d. Tingkatan Tes Kemampuan Berbicara
Aktivitas berbicara tidak semata-mata berhubungan dengan kemampuan kognitif, melainkan juga dengan aspek psikomotorik, keterampilan yang
melibatkan aspek otot. Aktivitas yang dimaksud terutama berupa gerakan-gerakan organ mulut ditambah dengan anggota badan yang lain yang sering menyertai
kegiatan berbicara. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan pun hendaknya mencakup kedua aspek tersebut Burhan Nurgiyantoro, 2001: 292. Aspek
keterampilan terutama dilihat dari segi kelancaran dan kewajaran gerak, sedang kemampuan kognitif mencakup aspek-aspek yang lain.
Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro 2001: 292-294, membagi tes kemampuan berbicara menjadi tiga tingkatan. Berikut adalah tingkatan tes
kemampuan berbicara beserta uraiannya. 1 Tes kemampuan berbicara tingkat ingatan
Tes kemampuan berbicara pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat teoritis, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara,
misalnya tentang pengertian, fakta dan sebagainya. Tes tingkat ingatan ini dapat juga berupa tugas yang dimaksudkan untuk mengungkapkan
kemampuan ingatan siswa secara lisan. Tes dapat berupa permintaan untuk menyebutkan fakta atau kejadian. Misalnya nama tokoh, acara televisi, baris
puisi dan sebagainya. 2 Tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman
Tes ini hampir sama dengan tes bagian pertama, akan tetapi lebih mengarah ke pemahaman siswa terhadap topik yang disampaikan. Misalnya
seorang siswa diminta menjelaskan gambar sesuai dengan pemahamannya. 3 Tes kemampuan berbicara tingkat penerapan
Tes pada tingkat ini tidak lagi bersifat teoritis, melainkan menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Siswa diharapkan mampu berkomunikasi pada
situasi dan masalah tertentu. Untuk mengungkap kemampuan berbicara siswa tingkat penerapan dapat dilakukan dengan simulasi situasi tertentu. Misalnya
seorang kepala desa yang sedang berpidato di hadapan warga masyarakat, sorang ketua OSIS sedang memimpin rapat dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tes kemampuan berbicara merupakan tes yang bersifat teoritis dan praktis yang melibatkan faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan. Tes kemampuan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembicaraan
berdasarkan gambar, wawancara, bercerita, pidato dan diskusi. Adapun alat atau model yang digunakan dalam penilaian dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, sesuai dengan tingkatan yang diinginkan.
7. Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara