Baru ada terjadinya perkawinantar Etnis yang berbeda akan tetapi hanya beberapa keluarga termasuk keluarga beliau
sendiri yang merupakan Amalgamasi yang merupakan perkawinan antar Etnis yang berbeda ini disebabkan karena berbagai etnis yang tinggal di Desa Baru dan
berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi satu dengan yang lain dan mampu beradaptasi dengan Etnis yang berbeda. Beliau juga
menambahkan bahwa kebanyakan Etnis Jawa yang datang ke Desa Baru untuk melanjutkan kehidupan tetapi sebagian Etnis Karo merupakan Etnis pendatang ke
Desa Baru, menurut beliau kepemilikan lahan di Desa Baru di kuasai oleh Etnis Jawa dan Karo. Dan tidak pernah dipermasalahkan dengan kedatangan Etnis
lainnya dan tidak pernah terjadi masalah antar Etnis di Desa Baru.
4.6.2. Informan Kunci Tokoh Adat