Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
keadaannya di lapas sebagai sesuatu yang
positif yang dapat mendukung kehidupan
napi.
Stressful Harmloss Napi menganggap
keberadaannya di lapas sebagai sesuatu yang
dapat merusak kehidupannya, dan dapat
membuatnya kehilangan sesuatu yang berharga
atau dicintai. -
3, 9, 14, 20, 26, 27
6
Threat Napi menganggap
keadaan di lapas sebagai sesuatu yang dapat
mengancam dirinya. -
4, 10, 15, 21, 22
5
Challenge Napi menganggap pengalaman atau keadaan
di lapas sebagai suatu tantangan yang harus
dihadapi. 5, 16, 23,
28 4
Jumlah Total Item 26
Keterangan: Fav
= Favorabel Unfav = Unfavorabel
3. Instrumen Problem Solving Appraisal
Instrumen yang digunakan untuk mengukur problem solving appraisal diadaptasi dari instrumen problem solving appraisal oleh Septiani 2013, yang
berdasarkan pada The Problem Solving Inventory PSI. Heppner 1982 mengembangkan PSI untuk mengukur kesadaran individu pada kemampuan
problem solving secara umum. PSI merupakan inventori yang menggunakan tipe
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
skala likert dengan sistem penyekoran dari 1 sangat setuju sampai dengan 5 sangat tidak setuju. Item-item yang digunakan terdiri dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat positif dan negatif atau favorable dan unfavorable.
Tabel 3.5. Bobot Penilaian Instrumen Problem Solving Appraisal Alternatif Pilihan
Item Favorabel
Unfavorabel
Sangat Setuju SS 5
1 Setuju S
4 2
Ragu-ragu R 3
3 Tidak Setuju TS
2 4
Sangat Tidak Setuju STS 1
5
Instrumen The Problem Solving Inventory PSI terdiri dari 33 item, yaitu 11 item untuk mengukur problem solving confidence, 16 item untuk mengukur the
approach-avoidance style, dan 6 item untuk mengukur personal control. Tingginya nilai PSI diartikan bahwa individu tidak yakin bahwa dirinya dapat
memecahkan permasalahan secara efektif ineffective problem solvers Heppner Petersen, 1982.
Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Problem Solving Appraisal
No. Dimensi
Indikator Item
Jumlah Item
Favorabel Unfavorabel
1. Problem solving
cofidence Napi percaya terhadap
kemampuannya dalam menyelesaikan
permasalahan- permasalahan yang
dihadapinya di Lapas 5, 6, 10, 12,
19, 20, 23, 24, 27, 28,
33 -
11
2. The Approach-
avoidance style Napi cenderung memilih
menyelesaikan masalah atau menghindari masalah
saat menghadapi permasalahan di Lapas
2, 7, 13, 15, 16, 17, 18,
22, 29, 31 1, 4, 14, 21,
26, 30 16
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3. Personal control
Napi percaya bahwa ia dapat mengendalikan
emosi dan perilakunya saat mencoba untuk
menyelesaikan permasalahan di Lapas
3, 8, 9, 11, 25, 32
6
Jumlah Total Item 33
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan uji coba untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat
variabel yang akan diukur. Uji coba instrumen dalam penelitian ini bersifat uji coba terpakai, yang berarti bahwa pengambilan data hanya dilakukan satu kali.
Data yang terkumpul akan diolah untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas, yang kemudian diolah lagi dengan menghilangkan item-item yang tidak valid
ataupun reliabel.
1. Uji Validitas
a. Validitas isi
Untuk uji validitas, peneliti menggunakan pengujian validitas isi content validity. Validitas isi menggambarkan sejauhmana item-item alat ukur
mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur aspek representasi dan sejauhmana item-item tersebut
mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur aspek relevansi Azwar, 2010.
Uji validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau dengan expert atau professional judgement. Dalam hal
ini peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli di Jurusan Psikologi yaitu Drs. MIF Baihaqi, M.Si. dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd. untuk
melakukan penilaian terhadap instrumen cognitive appraisal. Setelah dianalisis terdapat beberapa perbaikan pada beberapa item, dan penambahan
jumlah item. Instrumen yang awalnya berjumlah 27 diperbaiki dan ditambahkan 3 item menjadi 30 item. Akan tetapi setelah dilakukan