Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit

50

b. Seni Majapahit

Seni merupakan hasil karya manusia yang dapat dinikmati dengan mata dan perasaan. Pada pembuatan karya seni dibutuhkan konsep yang matang agar hasilnya dapat memuaskan dan sesuai dengan tujuannya. Dalam mendapatkan konsep yang matang, tidak jarang dalam prosesnya banyak kegagalan, namun pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Zaman kerajaan Majapahit, seni berkembang dengan sangat baik dan menghasilkan karya-karya yang menakjubkan. Salah satunya yang berkembang adalah seni kriya. Menurut Kusen dkk 1993, seni kriya dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan bahan pembuatannya. Berikut hasil seni kriya yang berkembang pada masa kerajaan Majapahit berdiri: 1 Seni Kriya Bahan Keramik Zaman kerajaan Majapahit, seni kriya keramik banyak dijumpai. Keramik sendiri berasal dari kata Yunani Kuno keramos yang artinya bahan yang telah dibakar. Istilah keramik dapat diterapkan pada semua benda yang terbuat dari tanah liat bakar. Berdasarkan pengertian tersebut keramik tidak hanya terbatas pada benda yang berbentuk wadah, tetapi juga bentuk-bentuk lain seperti bata, genteng, tegel, patung, manik-manik, dan sebagainya. Selain istilah keramik dikenal istilah lain yaitu terakota terracotta. Kata terracotta berasal dari bahasa Italia yang artinya cooked earth atau baked clay. Istilah terkota sebenarnya dapat digunakan untuk menyebutkan segala benda yang terbuat dari tanah liat bakar, namun dalam prakteknya istilah ini hanya 51 dipakai untuk menyebut barang-barang tembikar yang tidak diberi lapisan glasir Kusen, dkk, 1993: 238. Berikut contoh bentuk keramik tidak berglasir terakota yang ditemukan pada masa Majapahit: Gambar 9: Terakota Bentuk Babi Sumber: wikipedia.com 2 Seni Kriya Bahan Batu Selain seni kriya keramik, di Majapahit juga berkembang seni kriya batu yang menghasilkan berbagai bentuk arca dengan gaya tersendiri yang bersifat ke- Majapahitan. Telah banyak diketahui bahwa arca-arca Majapahit antara lain ditandai dengan adanya unsur-unsur dasar estetik di luar tokoh berupa teratai yang keluar dari guci. Ciri lain yaitu adanya motif Surya Majapahit yang dipahatkan mengelilingi tokoh atau pada stela bagian belakang. Di samping ciri – ciri tersebut, pada masa Majapahit juga dikenal arca perwujudan yang pada umumnya digambarkan kaku, sehingga nampak kurang realistik. Adapun contoh dari hasil seni kriya batu pada masa Majapahit antara lain: 52 Gambar 10: Arca Ikan Sumber: Kusen, dkk. 1993. 700 Tahun Majapahit 1293 - 1993 Suatu Bunga Rampai Edisi Kedua. Surabaya : Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. Gambar 11: Arca Harihara Sumber: wikipedia.com 3 Seni Kriya Logam Seni kriya berbahan logam pada masa Majapahit telah menunjukkan perkembangan yang lebih maju. Bahan-bahan yang digunakan adalah emas, perunggu, perak, dan besi. Berbagai perhiasan dari emas karya masa Majapahit menunjukkan bahwa tekniknya telah mencapai puncak dalam kriya logam. Berbagai teknik pengerjaan telah dikenal dengan baik seperti penyambungan, 53 penyordiran, dan sebagainya. Artefak perhiasan yang dihasilkan antara lain cincin, gelang, kalung, perlengkapan ikat pinggang, dan masih banyak lagi. Adapun contoh hasil karya dari seni kriya logam antara lain: Gambar 12: Kriya Logam Sumber: Kusen, dkk. 1993. 700 Tahun Majapahit 1293-1993 Suatu Bunga Rampai, Edisi Kedua. Surabaya: Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

c. Lambang Kerajaan Majapahit

Surya Majapahit merupakan lambang kerajaan Majapahit. Adapun ciri utama dari Surya Majapahit ini menurut Kusen 1993: 98 adalah “adanya satu unsur yang selalu berada di tengah, dikelilingi garis atau sinar berjumlah empat atau kelipatannya. Dengan demikian wujud dari Surya Majapahit disusun sesuai arah mata angin atau kosmogoni.” Deddy Endarto 2012 menyatakan bahwa terdapat 4 lambang kerajaan Majapahit yang digunakan dalam kurun waktu 1293-1478 M. Lambang tersebut antara lain sebagai berikut: