PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WADASLINTANG WONOSOBO.

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD N 1

WADASLINTANG WONOSOBO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dicky M. Ramadhani NIM 12108244089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii


(3)

iii


(4)

(5)

v MOTTO

Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat Yang saya kerjakan, saya pahami

(Konfusius)

Pemahaman yang baik membawa kita pada keberhasilan dalam belajar (Penulis)


(6)

vi

PESEMBAHAN

Skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan cinta yang tulus dan penuh kasih untuk:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan. Terimkasih atas doa yang tiada hentinya kalian panjatkan. Jasa kalian takkan tergantikan oleh apapun, izinkan ananda mempersembahkan sebagian dari amanah ini kepada Bapak dan Ibu 2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

vii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1

WADASLINTANG WONOSOBO Oleh

Dicky M. Ramadhani NIM 12108244089

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS menggunakan media audio visual pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan model Kemmis dan Taggart. Pada model ini setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian adalah prestasi belajar IPS. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif .

Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan pembelajaran dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang. Nilai Kriteria Ketuntasan Miniman (KKM) adalah ≥ 70. Pada pratindakan sebanyak 8 (28,57%) siswa sudah tuntas dan 20 (71,43%) siswa belum tuntas. Siklus I sebanyak 20 (71,43%) siswa sudah tuntas dan 8 (28,53%) siswa belum tuntas. Siklus II sebanyak 23 siswa (82,14%) sudah tuntas dan 5 (17,86%) siswa belum tuntas. Observasi pada saat pelaksanaan tindakan, proses pembelajaran IPS terlihat siswa lebih fokus mengikuti pelajaran dan memperhatikan penjelasan guru, serta siswa menunjukan antusias yang tinggi ketika dijelaskan dengan media audio visual.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.

Pernyataan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Bapak Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Hidayati, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

5. Bapak Suparlan, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi.

6. Orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian, dan doa yang tiada hentinya.

7. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan semangat, dukungan, serta doa kepada penulis.

8. Siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang yang telah berpartisipasi dalam pengambilan data.

9. Sahabat-sahabat spesial atas bantuan, semangat, dan dorongan kalian dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Keluargaku kelas H PGSD 2012 yang telah memberikan pengalaman belajar selama kurang lebih 4 tahun ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 25 Oktober 2016 Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PESEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Prestasi Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Prinsip-prinsip Belajar ... 12

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 13

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 15

B. Tinjauan tentang IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) ... 17


(11)

xi

2. Tujuan IPS ... 19

3. Ruang Lingkup IPS ... 21

C. Kajian tentang Media Audio Visual ... 23

1. Pengertian Media ... 23

2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran ... 25

3. Karakteristik Media Pembelajaran ... 26

4. Macam-macam Media Pembelajaran ... 28

5. Media Audio Visual ... 29

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 43

E. Penelitian yang Relevan ... 48

F. Kerangka Pikir ... 49

G. Hipotesis Tindakan ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

C. Setting Penelitian ... 54

D. Definisi Operasional ... 55

E. Desain Penelitian ... 55

1. Rencana Penelitian ... 56

2. Rencana Tindakan ... 57

F. Teknik Pengumpulan Data ... 61

1. Observasi/Pengamatan ... 61

2. Tes ... 62

G. Intstrumen Penelitian ... 62

1. Lembar Observasi ... 63

2. Tes ... 64

3. Dokumentasi ... 66

H. Teknik Analisis Data ... 67


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 70

1. Deskripsi Data Pratindakan ... 70

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 71

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 85

B. Pembahasan ... 98

C. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Nilai rata-rata Ulangan Semester Gasal

Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 5

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V SD Semester II ... 22

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 63

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 64

Tabel 5. Kisi-kisi Tes Siklus I ... 65

Tabel 6. Kisi-kisi Tes Siklus II ... 66

Tabel 7. Persentase Ketuntasan Pratindakan ... 70

Tabel 8. Prestasi Belajar Siklus I ... 77

Tabel 9. Perbandingan Prestasi Belajar Pratindakan dengan Siklus I ... 78

Tabel 10. Hasil Refleksi Siklus I... 84

Tabel 11. Prestasi Belajar Siklus II ... 93


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Skema Alur Tindakan pada Penelitian Tindakan Kelas ... 57

Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Pratindakan ... 71

Gambar 3. Diagram Persentase Ketuntasan Siklus I ... 78

Gambar 4. Diagram Persentase Ketuntasan Pratindakan dan Siklus I ... 79

Gambar 5. Diagram Persentase Ketuntasan Siklus II ... 93

Gambar 6. Diagram Persentase Prestasi Belajar Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 95


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 109

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 118

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 126

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 128

Lampiran 5. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ... 131

Lampiran 6. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ... 135

Lampiran 7. Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal... 140

Lampiran 8. Daftar Nilai Pretes ... 141

Lampiran 9. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 142

Lampiran 10. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 144

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa ... 146

Lampiran 12. Lembar Observasi Guru... 150

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian... 154

Lampiran 14. Surat Keterangan Validasi Media ... 160

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ... 161

Lampiran 16. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ... 167


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui proses belajar. Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam prosess pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui adanya unsur-unsur yang tercangkup dalam pendidikan yaitu adanya pembinaan kepribadian, pengembangan potensi, merubah tingkah laku menjadi lebih baik yang dilakukan secara sadar dan sengaja melalui pengajaran dan pelatihan. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan berimplikasi pada peningkatan mutu sumber daya manusia agar dapat berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kemajuan bangsa.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya melalui perubahan kurikulum. Dari tahun ke tahun kurikulum mengalami perubahan sejalan dengan kemuajuan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan karena pergantian menteri


(17)

2

yang selama ini difikirkan oleh masyarakat. Perubahan kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi aliran-aliran atau teori pendidikan yang dianut pada masanya. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis, kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan proses transformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan kedalam program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan. Kurikulum yang berlaku di Indonesia salah satunya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah karakteristik sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

Salah satu faktor rendahnya mutu pendidikan Indonesia dapat dilihat dari kegiatan proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pendidikan di Indonesia memerlukan perhatian yang sangat serius untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia melalui proses pembelajaran di sekolah. Titik yang paling penting dari kualitas pendidikan terdapat dalam proses dan output dari pendidikan tersebut. Siswa sebagai peserta didik merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tergantung dari kesiapan dan cara belajar siswa.

Keberhasilan belajar tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Peran guru sangat penting dalam mengarahkan, membimbing siswa, dan mampu menempatkan dirinya secara dinamis dan fleksibel agar


(18)

3

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Dalam proses pembelajaran tersebut guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber belajaran dalam membantu tercapainya tujuan belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya (2011: 19), peran guru adalah sebagai sumber belajar fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator. Supaya proses pembelajaran seperti itu dapat terwujud tentu menuntut upaya guru untuk mengaktualisasikan kompetensinya secara profesional.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar yang berkaitan dengan persiapan peserta didik dalam menghadapi tantangan global dan teknologi serta masalah kehidupan mereka di masa yang akan datan. IPS merupakan mata pelajaran pokok yang harus dikuasi oleh siswa sekolah dasar. Saat ini IPS dipelajari oleh siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS menitik beratkan pada berbagai pengalaman di sekolah yang dipandang dapat membantu siswa lebih mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat. Melalui pengajaran IPS di Sekolah Dasar, siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya (Hidayati, 2002:15). Pembelajaran IPS nantinya diharapkan dapat menjadikan siswa bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui ilmu pengetahuan tersebut pengetahuan dan wawasan serta keterampilan anak akan semakin bertambah dalam menyelesaikan masalah yang ada di sekitarnya.


(19)

4

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru kelas V di SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo, siswa banyak mengalami kesulitan ketika mereka belajar IPS. Hal tersebut dikarenakan guru mendominasi jalanya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran IPS dapat dikatakan masih berpusat pada guru atau teacher centered. Hal tersebut menyebabkan siswa hanya diam, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Faktor lain yang menyebabkan siswa kesulitan belajar IPS adalah kurangnya variasi pembelajaran yang diberikan guru saat mengajar di kelas terutama dalam penggunaan media pembelajaran. Pembelajaran IPS terlihat monoton karena guru hanya menggunakan media pembelajaran konvensional dan belum menggunakan metode yang menarik sehingga siswa menjadi bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran IPS. Implikasi yang timbul adalah prestasi belajar IPS siswa menjadi rendah. Prestasi belajar IPS siswa yang rendah dapat dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang belum dicapai siswa. KKM mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo adalah 70. Sementara itu, dari jumlah siswa sebanyak 28 yang mencapai KKM hanya 4 siswa. Rendahnya prestasi belajar IPS juga terlihat dari nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.


(20)

5

Tabel 1. Nilai rata-rata Ulangan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016

No Mata Pelajaran Rata-Rata Kelas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1 PKN 74,46 75

2 Bahasa Indonesia 73,42 75

3 Matematika 51,03 70

4 IPA 72,43 70

5 IPS 55,39 70

Prestasi belajar matematika merupakan yang terendah diantara mata pelajaran lain. Penelitian ini tidak mengambil mata pelajaran Matematika karena kepala sekolah sudah mendatangkan guru ahli matematika untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga peneliti memilih IPS dengan alasan prestasi belajar IPS termasuk kategori rendah, peneliti lebih menguasai materi IPS dibandingkan dengan materi pada mata pelajaran lain, peneliti juga sudah menyiapkan video yang dapat digunakan dalam mengajarkan materi IPS, serta rekomendasi dari guru kelas dan kepala sekolah untuk meneliti materi IPS.

Di SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo guru masih jarang menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Media yang digunakan hanya media konvensional seperti buku pelajaran dan LKS.. Selain media konvensional tersebut, di SD Negeri 1 Wadaslintang terdapat LCD, layar proyektor, dan speaker. Kemampuan guru dalam menggunakan media tersebut dirasa cukup baik, karena pada saat ini banyak diadakan seminar tentang media pendidikan. Hamalik (Azhar Arsyad, 2011:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar


(21)

6

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan menyampaikan pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar siswa, sehingga dalam pembelajaran tersebut dibutuhkan suatu media yang dapat menarik perhatian dan mempermudah siswa dalam belajar.

Pada era sekarang ini menggunaan media interaktif tepat digunakan seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, karena pada dasarnya penggunaan media interaktif adalah perkembangan teknologi. Contoh penggunaan media interaktif adalah media audio visual, presentasi menggunakan power point dan prezi,web, menggunakan aplikasi seperti adobe

media flash dan macro media flash, dll. Penggunaan media audio visual

membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media audio visual berarti penggunaan berbagai alat bantu atau bahan oleh guru untuk memindahkan atau mentransfer informasi kepada siswa. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena tidak hanya


(22)

7

melibatkan penggunaan indera pendengaran, tetapi juga indera penglihatan serta memudahkan siswa menerima pesan yang disampaikan. Karakteristik siswa kelas V merupakan tahap perkembangan cara berfikir abstrak ke konkret, sehingga penggunaan media audio visual akan memudahkan siswa dalam mempelajari IPS karena siswa akan berfikir secara konkret sesuai dengan tahap perkembanganya.

Berdasarkan data tentang rendahnya hasil belajar IPS kelas V di SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo, maka peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SD N 1 Wadaslintang Wonosobo”.

B.Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penelitian dan penggunaan media pada pembelajaran, yaitu:

1. Pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo masih berpusat pada guru atau teacher centered.

2. Penyampaian materi pelajaran kurang bervariasi, terutama belum memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa sulit untuk memahami dan mengingat materi pelajaran IPS.


(23)

8

3. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo masih rendah, hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai IPS dibandingkan mata pelajaran lain dalam Ulangan Akhir Semester Gasal. 4. Guru belum menggunakan media audio visual dalam pembelajaran IPS

pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo. C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini akan dibatasi pada penggunaan media audio visual berupa video dan sound slide dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mata pelajaran IPS.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016?”


(24)

9 E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya pada pembelelajaran IPS dan memperkuat teori bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar. 2. Manfaat praktis

a. Sekolah

Untuk sekolah, penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran bahwa penggunaan media pembelajaran berperan penting karena dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, pihak sekolah dapat mengevaluasi media pembelajaran yang telah digunakan selama ini, sehingga guru bersama-sama mengetahui media yang baik dan berguna serta tepat guna yang akan digunakan untuk proses pembelajaran.


(25)

10 b.Guru

1)Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru tentang media audio visual.

2)Melalui hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran melalui media pembelajaran yang bervariasi.

3)Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa.

c. Siswa

Memudahkan siswa dalam memahami materi IPS karena media audio visual menyajikan gambaran nyata tentang suatu masalah atau peristiwa serta sebagai motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Peneliti dan praktisi pendidikan

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini berguna untuk memberikan pengalaman empiris melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Manfaat lainya yaitu menambah pengalaman dan pengetahuan tentang peningkatan prestasi belajar IPS menggunakan media audio visual.


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A.Kajian Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu kepandaian. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.

Menurut pengertian psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tungkah laku. Pendapat tersebut sesuai dengan pengertian belajar menurut Slameto (2003: 2) yang didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lngkunganya”.

Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar seseorang dapat memperoleh atau memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.


(27)

12

Gagne menjelaskan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Belajar merupakan proses internal yang kompleks.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa di dalam belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar di dalam tugas melaksanakan peroses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007:24) adalah sebagai berikut.

a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

c. Belajar lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi.

d. Di dalam banyak hal belajar merupakan proses percobaan dan conditioning atau pembiasaan.


(28)

13

e. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

f. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan. g. Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka

ragam tugas sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Belajar merupakan proses dan penahapan serta kematangan diri siswa. b. Belajar akan ebih mantap dan efiektif bila didorong dengan motivasi

sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

c. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

d. Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungan. 3. Pengertian Prestasi Belajar

Zainal Arifin (2011:12), mengatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Menurut Muhibbin Syah (2000: 141), prestasi adalah “tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

Hasan Alwi, dkk (2005: 895) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan


(29)

14

melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil pengukuran dan penilaian hasil prestasi belajar itu dicatat dalam buku akademik yang merupakan alat implementasi program bimbingan lembaga dan alat untuk laporan orang tua siswa pada tiap semester untuk mengetahui kemajuan anaknya. Seperti yang dikatakan oleh Oemar Hamalik (1989:11), bahwa prestasi belajar adalah ukuran tentang angka atau nilai untuk mengetahui perkembangan siswa.

Adapun pengertian prestasi belajar menurut Oemar Hamalik (1989:5) adalah seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Guru memberikan ulangan harian, kemudian ada tes tengah semester dan tes semester untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran setelah diberikan oleh guru. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Siswa belajar bersama guru kemudian di tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Dapat berupa nilai ulangan, dan nilai raport di setiap akhir semester. Muhibbin Syah (2000:135) mengatakan bahwa “kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi”. Jadi, sebuah kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa memperoleh prestasi belajar yang baik.

Prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh Zainal Arifin (2009:12), bahwa prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Fungsi prestasi belajar


(30)

15

sendiri bagi guru adalah sebagai umpan balik sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik. Prestasi belajar biasanya diukur menggunakan Tes prestasi belajar, yaitu alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran (Muhibbin Syah, 2000:141).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai atau angka. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang siswa harus dilakukan tes.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Semiawan (2008:9-14), prestasi belajar anak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini:

a. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

Setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda, misalnya kebutuhan untuk bermain, kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari siswa. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, misalnya adalah anak yang setiap harinya belajar didampingi orang tua tentu berbeda dengan anak yang ditinggal bekerja orang tuanya dan harus belajar sendiri atau hanya di damping pembantu di rumah.


(31)

16 b. Intelegensi, Emosi dan Motivasi

Tingkat kecerdasan masing-masing siswa tergantung dari beberapa faktor. Pada dasarnya kecerdasan atau intelegensi siswa dapat dibangun dan ditumbuhkan apabila dia mempunyai motivasi yang besar dari dalam dirinya, seperti yang dikatakan Dimyati dan Mudjiono (2002:42), bahwa motivasi adalah tenaga yang mengarahkan dan menggerakkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat datang dari dirinya sendiri, dan dapat pula datang dari orang lain.

c. Pengembangan Kreativitas

Kreativitas siswa dapat dikembangkan hanya bagaimana guru dalam merancang pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas yang dimiliki siswa. Seorang yang kreatif tentu mempunyai cara-cara tersendiri dalam melakukan beberapa hal, termasuk dalam belajar. Seorang anak kretif mempunyai cara tersendiri untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.

Winarno Surachmad (1979: 29), menyampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar adalah:

a. Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa yang meliputi: faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan struktur tubuh, serta faktor rohani yaitu motivasi, pengetahuan awal, disiplin dan rasa ingin tahu.


(32)

17 b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Misalnya tempat belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan belajar. c. Faktor kegiatan pembelajaran

Faktor kegiatan pembelajaran berasal dari cara guru mengajar dalam kelas, misalnya metode pembelajaran, alat peraga pembelajaran, sistem penilaian, dan lainnya.

B.Tinjauan tentang IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

1. Pengertian IPS

Menurut Hidayati (2002: 4) IPS merupakan hasil perpaduan dari sejumlah matapelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.

Istilah IPS merupakan terjemahan dari apa yang di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat dinamakan social studies. Menurut N. Daldjoeni (1985: 7) IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya. Dalam pelaksanaanya, kegiatan belajar-mengajar IPS membahas manusia dengan lingkunganya, dari sudut ilmu sosiologi, ekonomi, politik, antropologi budaya pada masa lampau, sekaran dan masa mendatang, pada lingkungan yang dekat dan jauh. Obyeknya berupa pusat-pusat kegiatan hidup manusia.


(33)

18

Menurut Arnie Fajar (2005: 110) IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Pendapat tersebut sejalan dengan Martoella melalui Trianto (2010: 172-173) yang mengatakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilan berdasar konsep yang telah dimilikinya.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI sampai SMP/MTs. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. pembelajaran IPS dengan media audio visual diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan cabang ilmu pegetahuan yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan serta pelatihan sikap, nilai, moral,


(34)

19

keterampilan sosial siswa sebagai anggota masyarakat. IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasi tentang kehidupan sosial dari bahan realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. dengan demikian IPS memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mendidik siswa guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagaian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang bangga dan cinta terhadap tanah airnya. Pendidikan IPS juga merupakan suatu program pendidikan pada siswa untuk mengenal dunia sosial yang ada di sekitar lingkungannya.

2. Tujuan IPS

Tujuan utama mempelajari IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan siswa dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih siswa untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat demkratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik (Hidayati. 2002: 22).

Gross (Etin Solihatin dan Raharjo 2008: 14) menyebutkan tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia menyatakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan


(35)

20

yang dihadapinya. Sejalan dengan Etin Solihatin dan Raharjo (2008: 15) menyebutkan tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkunganya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkakan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tujuan IPS menurut pendapat Arnie Fajar (2005: 110) adalah sebagai berikut:

a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan peda-gogis dan psikologis; b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan social;

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Tujuan IPS menurut BSNP (2006: 159) adalah sebagai berikut. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dengan kehidupan sosial.


(36)

21

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global menurut BSNP.

Menurut KTSP (2006: 45), IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai tujuan IPS yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan pengalaman belajar agar siswa dapat menmpatka dirinya dalam masyarakat demokratis serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Ruang Lingkup IPS

Berdasarkan KTSP, IPS di SD diberikan sebagai satu mata pelajaran khusus sejak kelas IV. Sedangkan kelas I, kelas II, dan kelas III mata pelajaran IPS diajarkan secara tematis dengan mata pelajaran lainnya. Ruang lingkup IPS menurut Arnie Fajar (2005: 111) mengatakan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:


(37)

22 a. Sistem sosial dan budaya

b. Manusia, tempat, dan lingkungan c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan d. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan e. Sistem berbangsa dan bernegara

Penelitian ini mengkaji bahan mata pelajaran IPS kelas V, sehingga konsep-konsep IPS di kelas V semester II sebagai berikut.

a. Perjuangan Melawan Penjajah

b. Masa Persiapan Kemerdekaan dan Proses Perumusan Dasar Negara c. Keragaman Kenampakan Alam dan Buatan di Indonesia

d. Perubahan Wilayah di Indonesia e. Persebaran Gejala Alam

Untuk selanjutnya ruang lingkup materi IPS yang dipelajari siswa di SD kelas V tertuang dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam KTSP sebagai berikut.

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V SD Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh perjuangan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan

perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SK nomor 2 yaitu menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan


(38)

23

KD yang digunakan adalah KD 2.2 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan KD 2.3 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

C.Kajian tentang Media Audio Visual

1. Pengertian Media

Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver) (Dina Indriana, 2011: 13). Secara lebih khusus, menurut Rostina Sundayana (2013: 4) pengertian media dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat grafis, fotografis, atau alat elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Menurut Gerlach & Ely (Ashar Arsyad, 2011: 3) media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam prses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk mengkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.


(39)

24

Sedangkan Gagne (Dina Indriana, 2011: 14) menyatakan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Lanjut Miarso (Dina Indriana, 2011: 14) menyatakan media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauaan siswa untuk belajar. Schram (Dina Indriana, 2011: 14) menyatakan bahwa media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, sehingga media menjadi perluasan dari guru.

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa media merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dam pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dengan adanya media pembelajaran, peran guru menjadi semakin luas, sedengkan siswa akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami pelajaran yang tengah diajarkan dalam bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu perantara yang memiliki nilai praktis untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran saat pembelajaran berlangsung.


(40)

25 2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

Secara umum, Sadiman (Rostina Sundayana, 2013: 7-8) menyatakan bahwa media mempunyai fungsi sebagai berikut.

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara

siswa dengan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan presepsi yang sama.

f. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. g. Pembelajaran dapat lebih menarik.

h. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

i. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek. j. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

k. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.

l. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

Manfaat media pembelajaran menurut Hujair AH Sanaky (2013: 5) sebagai berikut:

a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih difahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

c. Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga,.

d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.


(41)

26

Sejalan dengan pendapat tokoh di atas, kegunaan media pembelajaran menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 10) adalah sebagai berikut:

a. Media mampu memperlihatkan gerak cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.

b. Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.

c. Media memudahkan guru ketika menjelaskan sebuah objek yang sangat besar yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas, disajikan dengan gambar, film bingkai, atau model lain yang dapat digunakan dalam memberikan penjelasan di kelas.

d. Media memudahkan guru ketika menjelaskan sebuah objek yang terlalu kompleks misalnya mesin atau jaringan radio, disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang sederhana.

e. Media menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh. f.Media membantu guru menjelaskan suatu objek yang berbahaya seperti

harimau, bom, orang sakit, dan sebagainya, disajikan dalam bentuk gambar foto, gambar video, film, atau film bingkai.

3. Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga yaitu suatu bentuk yang dapat diraba, dilihat, didengar, diamati melalui panca indera. Tekanan utama media adalah


(42)

27

terletak pada benda atau hal-hal yang dilihat, didengar, dan diraba. Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan dalam proses pembelajaran antara pengajar dan pembelajar. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 43) media pembelajaran adalah semacam alat bantu dalam proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pengertian lain, media pembelajaran merupakan suatu perantara dan digunakan dalam rangka pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian pendidikan mengandung aspek sebagai alat dan teknik yang sangat erat kaitannya dengan metode mengajar.

Ciri-ciri media pendidikan menurut Gerlach dan Ely melalui Azhar Arsyad (2011: 12-14) adalah sebagai berikut:

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

b. Ciri manupulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.


(43)

28 4. Macam-macam Media Pembelajaran

Media yang digunakan dalam pembelajaran mempunyai banyak macamnya. Dari media yang sedrhana dan murah sampai media yang canggih dan mahal. Beberapa media sederhana dapat dibuat sendiri oleh guru namun media yang canggih atau kompleks harus melalui bantuan ahli. Media tersebut digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. media dalam perkembanganya tampil dalam berbagai jenis, dimana msing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuanya sendiri.

Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran yang diungkapkan oleh Azhar (2011: 44-45) yaitu:

a. Media visual yaitu jenis media yang dugunakan hanya mengandalkan indra penglihatan misalnya media cetak seperti buku, jurnal, peta, gambar, dan lain sebagainya.

b. Media audio adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan pendengaran saja, contoh tape recorder, dan radio.

c. Media audio visual adalah film, video, program TV, sound slide, dan lain sebagainya.

d. Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.


(44)

29 5. Media Audio Visual

a. Pengertian Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang “audible” artinya dapat didengar dan media yang “visible” artinya dapat dilihat (Amir Hamzah Suleiman, 1985: 11). Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa media audio visual merupakan kombinasi audio (dapat didengar) dan visual (dapat dilihat). Sejalan dengan Yusufhadi Miarso (1984: 10) media audio visual adalah penggunaan berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman kepada anak melalui mata dan telinga. Pengajaran audio visual menekankan kepada nilai, pengalaman yang nyata, dan bersifat non verbal dalam proses belajar.

Wina Sanjaya (2008: 11) juga menyatakan bahwa media audio visual adalah jenis media yang mengandung unsur suara dan unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman viseo, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah penggunaan berbagai alat bantu atau bahan oleh guru untuk memindahkan atau mentransfer informasi kepada siswa yang mengandung unsur suara dan unsur gambar, seperti rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya.

b. Karakteristik Media Audio Visual

Dari uraian para ahli tentang media pembelajaran kita dapat melihat media mmenurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasaranya


(45)

30

yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan maupun penciuman, atau kesesuaiannya dengan tingkat hierarki belajar yang dianggap seperti Gagne, dan sebagainya.

Azhar Arsyad (2006: 30) mengemukakan karakteristik media audio visual adalah sebagai berikut:

1) Bersifat linier.

2) Menyajikan visual yang dinamis.

3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang.

4) Merupakan representative fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak.

5) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.

6) Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat keterlibatan interaktif siswa yang rendah.

Berdasarkan karakteristik di atas maka dalam penelitian ini menjadi dasar pemilihan media audio visual dalam penelitian karena media dapat menggambarkan suatu peristiwa secara konkret tidak sebatas gagasan abstrak dan sesuai dengan prinsip psikologis behaviorisme tentang sebab-akibat, maksudnya dengan menggunakan media audio visual dapat mengakibatkan siswa menjadi lebih memahami materi. Hal tersebut juga didukung dengan karakteristik media audio visual yang dikembangkan menurut prinsip kognitif sehingga sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.


(46)

31 c. Jenis-jenis Media Audio Visual

Menurut Miarso (1986: 34) jenis-jenis media audio visual adalah sebagai berikut:

1) Media Audio Visual Diam

Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti:

a) Sound Slide (Slide Bersuara)

Secara spesifik media slide bersuara termasuk ke dalam media audio visual diam. Media audio visual diam adalah media yang menyampaikan pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak.

Kelebihan slide bersuara Ahmad Rohani (1997: 85-86) - Gambar yang diproyeksikan secara jelas akan lebih

menarik perhatian.

- Dapat digunakan secara klasikal maupun individu. - Isi gambar berurutan, dapat dilihat berulang-ulang serta

dapat diputar kembali, sesuai dnegan gambar yang diinginkan.

- Pemakaian tidak terikat oleh waktu.

- Gambar dapat didiskusikan tanpa terikat waktu serta dapat dibandingkan satu dengan yang lain tanpa lepas film dari proyektor.

- Dapat dipergunakan bagi orang yang memerlukan sesuai dengan isi dan tujuan pemakai.

- Sangat praktis dan menyenangkan.

- Relative tidak mahal, karena dapat dipakai berulang kali.


(47)

32

Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkret (mengkongkritkan suatu yang bersifat abstrak). Dengan menggunakan slide bersuatu sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak indra yang terlibat, dengan semakin banyaknya indra yang terlibat maka siswa lebih mudah memahami suatu konsep (pemahaman konsep semakin baik). Slide bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi computer seperti power point, camtasia dan,windows movie maker.

b) Film Bingkai

Film bingkai adalah suatu film berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci terbuat dari karton atau plastik. Sebagai suatu program, film bingkai sangat bervariasi. Panjang pendek film bingkai, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dan materi yang ingin disajikan. Ada program yang selesai dalam satu menit, tetapi ada pula yang hingga satu jam atau lebih. Namun yang lazim satu program film bingkai bersuara lamanya berkisar antara 10-13 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu program bervasiasi, ada yang hanya 10 buah, tetapi ada juga yang 160 buah atau lebih.


(48)

33 c) Film Rangkai

Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan satu kesatuan. Ukuran film nya sama dengan film bingkai, yaitu 35 mm. jumlah gambar dalam satu rol film rangkai antara 50 sampai dengan 70 gambar dengan panjang kurang lebih 100 sampai dengan 130 cm, tergantung pada isi film itu. Sebagaimana film bingkai, film rangkai bisa tanpa suara, bisa pula dengan suara. Suara yang menyertai film rangkai itu dimaksudkan untuk menjelaskan isi. Selain dengan suara yang direkam, penjelasan dapat disampaikan dalam bentuk buku pedoman atau narasi tulis di bawah gambar yang dibacakan oleh guru atau dibaca sendiri oleh siswa.

2) Media Audio Visual Gerak

Media audio visual gerak yaitu media yang menampilkan suara dan gambar yang bergerak, seperti:

a) Film

Film sebagai media audio-visual adalah film yang bersuara. Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media audio-visual saja atau media visual diam plus suara. Film yang dimaksud di sini adalah film sebagai alat audio-visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang


(49)

34

dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang : proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu industri, kejadian-kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di negara asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan sesuatu keterampilan, sejarah kehidupan orangorang besar dan sebagainya. Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Ada 3 macam ukuran film yaitu 8 mm, 16 mm dan 35 mm. Jenis pertama biasanya untuk keluarga, tipe 16 mm tepat untuk dipakai di sekolah sedang yang terakhir biasanya untuk komersial. Bentuk yang lama biasanya bisu.Suara disiapkan tersendiri dalam rekaman yang bisanya terpisah.Sebuah film terdiri dari ribuan gambar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam hubungannya dengan apa yang dipelajari. Oemar Hamalik (1985:104) mengemukakan prinsip pokok yang berpegang kepada 4-R yaitu : “ The right

film in the right place at the right time used in the right way”.

b) Video

Video sebagai media Audio-Visual dapat enggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit, mengerjakan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang


(50)

35

waktu, dan mempengaruhi sikap. Pesan yang disajikan bersifat fakta maupun fiktif, bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film.

Andi (2013: 302) mengatakan pemanfaatan program video dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:

- Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik.

- Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin terlihat.

- Jika dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan, dapat mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu.

- Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi peserta didik. - Menunjukan cara penggunaan alat atau perkakas. - Memperagakan keterampilan yang akan dipelajari. - Menunjukan tahapan prosedur.

- Menghadirkan penampilan drama atau music.

- Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu. - Menyampaikan objek tiga dimensi.

- Memperlihatkan diskusi atau interaksi antara dua atau lebih orang.

- Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan sesuatu keadaan tertentu.

Kelebihan video menurut Anderson (Andi, 2013: 304-306) sebagai berikut:

- Dengan video (disertai suara atau tidak), kita dapat menunjukan kembali gerakan tertentu.

- Dengan video, penampilan peserta didik dapat dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi.

- Dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut.

- Dengan video, kita akan mendapatkan isi atau susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan,


(51)

36

yang dapat digunakan secara interaktif dengan buku kerja, buku petunjuk, buku teks, serta alat atau benda lain yang biasanya digunakan di lapangan.

- Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan jumlah penonton (peserta) yang tidak terbatas.

- Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran mandiri, dimana siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang. c) Televisi

Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara Audio-Visual dengan disertai unsure gerak. Dilihat dari sudut jumlah penerima pesannya, televisi tergolong ke dalam media massa. Selain sebagai media massa, kita mengenal adanya program Televisi Siaran Terbatas (TVST) atau Closed Circuit Television. Pada TVST sebagai suatu system distribusi TV, alat pengirim dan alat penerima secara fisik dihubungkan dengan kabel. Hubungan itu bisa antara sebuah kamera dan alat penerima di dalam ruang yang sama, bisa pula beberapa kelas dihubungkan dengan satu sumber ruang yang sama, sehingga penonton serentak dapat mengikuti program yang disiarkan. Oemar Hamalik (1985 : 134) mengemukakan : “Television is an electronic motion picture

with con joinded or attendant sound; both picture and sound

reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcast”.

Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama


(52)

37

dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan. d. Kelebihan Media Audio Visual

Menurut Amir Hamzah Suleiman (1985: 16) kelebihan menggunakan media audio visual sebagai berikut:

1) Audio visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada yang dapat disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan dicetak atau ditulis. Oleh karena itu alat-alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti.

2) Alat-alat audio visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak.

Alat-alat audio visual memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki, yang akhirnya menjurus kepada pengertian yang lebih baik.

3) Alat-alat audio visual mengekalkan pengertian yang didapat.

Alat-alat audio visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, tetapi apa yang diterima


(53)

38

melalui alat-alat audio visual lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan.

4) Sekarang orang cenderung menggunakan alat-alat audio visual. Akibat dari apa yang diuraikan di atas, sekarang orang cenderung menggunakan alat-alat audio visual. Pesan yang dikirim akan lebih mudah diterima oleh orang lain dengan alat-alat audio visual.

e. Langkah Penggunaan Media Audio Visual

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media audio visual, didasarkan pada sistem pemanfaatannya dalam kegiatan pengajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 131) adalah sebagai berikut.

1) Langkah Persiapan

a) Persiapan dalam merencanakan, berkonsultasi dengan materi dan perencanaan, mencatat beberapa hal yang bisa membangkitkan interest, bahan diskusi, dan cara-cara mengkaji pemahaman atau apresiasi.

b) Berikan pengarahan khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa yang akan dikemukakan dalam materi.

c) Kelompok sasaran harus diperhitungkan, apakah perorangan atau kelompok kecil, ataukah besar. Hal ini berhubungan dengan pengelolaan penyampaian atau penyajian, penggunaan fasilitas dan penentuan cara evaluasinya.


(54)

39

d) Usahakan sasaran dalam keadaan siap. Arahkan mereka dengan berbagai stimulus. Pusatkan perhatiannya melalui suatu komentar atau melalui suatu pertanyaan pendahuluan.

e) Periksa peralatan yang akan digunakan. Siapa tahu ada kerusakan atau kelainan yang akan mengganggu rencana program yang telah ditetapkan.

2) Langkah Penyajian

a) Sajikan dalam waktu yang tepat dengan kebiasaan atau cara mereka menggunakan waktu untuk melihat, mendengarkan, mengamati dan menafsirkan.

b) Atur situasi ruangan, mungkin harus menggunakan cahaya yang cukup atau redup atau bahkan gelap. Hal ini terutama bagi penggunaan media OHP dan sound-slide.

c) Berikan semangat untuk mulai melihat, mendengarkan, mengamati, dan memulai konsentrasi terhadap permasalahan yang akan dihadapi.

Usahakan mereka agar:

- Memperhatikan dalam situasi yang tenang.

- Memusatkan perhatian untuk memperhatikan materi yang sedang ditayangkan.

- Memperhatikan dengan suatu kemauan yang kuat meskipun mungkin mereka akan bertemu dengan hal-hal yang bertentangan dengan kemauan dirinya.


(55)

40

- Menghubungkan apa yang mereka dengar saat itu dengan pengarahan sebelumnya.

3) Tindak Lanjut

Dalam usaha tindak lanjut perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Apakah seluruhnya atau sebagian saja dari hal-hal yang dipertanyakan pada langkah persiapan sebelumnya, terjawab atau terpenuhi? Bila tidak, apakah langkah yang harus diambil selanjutnya?

b) Apakah para siswa setuju dengan apa yang dikemukakan? Bila tidak, tindakan apa pula yang akan dilakukan selanjutnya?

c) Apakah materi yang disajikan telah cocok dengan kemampuan mereka? Apakah terlalu sukar atau terlalu mudah?

d) Apakah masih terjadi kesalahpahaman antara maksud materi dengan hasil penangkapan mereka?

e) Tentukan bagian-bagian mana saja atau bahkan keseluruhannya, yang harus diulang kembali, bila diperlukan.

f) Pada bagian materi mana, siswa memerlukan suatu pengayaan melalui bantuan penyertaan media lainnya. Tentukan media yang akan dipergunakan dan bagaimana pengaturannya.

Berdasarkan pendapat di atas, langkah-langkah yang dapat guru lakukan dalam menggunakan media audio visual di sekolah adalah sebagai berikut.


(56)

41

1) Guru membaca buku pedoman penggunaan media audio visual. 2) Mempersiapkan ruangan yang tertutup sehingga cahaya yang masuk

tidak terlalu mengganggu pemutaran media.

3) Guru menyiapkan laptop, LCD, layar proyektor, speaker, dan software (VCD/DVD) yang digunakan dalam menjelaskan materi.

4) Guru memastikan posisi siswa sudah nyaman, sehingga siswa dapat memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan dengan baik. 5) Guru menayangkan materi pelajaran dengan media audio visual. 6) Siswa diminta memperhatikan dan mengamati materi pelajaran yang

disampaikan guru.

7) Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

8) Siswa mengerjakan LKS.

9) Siswa diminta membacakan hasil kerjanya. 10) Siswa mengerjakan soal evaluasi. 11) Guru melakukan tindak lanjut.

f.Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran

Penerapan dalam penggunaan media audio visual tentunya terlebih dahulu harus memperhatikan kriteria dalam pemilihan media, seperti yang disampaikan Dick dan Carey (Hujair AH Sanaky, 2013: 37) bahwa kriteria dalam memilih media, yaitu:

1) Tersedia sumber setempat. Apabila media tidak tersedia, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.


(57)

42

2) Apakah tersedianya dana, tenaga, dan fasilitas, dan kepraktisan dan ketahanan media untuk jangka waktu yang lama.

3) Faktor efektivitas dan efisiensi biaya, apabila dimanfaatkan untuk jangka waktu yang relatif lama.

Sejalan dengan pendapat di atas, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 4) adalah sebagai berikut.

1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan intruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip dan konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

3) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.

4) Keterampilah guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yan diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada


(58)

43

medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.

5) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersbut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. D.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Menurut Suharjo (2006:1), pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tingkat perkembangannya, untuk mempersiapkan mereka melanjutkan ke jenjang berikutnya. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang berkualitas.

Karateristik anak sekolah dasar dari segi pertumbuhan fisik dan psikologisnya pasti berubah atau mengalami peralihan tingkah laku dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Perubahan berlangsung terus menerus. Seperti yang dikatakan Angela Aning (Suharjo, 2006:36), sebagai berikut:

1. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak.


(59)

44

2. Anak harus menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya: dalam hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi.

3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.

4. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.

5. Perkembangan sosial anak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain.

6. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.

Pandangan di atas menunjukkan bahwa kemampuan berfikir anak itu bergerak dari berfikir konkret menuju ke berfikir abstrak. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget (Asri Budiningsih, 2002:33), proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola-pola pada tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan orang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Tahap perkembangan ini, menurut Piaget (Asri Budiningsih, 2002:34) dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Kemampuan yang dimiliki oleh anak pada tahap ini adalah sebagai berikut.

a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya


(60)

45

c. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama

d. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya

e. Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya

2. Tahap Preoperasional (umur 2 – 7/8 tahun)

Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2 – 4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sederhana. Karateristik tahap ini adalah:

a. Self counter nya sangat menonjol

b. Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.

c. Tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang berbeda. d. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk

kriteria yang benar.

e. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan

Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang sudah abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering diungkapkan dengan kata-kata. Karateristik tahap ini adalah:

a. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.


(61)

46

b. Anak dapat melakukan sesuatu hal terhadap ide.

c. Anak mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara pengelompokannya.

3. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 tahun atau 12 tahun)

Pada tahap ini, anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, namun hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Pada tahap ini, taraf berfikir anak sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perceptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak. 4. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. Pada tahap ini anak sudah dapat:

a. Bekerja secara efisien dan sistematis. b. Berpikir secara proporsional.

c. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Anak sekolah dasar terbagi menjadi kelas rendah dan kelas tinggi, seperti yang dikatakan Pitadjeng (2006:9) bahwa sifat anak SD dikelompokkan menjadi 2 yaitu, pada umur 6-9 tahun (anak SD tingkat


(62)

47

rendah) dan pada umur 9-12 tahun (anak SD tingkat tinggi), seperti dijelaskan di bawah ini:

a. Sifat anak sekolah dasar kelompok umur 6 - 9 tahun.

Anak kelompok umur ini sering disebut anak kelas rendah. Sifat fisik anak ini sangat aktif sehingga mudah merasa lelah. Untuk dapat menciptakan proses belajar mengajar yang tepat, hindari anak dalam mengerjakan soal yang berkepanjangan, karena menyebabkan anak jemu, bosan dan lelah. Sifat sosial anak kelompok umur ini adalah mereka mulai memilih kawan yang disukai, sering bertengkar dan kompetisi diantara mereka sangat menonjol. Sifat-sifat emosional mereka yaitu mereka sangat sensitif terhadap kritik yang ditujukan kepada dirinya atau temannya. Adapun sifat mental anak kelompok umur ini adalah senang sekali belajar, ditambah lagi dengan pemberian nilai yang dapat memotivasi anak untuk belajar.

b. Sifat anak sekolah dasar kelompok umur 9 – 12 tahun

Sifat fisik yang dimiliki anak pada kelas tinggi salah satunya adalah sudah dapat mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Sifat sosialnya, anak mulai dipengaruhi oleh tingkah laku kelompok yaitu mulai terjadi pesaingan antara kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan. Sifat emosionalnya yaitu, mereka mulai mudah melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Sifat mental anak umur ini adalah, mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, lebih kritis, dan ingin lebih bebas.


(63)

48

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak sekolah dasar adalah anak dengan rentang usia 6 – 12 tahun, dimana terbagi menjadi anak kelas rendah dan kelas tinggi. Anak sekolah dasar memiliki perbedaan-perbedaan mendasar, yaitu dari perbedaan individual, perbedaan sosial, perbedaan fisik dan perbedaan lainnya. Pada penelitian ini, siswa yang dijadikan penelitian adalah anak kelas 5 sekolah dasar. Pada kelas 5, rentang usia anak yaitu antara 10 – 12 tahun, berarti anak kelas 5 masuk ke dalam kategori anak SD tingkat tinggi.

E.Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang sudah ada dalam skripsi Ana Murni Suryani yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Media Video pada Siswa Kelas V SD Negeri Kalongan, Depok, Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014” menunjukkan bahwa penggunaan media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Kolongan, Depok, Sleman terlihat pada kondisi awal kemudian meningkat pada siklus I dan siklus II. Hasil peningkatan terlihat dari nilai rata-rata kondisi awal yaitu 56,82 kemudian meningkat pada siklus I yaitu sebesar 64,09, presentase ketuntasan pada siklus I sebesar 55%. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata yaitu menjadi 79,55, presentase ketuntasan juga meningkat yaitu mencapai lebih dari 86%. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, hanya saja peneliti menggunakan media audio visual yang menekankan pada dua unsur yaitu suara (dapat didengar) dan gambar (dapat


(64)

49

dilihat) sedangkan media video hanya menakankan pada unsur gambar(dapat dilihat).

F. Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang diberikan untuk siswa sekolah dasar guna mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. IPS dipelajari oleh peserta didik di tingkat sekolah dasar. Mata pelajaran IPS menitik beratkan pada berbagai pengalaman di sekolah yang dipandang dapat membantu anak lebih mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat. Melalui pengajaran IPS di Sekolah Dasar, siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya (Hidayati, 2002:15). IPS merupakan salah satu mata pelajaran penting yang harus dipelajari.

Di SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo, berdasarkan hasil observasi, siswa banyak mengalami kesulitan ketika mereka belajar IPS. Hal tersebut dikarenakan guru mendominasi jalanya kegiatan pembelajaran. Guru kelas cenderung pasif ketika menjelaskan pelajaran, karena guru hanya duduk dan menjelaskan secara text book. Pembelajaran IPS dapat dikatakan masih berpusat pada guru atau teacher centered. Hal tersebut menyebabkan siswa hanya diam, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Faktor lain yang menyebabkan siswa kesulitan belajar IPS adalah kurangnya variasi pembelajaran yang diberikan guru saat mengajar di kelas terutama dalam penggunaan media pembelajaran. Pembelajaran IPS terlihat monoton karena guru hanya menggunakan media pembelajaran konvensional


(65)

50

dan belum menggunakan metode yang menarik sehingga siswa menjadi bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran IPS. Implikasi yang timbul adalah prestasi belajar IPS siswa menjadi rendah. terbukti dari rata-rata nilai IPS menjadi yang terendah dari mata pelajaran lain.

Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa yang diperoleh dari proses pembelajaran. Peneliti menggunakan media audio visual dalam pembelajaran IPS. Media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media pembelajaran audio visual berarti alat yang digunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena tidak hanya melibatkan penggunaan indera pendengaran, tetapi juga indera penglihatan serta memudahkan siswa menerima pesan yang disampaikan. Selain itu, media audio visual membuat siswa lebih tertarik dan fokus dalam mempelajari materi pelajaran IPS. Karakteristik siswa kelas V adalah cara berfikir abstrak ke konkret. Penggunaan media audio visual akan memudahkan siswa dalam mempelajari IPS karena siswa akan berfikir secara konkret pada tahap perkembanganya.

Penggunaan media audio visual akan meningkkatkan proses pembelajaran yaitu siswa lebih aktif dan fokus dalam memperhatikan pelajaran, siswa akan tertarik dalam menggunakan media audio visual. Peningkatan aktivitas belajar siswa juga akan berpengaruh terhadap prestasi


(66)

51

belajar siswa, yaitu akan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

G.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu, “Prestasi belajar IPS siswa kelas V dapat ditingkatkan dengan menggunakan media audio visual di SD N 1 Wdaslintang Wonosobo”.


(67)

52 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Wina Sanjaya (2011:26), menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas untuk memecahkan masalah tersebut dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Masalah yang dikaji dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari keresahan guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Hal itu yang menyebabkan PTK sering disebut penelitian praktis, yaitu masalah yang timbul berasal dari hal-hal nyata dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan untuk memperbaiki masalah dalam proses pembelajaran yang ditemukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. Tujuan utama dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Zainal Arifin (2011:101) juga menyebutkan bahwa tujuan umum dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai alat untuk memperbaiki mutu dan efisiensi proses belajar mengajar di dalam kelas. Pada penelitian ini, hasil akhir yang diharapkan adalah dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SDN 1 Wadaslintang Wadaslintang Wonosobo menggunakan media audio visual.


(68)

53

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti merupakan penelitian kolaborasi. Penelitian Tindakan kelas kolaborasi yaitu antara guru kelas dan peneliti bekerja sama dalam proses pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2009:17), dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap proses tindakan adalah peneliti. Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara guru kelas dengan peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Zainal Arifin (2011:106) menjelaskan bahwa penelitian kolaborasi sangat penting dilakukan dalam penelitian tindakan kelas agar diperoleh hasil yang lebih baik serta manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan perseorangan.

B.Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Wadaslintang Wonosobo tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari siswa laki-laki 11 anak dan siswa perempuan 17 anak.

Obyek penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar IPS materi persiapan kemerdekaan dan proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan media audio visual.


(69)

54 C.Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang kelas SD Negeri 1 Wadaslintang Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Kondisi bangunan di SD Negeri 1 Wadaslintang secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Sekolah ini terdiri dari dua lantai. Lantai 1 terdapat ruang guru dan kepala seklah, satu mushola, empat ruang kelas, satu perpustakaan, satu kantin siswa, satu kamar mandi guru, dua kamar mandi siswa, dan satu tempat parkir. Lantai dua terdiri dari dua ruang kelas.

Penelitian tindakan kelas direncanakan pada bulan Desember tahun 2015 sampai Juni 2016. Lama penelitian selama 1 semester. Penelitian ini dilakukan berdaskan jadwal pelajaran yaitu dua kali dalam seminggu. penelitian dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran yaitu 2x35 menit.

SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas V rendah. Prestasi belajar IPS yang rendah dapat dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang belum dicapai siswa. KKM mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Wadaslintang Wonosobo adalah 70. Sementara itu, dari jumlah siswa sebanyak 28 yang mencapai KKM hanya 4 siswa. Rendahnya prestasi belajar IPS juga terlihat dari nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.


(1)

173 Lampiran 17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II Hasil pekerjaan siswa pertemuan ke-1


(2)

(3)

(4)

176 Hasil pekerjaan siswa pertemuan ke-2


(5)

(6)