Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Eysenck Personality Inventory EPI Dimensi
Sub Dimensi Indikator
No Item Pertanyaan
Jumlah Item
Ekstrovert- Introvert
Activity -
Aktivitas fisik -
Kecepatan dalam bergerak
1, 6, 16, 19, 20, 21, 23
7
Sociability -
Kesukaan dalam mencari teman dan
bertemu dengan banyak orang
2, 10, 17, 24 4
Risk Taking -
Keberanian mengambil resiko
3, 18, 25 3
Impulsiveness -
Kecenderungan bertindak secara
mendadak -
Kurang menggunakan
pertimbangan 4, 8, 9, 11,
12, 14, 22 7
Expressiveness -
Pernyataan perasaan
- Kemauan
memperlihatkan emosi secara
terbuka 5, 27
2
Reflectiveness -
Kedalaman berpikir
13, 15, 26, 28 4
Responsibility -
Rasa tanggung jawab terhadap
tugasnya 7, 29
2
Jumlah Total Item 29
Peneliti membagikan kuesioner kepada subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan membubuhkan tanda silang X di bawah pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Setiap pertanyaan dalam kuesioner tersebut mengandung indikasi
sebagai berikut.
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
a. ae untuk pertanyaan affiliative extraversion
b. ne untuk pertanyaan non affiliative extraversion
Tabel 3.2. Ketentuan Penilaian Eysenck Personality Inventory EPI Poin
Ya Tidak
ae 1
ne 1
Pengolahan data dilakukan dengan memperhatikan patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu; untuk pertanyaan ektrovert-introvert, subjek
dikatakan memiliki kecenderungan ekstrovert apabila nilai yang dicapai lebih dari median. Sebaliknya, subjek dikatakan memiliki kecenderungan introvert apabila
nilai yang dicapai kurang, dan sama dengan nilai median.
2. Instrumen Cognitive Appraisal
Instrumen cognitive appraisal yang digunakan berdasarkan teori cognitive appraisal oleh Lazarus Folkman 1984, yang terdiri dari primary appraisal
dan secondary appraisal. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks dan permasalahan yang akan diteliti, dan untuk penelitian ini teori yang
dipakai hanya primary appraisal. Primary appraisal melibatkan tiga aspek, yaitu; irrelevant, benign-positive,
dan stressful harmloss, treat, challenge. Penilaian yang irrelevant adalah penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas yang tidak membawa
implikasi terhadap kehidupan napi. Benign-positive akan ditafsirkan pada penilaian napi terhadap pengalaman atau keadaan di lapas sebagai sesuatu yang
positif yang dapat mendukung kehidupan napi. Sedangkan stressful merupakan penilaian napi terhadap suatu tekanan yang membuat napi merasa tertekan dan
tidak nyaman terhadap kehidupan di lapas, sehingga memunculkan perilaku stres. Instrumen cognitive appraisal terdiri dari 26 item, yang mengukur dimensi
primary appraisal. Instrumen menggunakan skala Likert, yang merupakan metode penskalaan yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono, 2008. Pada kuesioner terdapat lima pilihan dalam menjawab setiap pernyataan. Subjek diminta untuk
memilih salah satu dari lima alternatif pilihan yang tersedia, yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Ragu-ragu R, Tidak Setuju TS, Sangat Tidak Setuju STS.
Pilihan dari setiap pernyataan memiliki nilai sebagai berikut:
Tabel 3.3. Bobot Penilaian Instrumen Cognitive Appraisal Alternatif Pilihan
Item Favorabel
Unfavorabel
Sangat Setuju SS 5
1 Setuju S
4 2
Ragu-ragu R 3
3 Tidak Setuju TS
2 4
Sangat Tidak Setuju STS 1
5
Intrumen berupa kuesioner dengan rating scale. Kuesioner rating scale yaitu sebuah pernyataan tertulis yang diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya: mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju untuk memperoleh informasi dari responden Arikunto,
2006. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi cognitive appraisal napi dalam menghadapi kehidupan di Lapas. Sebaliknya napi dengan
skor yang rendah, menunjukkan cognitive appraisal yang rendah.
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Cognitive Appraisal
Dimensi Sub
Dimensi Indikator
Item Jumlah
Item Fav
Unfav
Primary Appraisal
Irrelevant Napi merasa pengalaman
atau keadaannya di lapas sebagai sesuatu yang tidak
membawa implikasi terhadap kehidupannya.
1, 7, 12, 18, 25, 29
- 6
Benign- positive
Napi menafsirkan pengalaman atau
2, 8, 13, 19, 30
5
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
keadaannya di lapas sebagai sesuatu yang
positif yang dapat mendukung kehidupan
napi.
Stressful Harmloss Napi menganggap
keberadaannya di lapas sebagai sesuatu yang
dapat merusak kehidupannya, dan dapat
membuatnya kehilangan sesuatu yang berharga
atau dicintai. -
3, 9, 14, 20, 26, 27
6
Threat Napi menganggap
keadaan di lapas sebagai sesuatu yang dapat
mengancam dirinya. -
4, 10, 15, 21, 22
5
Challenge Napi menganggap pengalaman atau keadaan
di lapas sebagai suatu tantangan yang harus
dihadapi. 5, 16, 23,
28 4
Jumlah Total Item 26
Keterangan: Fav
= Favorabel Unfav = Unfavorabel
3. Instrumen Problem Solving Appraisal
Instrumen yang digunakan untuk mengukur problem solving appraisal diadaptasi dari instrumen problem solving appraisal oleh Septiani 2013, yang
berdasarkan pada The Problem Solving Inventory PSI. Heppner 1982 mengembangkan PSI untuk mengukur kesadaran individu pada kemampuan
problem solving secara umum. PSI merupakan inventori yang menggunakan tipe
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
skala likert dengan sistem penyekoran dari 1 sangat setuju sampai dengan 5 sangat tidak setuju. Item-item yang digunakan terdiri dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat positif dan negatif atau favorable dan unfavorable.
Tabel 3.5. Bobot Penilaian Instrumen Problem Solving Appraisal Alternatif Pilihan
Item Favorabel
Unfavorabel
Sangat Setuju SS 5
1 Setuju S
4 2
Ragu-ragu R 3
3 Tidak Setuju TS
2 4
Sangat Tidak Setuju STS 1
5
Instrumen The Problem Solving Inventory PSI terdiri dari 33 item, yaitu 11 item untuk mengukur problem solving confidence, 16 item untuk mengukur the
approach-avoidance style, dan 6 item untuk mengukur personal control. Tingginya nilai PSI diartikan bahwa individu tidak yakin bahwa dirinya dapat
memecahkan permasalahan secara efektif ineffective problem solvers Heppner Petersen, 1982.
Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Problem Solving Appraisal
No. Dimensi
Indikator Item
Jumlah Item
Favorabel Unfavorabel
1. Problem solving
cofidence Napi percaya terhadap
kemampuannya dalam menyelesaikan
permasalahan- permasalahan yang
dihadapinya di Lapas 5, 6, 10, 12,
19, 20, 23, 24, 27, 28,
33 -
11
2. The Approach-
avoidance style Napi cenderung memilih
menyelesaikan masalah atau menghindari masalah
saat menghadapi permasalahan di Lapas
2, 7, 13, 15, 16, 17, 18,
22, 29, 31 1, 4, 14, 21,
26, 30 16
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3. Personal control
Napi percaya bahwa ia dapat mengendalikan
emosi dan perilakunya saat mencoba untuk
menyelesaikan permasalahan di Lapas
3, 8, 9, 11, 25, 32
6
Jumlah Total Item 33
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan uji coba untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat
variabel yang akan diukur. Uji coba instrumen dalam penelitian ini bersifat uji coba terpakai, yang berarti bahwa pengambilan data hanya dilakukan satu kali.
Data yang terkumpul akan diolah untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas, yang kemudian diolah lagi dengan menghilangkan item-item yang tidak valid
ataupun reliabel.
1. Uji Validitas
a. Validitas isi
Untuk uji validitas, peneliti menggunakan pengujian validitas isi content validity. Validitas isi menggambarkan sejauhmana item-item alat ukur
mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur aspek representasi dan sejauhmana item-item tersebut
mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur aspek relevansi Azwar, 2010.
Uji validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau dengan expert atau professional judgement. Dalam hal
ini peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli di Jurusan Psikologi yaitu Drs. MIF Baihaqi, M.Si. dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd. untuk
melakukan penilaian terhadap instrumen cognitive appraisal. Setelah dianalisis terdapat beberapa perbaikan pada beberapa item, dan penambahan
jumlah item. Instrumen yang awalnya berjumlah 27 diperbaiki dan ditambahkan 3 item menjadi 30 item. Akan tetapi setelah dilakukan
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pengolahan data, dimensi secondary appraisal akhirnya dihapus sehingga tersisa 26 item. Untuk dua instrumen lainnya, yaitu tipe kepribadian dan
problem solving appraisal, peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada.
b. Analisis Item
Analisis item merupakan prosedur untuk meningkatkan validitas dan reabilitas suatu alat tes dengan cara memilih item-item yang sesuai dengan
tujuan alat tes Crocker dan Agina dalam Septiani, 2013. Analisis item didasarkan dari data empiris dengan melakukan analisis kuantitatif terhadap
parameter-parameter item seperti indeks kesukaran item, indeks diskriminasi item, analisis reabilitas dan validitas alat ukur tersebut Azwar, 2010.
Setelah melakukan mengambilan data, peneliti melakukan pemilihan item melalui pengujian daya diskriminasi item yang akan menghendaki
dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan corrected item-total
correlation atau daya beda item Azwar, 2010: 59. Suatu item dikatakan layak jika memiliki koefisien korelasi r ≥ 0,30 tetapi jika jumlah item yang
lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka koefisien korelasi dapat diturunkan dari 0,30 menjadi 0,20 Azwar, 2010.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, terdapat beberapa item yang tidak layak untuk digunakan. Item-item tersebut
kemudian tidak akan disertakan dalam proses pengolahan data. Hasil pengembangan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3.7. Hasil Pengembangan Instrumen Tipe Kepribadian
Dimensi Sub Dimensi
No Item yang Layak
No Item yang Tidak layak
Ekstrovert dan Introvert
Activity 1, 6, 16, 19, 21
20, 23 Sociability
2, 10 17, 24
Risk Taking 3, 18, 25
- Impulsiveness
4, 8, 9, 14, 22
11,
12 Expressiveness
27 5
Reflectiveness 26, 28
13, 15 Responsibility
7, 29 -
Total 20
9
Tabel 3.8. Hasil Pengembangan Instrumen Cognitive Appraisal
Dimensi Sub Dimensi
No Item yang Layak
No Item yang Tidak layak
Primary Appraisal Irrelevant
1, 7, 18, 25, 29 12
Benign-positive 2, 13
8, 19, 30 Stressful
Harmloss 3, 9, 14, 20, 26, 27
- Threat
4, 15, 21, 22 10
Challenge 16, 28
5, 23 Total
19 7
Tabel 3.9. Hasil Pengembangan Instrumen Problem Solving Appraisal
Dimensi No Item yang
Layak No Item yang
Tidak layak
Problem Solving Confidence 5, 6, 10, 12, 19, 20,
23, 24, 27, 28, 33 -
The Approach-avoidance Style 1, 2, 4, 7, 13, 14, 15,
16, 18, 21, 22, 30, 31
17, 26, 29
Personal Control 3, 8, 32
9, 11, 25 Total
27 6
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran sehingga reliabilitas dapat diartikan
sebagai tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran Azwar, 2010. Reliabilitas
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menunjukkan sejauhmana konsistensi hasil pengukuran apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama Azwar, 2009. Instrumen yang
reliabel cenderung menghasilkan data yang sama dalam waktu yang berbeda. Pengukuran reliabilitas dihitung dengan koefisien alpha cronbach. Aiken
2002 mengatakan bahwa koefisien alpha cronbach sebesar 0,6 sampai 0,8 dikatakan cukup pada sebuah alat untuk menentukan perbedaan antar kelompok,
selama alat itu tidak dipergunakan untuk membandingkan tiap individu dengan individu lainnya. Pembagian koefisien alpha cronbach pun dapat dibedakan
sebagai berikut Guilford dalam Sugiyono, 2010.
Tabel 3.10. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien
Sangat Reliabel 0,900
Reliabel 0,700-0,900
Cukup Reliabel 0,400-0,700
Kurang Reliabel 0,200-0,400
Tidak Reliabel 0,200
Dengan mengacu pada kategorisasi koefisien reliabilitas alpha cronbach di atas, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga instrumen yang diuji cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun hasil pengujian reliabilitas ketiga instrumen penelitian ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.11. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Sebelum dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .696
29
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3.12. Nilai Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Setelah dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .778
20
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen tipe kepribadian sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,696. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tipe
kepribadian cukup reliabel. Setelah dilakukan seleksi item, instrumen tipe kepribadian mengalami peningkatan nilai alpha cronbach menjadi 0,787 dan
reliabilitasnya menjadi reliabel.
Tabel 3.13. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Sebelum dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .772
26
Tabel 3.14. Nilai Reliabilitas Instrumen Cognitive Appraisal Setelah dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .803
19
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen cognitive appraisal sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,772, dan setelah seleksi item bernilai
0,803. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3.15. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Sebelum dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .783
33
Tabel 3.16. Nilai Reliabilitas Instrumen Problem Solving Appraisal Setelah dilakukan Seleksi Item
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items .869
27
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrumen problem solving appraisal sebelum dilakukan seleksi item bernilai 0,783, dan setelah seleksi item bernilai
0,869. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen cognitive appraisal reliabel dan mengalami peningkatan nilai alpha cronbach setelah dilakukan seleksi item.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab Sugiyono, 2008. Pertimbangan penggunaan kuesioner sebagai
teknik pengumpulan data adalah banyaknya jumlah subjek penelitian, sehingga digunakan kuesioner agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien.
H. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan hasil uji asumsi. Jika hasil asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
dan linear, maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik parametrik. Namun jika hasil uji asumsi menunjukkan data tidak berdistribusi
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
normal atau linear maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik nonparametrik.
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version 20.0 for Windows dengan metode uji One-Sample Kolmogorov-
Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya 0,05. Sedangkan data berdistribusi tidak normal apabila nilai probabilitasnya ≤
0,05 Sugiyono, 2008. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.17. Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tipe Kepribadian
Cognitive Appraisal
Problem Solving
Appraisal N
43 43
43 Normal Parameters
a,b
Mean 8.2326
68.5116 104.2558
Std. Deviation 3.77231
9.31556 8.95516
Most Extreme Differences Absolute
.163 .104
.175 Positive
.163 .069
.175 Negative
-.108 -.104
-.149 Kolmogorov-Smirnov Z
1.069 .680
1.149 Asymp. Sig. 2-tailed
.204 .745
.143 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai signifikansi Asymp. Sig. 2- tailed dari variabel Tipe Kepribadian, Cognitive Appraisal, dan Problem
Solving Appraisal masing-masing sebesar 0,204, 0,745 dan 0,143. Ketiganya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel
tersebut berdistribusi normal.
Angga Permana Putra, 2013 Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal
Pada Narapidana Korupsi Studi Korelasi di Lapas Sukamiskin Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
b. Uji linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk melihat hubungan secara linear antara variabel tipe kepribadian dengan problem solving appraisal, tipe kepribadian
dengan cognitive appraisal, dan cognitive appraisal dengan problem solving appraisal.
Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada satu variabel akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel lainnya dengan
membentuk garis linear. Suatu hubungan dapat dikatakan linear apabila adanya kesamaan variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua
variabel tersebut. Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version
20.0 for Windows. Sepasang data dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila memiliki nilai Sig. Linearity 0,05. Hasil perhitungan uji
linearitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.18. Hasil Uji Linearitas antara Tipe Kepribadian dengan Problem Solving Appraisal
ANOVA
a
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
22.686 1
22.686 .278
.601
b
Residual 3345.500
41 81.598
Total 3368.186
42 a. Dependent Variable: Problem Solving Appraisal
b. Predictors: Constant, Tipe Kepribadian
Hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai Sig. Linearity sebesar 0,601 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tipe kepribadian
dengan problem solving appraisal tidak linear.