Modul PLPG : TATA BOGA 278
4. Penyusunan Perangkat Penilaian
Penyusunan perangkat penilaian yang dibuat oleh guru tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dirancang dalam format silabus dan
RPP. Pada unit kegiatan belajar 1 telah diuraikan bagaimana mengembangkan evaluasi hasil belajar di dalam sistem pembelajaran.
Artinya perangkat penilaian yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perangkat penilaian
dalam satu kesatuan desain sistem pembelajaran akan menghasilkan alat penilaian tes dan non tes yang dilengkapi petunjuk pelaksanaan,
sehingga akan memudahkan proses pengukuran yang dilakukan oleh guru.
Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi tujuan pembelajaran
peserta didik. Penilaian ini dilakukan secara konsisten dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu penilaian dilakukan secara
sistematik yaitu menggunakan langkah-langkah yang berurutan dalam perencanaannya.
Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik melalui berbagai teknik, dan pemberian nilai terhadap hasil belajar berdasarkan standar tertentu.
Kegiatan menilai hasil belajar siswa tersebut harus terarah dan terprogram. Hal ini dimaksudkan bahwa menilai hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang telah dirumuskan di dalam silabus dan RPP. Selain itu metode dan teknik penilaian dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan dalam silabus dan RPP. Dengan demikian penilaian yang dilakukan guru merupakan satu rangkaian yang tidak
dapat terpisahkan seperti ilustrasi berikut :
Modul PLPG : TATA BOGA 279
Gambar 25. Penilaian Hasil Belajar
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat
penilaian berbasis kelas.
•
Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus
memperhatikan prinsip-prinsip
evaluasi dan
prosedur merencanakan seperti yang telah dijabarkan pada unit kegiatan
belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada
komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian. Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya
dipahami dengan baik.
Tujuan pembelajaran SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian dalam silabus:
SK dan KD
Komponen Penilaian dalam RPP: KD dan
Indikator Metode dan
Teknik
Butir-butir tes, non tes, tugas dan lain-lain
Perangkat
Modul PLPG : TATA BOGA 280
Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund 1985 dalam Zaenal Arifin 1009, h. 91-102 dari beberapa langkah:
1 Menentukan Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas
dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenismodel,
dan karakter alat penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk
memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran formatif, untuk menentukan keberhasilan peserta didik sumatif, untuk
mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran diagnostik, atau untuk menempatkan posisi
peserta didik sesuai dengan kemampuannya penempatan. Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis
penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi.
2 Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak.
Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai untuk
melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap
ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan
tahap ini, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi tujuan
pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang
dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.
Modul PLPG : TATA BOGA 281
3 Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan
berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus
yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup
dan tekanan tesnon tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi
guru dalam menyusun butir-butir tes non tes. Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting
dalam pengembangan dan penyusunan tes non tes, karena didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam
mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain:
• Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum
sebagai sampel perilaku yang akan dinilai. •
Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami.
• Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal
yang ditetapkan.
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil
belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guruevaluator harus melakukan analisis silabusRPP
terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal.
Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat
dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Modul PLPG : TATA BOGA 282
Contoh :
KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR
Sekolah :
KelasSemester :
Standar Kompetensi : Jenis SoalKinerja
: Jumlah butir
:
No Kompetensi
Dasar Materi
Indikator No.
Soal Kinerja
Gambar 26. Contoh Format Kisi-kisi Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar
yang akan diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
4 Mengembangkan
Draf Instrumen
Menulis butir-butir
instrumen Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan
butir tesnon tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya
sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang
efektif. Selain
itu guru
harus mengenal
siswa agar
dapat memperkirakan taraf kesukaran, kompleksitas, serta gaya
pemahaman yang paling sesuai dengan siswa. Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan
gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya, penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas
dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal, kemampuan dalam hal ini harus
menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masing-masing jenis
soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya
Modul PLPG : TATA BOGA 283
sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya.
5 Uji-coba dan Analisis
Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun
menjadi sebuah tesnon tes. Secara garis besar, tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui butir instrumen yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya.
Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil belajar yang akan diukur apakah butir
instrumen telah mengukur apa yang akan diukurvalid. Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek
bahasa, sehingga dapat dimungkinkan kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis
secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan
sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya beda.
6 Revisi dan Merakit Instrumen Baru
Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang valid dengan kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan
telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah perangkat tesnon tes. Sedangkan yang
belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan.
Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan
telah mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah
tesnon tes yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tesnon tes hasil revisi. Selanjutnya terkait urutanpenomoran, dalam
suatu tesnon tes pada umumnya urutan dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari
yang sederhana menuju kompleks.
Modul PLPG : TATA BOGA 284
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
a
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode
penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu. Beberapa karakteristik PTK antara lain:
• Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
• Berorientasi
pada pemecahan
masalah, bukan
hanya mendeskripsikan masalah.
• Data diambil dari berbagai sumber.
• Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
• Partisipatif, dilakukan sendiri.
•
Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:
PTK: •
Dilakukan sendiri oleh guru
•
Memperbaiki pembelajaran secara langsung
•
Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan
•
Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit
•
Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
•
Sampel tidak perlu representatif
Penelitian Formal:
•
Dilakukan oleh orang lain
•
Mengembangkan teori, melalui generalisasi
•
Biasanya mempersyaratkan hipotesis
•
Menuntut penggunaan analisis statistik
•
Instrumen harus valid dan reliabel