Landasan Psikologi Landasan Pendidikan Karakter

11 6 agama Konghuchu. Semua agama tersebut mengajarkan tentang moral, nilai, etika, pentingya melakukan perbuatan baik, tidak diperbolehkan untuk melakukan perbuatan jelek, dan berbagai ajaran spriritualitas. Dan pada setiap agama pasti mempunyai dasar hukumnya menurut agamanya masing-masing. Misalnya dalam agama Islam, banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi yang berbicara tentang karakter yang sebaiknya dicontoh dan dilakukan atau yang seharusnya dihindari dan dijauhi. Pemikiran di atas menunjukkan bahwa landasan agama sangat diperlukan dan dijadikan dasar dari pendidikan karakter. Dengan beragama seseorang memiliki sebuah tujuan hidup. Dengan beragama seseorang dapat memahami akan dosa dan pahala, perbuatan baik dan buruk. Dengan beragama seseorang dapat belajar untuk saling menghormati. Sebenarnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan, serta memaksakan kehendak untuk masuk dalam suatu agama tersebut. Karena agama adalah sebuah kepercayaan, kepercayaan dari masing-masing manusia akan berbeda-beda. Untuk memahami sebuah ajaran agama pun berbeda, tinggal bagaimana mendalami dan memahami dengan baik maksud dari kitab-kitab suci yang ada disetiap ajaran agama tersebut. Membangun karakter yang baik akan mendapatkan surga di akhirat nantinya. Dengan tujuan yang baik maka perbuatan harus baik pula. Setiap agama bertujuan baik. Dengan landasan agama, keimanan dan ketaqwaan akan bertambah kuat. Sehingga memperkuat karakter sesorang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 12

2. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter

Pilar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tiang penguat dari batu, beton, dan sebagainya. Pada pendidikan karakter, pilar menjadi sebuah tiang yang membangun sebuah karakter seseorang dalam kehidupan sehari- harinya. Muhammad Yaumi 2014 menyatakan bahwa terdapat empat pilar pendidikan nasional yang merujuk pada pengolahan nilai dalam kawasan pikiran, perasaan, fisik atau raga, dan pengolahan hati, berikut uraiannya:

a. Olah Pikir

Olah pikir berhubungan dengan otak, pikiran, dan cipta. Ketiga hal tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Otak merupakan tempat untuk berpikir, dan pikiran mengacu pada sebuah tindakan atau hasil ide atau pengaturan ide cipta. Menurut Samawi dan Hariyanto Yaumi Muhammad, 2014: 49, “Pengembangan pendidikan karakter melalui olah pikir terdiri atas: cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi iptek, dan reflektif.”

b. Olah Rasa

Olah rasa berhubungan dengan perasaan manusia. Dalam psikologi, perasaan mengacu pada pengalaman emosi seseorang. Dimana emosi ini mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda untuk setiap orang. Olah rasa dipandang sebagai potensi bawaan untuk merasakan, menggunakan, berkomunikasi, mengenali, mengingat, menggambarkan, mengidentifikasi, belajar dari, mengelola, memahami, dan menjelaskan emosi. Tujuannya adalah untuk pembelajaran dalam menekan perasaan, emosi, atau tingkat penerimaan