40
konkret melalui media video. Hasilnya siswa akan lebih mudah menerima pesan pembelajaran, dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan,
sehingga minat siswa dalam belajar IPS akan meningkat. Hal ini didukung oleh pendapat Miller dalam syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:
47, bahwa lebih banyak sifat bahan audio-visual yang menyerupai realisasi konkret, sehingga membuat semakin mudah terjadinya proses belajar
mengajar. Selain itu Dr. Hujair A.H. Sanaky 2013: 5, juga memiliki pendapat
yang sama, bahwa dengan penggunaan media yang menarik dapat menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan minat
belajar. Selain itu ahli tersebut juga mengemukakan bahwa penggunaan media belajar yang menarik akan menyebabkan situasi belajar yang
menyenangkan tanpa tekanan, sehingga merangsang siswa memiliki motivasi belajar dan minat untuk belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan media audio-visual jenis video yang menarik dan menyenangkan akan meningkatkan minat belajar
siswa.
G. Kerangka Pikir
Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari betapa pentingnya kegiatan tersebut.
Minat timbul dari suatu hal yang disukai atau dibutuhkan. Maka dari itu sebuah minat terhadap sesuatu harus ditanamkan pada siswa sejak dini. Salah satunya
41
adalah minat terhadap pelajaran IPS ynag selama ini dipandang sebelah mata pelajaran yang tidak diminati siswa.
Selama ini proses pembelajarn IPS yang ditemui masih konvensional seperti ceramah, dan tanya jawab. Idealnya, pelajaran IPS adalah bukan
menekankan pada konsep yang terus menerus diberikan kepada siswa, melainkan menekankan pada transfer pengetahuan dan menciptakan pegalaman
konkret kepada siswa guna membekali siswa menghadapi masalah yang ada di masyarakat dan lingkungannya. Maka dari itu pelajaran IPS haruslah diberikan
secara menarik, efektif, dan efisien. Penciptaan pembelajaran IPS yang menarik, efektif, dan efisien, salah
satunya adalah dengan penggunaan media belajar yang menarik bagi siswa dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Salah satu media yang
digunakan adalah media audio-visual. Media audio-visual merupakan salah satu media yang menarik dan efektif untuk pembelajarn IPS yang memang
memiliki banyak konsep. Selain itu, media audio-visual juga memberikan pengalaman yang lebih konkret kepada anak ketika digunakan dalam
menyajikan suatu konsep ketika pelajaran IPS. Hasilnya, pelajaran IPS menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat belajar
siswa. Berdasarkan penjabaran di atas, peningkatan minat belajar IPS siswa yang
rendah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang menarik yaitu menggunakan media audio-visual.
42
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu, media audio-visual dapat meningkatkan
minat belajar IPS siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung.
I. Definisi Operasional Variabel
1. Minat belajar merupakan kecenderungan siswa dalam memusatkan
perhatian atau memiliki ketertarikan ketika kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang efektif.
2. Karakteristik anak usia sekolah dasar kelas awal adalah anak dalam
tahapan berpikir konkret mengalami perkembangan dimana anak mulai dapat berpikir logis untuk memecahkan masalah, dan telah memahami
tentang putusan sebab-akibat. 3.
IPS SD dalam penelitian ini adalah memelihara lingkungan alam dan buatan yang memiliki konsep mengenalkan lingkungan kepada anak SD,
dan cara memeliharanya agar tetap lestari. 4.
Media audio-visual dalam penelitian ini adalah jenis video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan suatu konsep menjadi lebih
konkret.
43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas classroom action research, yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan
dalam sebuah kelas secara bersama Suharsimi Arikunto, 2010: 4. Suharsimi Arikunto 2010: 4 menyatakan bahwa penelitian tindakan
kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar.
Sedangkan menurut Rochiati Wiriaatmadja 2006: 13 mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran, dan belajar dari pengalaman yang didapat ketika proses pembelajaran.
Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif, dalam penelitian jenis ini pihak yang melakukan tindakan adalah
guru, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
Dengan demikian penelitian ini diperlukan kerjasama antara guru kelas dan peneliti dalam proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti bersama dengan
guru melakukan pengkajian permasalahan dan menyusun rencana tindakan. Orang yang melakukan tindakan adalah guru kelas. Peneliti melakukan
pemantauan, mencatat, mengumpulkan data, kemudian menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti dan guru kelas harus menciptakan
kolaborasi dan kerjasama yang baik.