dan 2 diskusi terbukaumum: debat, forum, seminar, panel, simposium, ceramah, kelompok, mimbar wawancara televisi dan radio.
Menurut Munawaroh 2008: 12, ada beberapa hal yang dapat dijadikan landasan dalam mengklasifikasi berbicara. Landasan tersebut adalah: 1 situasi;
2 tujuan; 3 metode penyampaian; 4 jumlah penyimak; dan 5 peristiwa khusus. Berikut akan diuraikan dan dijelaskan landasan beserta dengan penjelasan
butir-butir hasil pengklasifikasian tersebut.
a. Situasi
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal
atau resmi dan informal atau tak resmi. Setiap situasi itu menuntut keterampilan berbicara tertentu. Dalam situasi formal permbicara dituntut berbicara secara
formal. Sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula.
Logan dalam Munawaroh, 2008: 13 menyebutkan jenis-jenis kegiatan berbicara informal di antaranya adalah tukar pengalaman, percakapan,
menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman, bertelpon, dan memberi petunjuk. Adapun jenis-jenis kegiatan berbicara formal di antaranya adalah
ceramah, perencanaan dan penilaian, interview, prosedur parlementer, dan bercerita.
b. Tujuan
Seseorang melakukan aktivitas bicara memiliki banyak maksud dan tujuan. Pada umumnya tujuan orang yang berbicara adalah untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasi,
meyakinkan, atau
menggerakkan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara di atas Munawaroh 2008: 13
mengklasifikasikan berbicara menjadi lima jenis, yakni: 1 berbicara menghibur; 2 berbicara menginformasikan; 3 berbicara menstimulasi; 4 berbicara
meyakinkan; dan 5 berbicara menggerakkan.
c. Metode Penyampaian
Menurud Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1991: 65, ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya. Keempat cara
yang dimaksud adalah: 1 penyampaian secara mendadakserta-merta impromptu; 2 penyampaian berdasarkan catatan kecil ekstemporan; 3
penyampaian berdasarkan hafalan; dan 4 penyampaian berdasarkan naskah. Berlandaskan keempat cara penyampaian pembicaraan tersebut berbicara dapat
diklaifikasikan menjadi empat jenis pula. Keempat jenis berbicara itu namanya disesuaikan dengan metode penyampaian, yakni: 1 berbicara mendadakserta-
merta impromptu; 2 berbicara berdasrkan catatan kecil ekstemporan; 3 berbicara berdasarkan hafalan; dan 4 berbicara berdasarkan naskah.
Berbicara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan
situasi. Misalnya karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu
pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya. Dalam situasi seperti ini pembicara harus
menggunakan pengalamannya bagi penyusunan organisasi pembicaraannya. Sejumlah pembicara menggunakan catatan kecil dalam kartu, biasanya
berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berlandaskan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Cara seperti inilah yang
dimaksud dengan berbicara berlandaskan catatan kecil. Cara berbicara seperti itu dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi
pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum. Pembicara yang dalam taraf belajar pembicara pemula mempersiapkan
bahan pembicaraannya dengan cermat dan dituliskan dengan lengkap. Bahan yang ditulis itu dihafalkan kata demi kata, lalu tampil berbicara berdasarkan hasil
hafalannya. Cara seperti ini disebut metode hafalan. Cara berbicara seperti ini memang banyak kelamahannya. Pembicara meungkin lupa akan beberapa bagian
dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku, dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.
Pembicara membacakan naskah yang disusun rapi. Berbicara berlandaskan naskah dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat
resmi, dan menyangkut kepentingan umum. Kelemahan berbicara berdasarkan
naskah, antara lain: 1 perhatian pembicara lebih tertuju pada naskah; 2 suasana terlalu resmi sehingga kaku; dan 3 pembicara kurang kontak dengan pendengar.
Berbicara berlandaskan naskah memang banyak kelemahannya, akan tetapi berbicara jenis ini tetap banyak dilakukan, misalnya: 1 pidato resmi presiden; 2
pidato pejabat dalam upacara resmi; 3 penyiaran berita di radio; dan 4 penyiaran berita di televisi.
d. Jumlah Penyimak