PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA SMP

SKRIPSI

Oleh :

NURROHMIYATUN K2305012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA SMP

Oleh :

NURROHMIYATUN K2305012

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Supurwoko, M.Si NIP. 19630409 199802 1 001

Pembimbing II

Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd NIP. 19751003 200501 2 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota I :

:

:

:

Dra. Rini Budiharti, M. Pd NIP. 19580728 198403 2 003

Dr. Sarwanto, S. Pd. M.Si NIP. 19690901 199403 1 002

Drs. Supurwoko, M.Si

NIP. 19630409 199802 1 001

Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd NIP. 19751003 200501 2 001

( )

( )

( )

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Nurrohmiyatun. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya: 1) perbedaan kemampuan kognitif Fisika antara model pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya; 2) perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya; 3) interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII semester I SMP Negeri 1 Playen tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIF. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh dua kelas, yaitu kelas VIIC sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIF sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan awal Fisika siswa dan data kemampuan kognitif Fisika siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya (Fa =

12,828 > F0,05;1,62 = 4.00 pada taraf signifikasi 5%); 2) ada perbedaan kemampuan

kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan kategori rendah pada pokok bahasan zat dan wujudnya (Fb = 30,968 > F0,05;1,62=

4.00 pada taraf signifikasi 5%); 3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya (Fab= 0,501< F0,05;1,68 = 4.00 pada taraf


(6)

commit to user

vi

Implikasi dari hasil penelitian adalah bahwa Pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu efektifitas belajar mengajar. Selain itu kemampuan awal Fisika siswa yang baik, akan dapat membantu siswa dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat berpengaruh semakin baik pada kemampuan kognitif Fisika siswa.


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Nurrohmiyatun. THE COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) VIEWED FROM THE FIRST-ABILITY OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TOWARD THEIR COGNITIVE ABILITY. Thesis. Surakarta: Faculty of Education and Teacher Training. University of Sebelas Maret. January 2011.

The purpose of this research to find out: 1) the difference of student’s cognitive ability of Physics on the study between the model of cooperative learning with STAD and discussion of Material and Its Existence; 2) the difference of student’s cognitive ability of the students’ first-ability of Physics in high and low classes of Material and Its Existence study; and 3) the interaction between learning model and students’ first-ability of Physics toward their cognitive ability of Material and Its Existence study.

This research method was experiment by factorial design 2x2. Population of this research was the students of VII grade of SMP Negeri 1 Playen 2009/ 2010. They were consisted of six classes, A to F. The technique used in this research was cluster random sampling. In consequence, the classes conducted as samples were class C and class F. Class C was conducted as an experimented sample, whereas class F was a controlling sample. Through the test, the data consisting of the first-ability and the cognitive ability of Physics were collected. The data were analyzed by a two-way annava.

Based on the result of the research, it can be concluded that: (1) there is a difference of student’s cognitive ability of Physics on the study between the model of cooperative learning with STAD and discussion of Material and Its Existence (Fa = 12,828 > F0,05;1,62 = 4.00 with significance level 5%). (2) There is

difference of student’s cognitive ability of the students’ first-ability of Physics in high and low classes of Material and Its Existence study (Fb = 30,968 > F0,05;1,62 =

4.00 with significance level 5%). 3) There is not interaction between the learning model with the students’ first-ability of Physics toward their cognitive ability of Material and Its Existence study (Fab = 0,501< F0,05;1,68 = 4.00 with significance


(8)

commit to user

viii

The implication of the result is that the Physics learning using the cooperative model with (STAD) was able to help the effectiveness of teaching and learning. Furthermore, the good first-ability of students would help them to understand the study. Thus, it would give more positive effect to the students’ cognitive ability of Physics.


(9)

commit to user

ix

MOTTO

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S Muhammad: 7)

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S At Taubah: 105)


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta. Ya Allah, bukakan pintu syurga untuk mereka. Amiin.…

2. Mbak Yanti, Mbak Lilik, Mas Sofyan, Dek Lia dan Dek Amad, terima kasih dan sayang tak bertepi untuk segalanya.

3. Keluarga besarku tercinta. Terima kasih tak berhingga atas bantuan, dukungan, semangat, dan do’anya.


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Dia-lah Allah yang senantiasa mencurahkan samudera kasih sayang-Nya kepada seluruh umat manusia di hamparan dunia ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang dengan sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa istiqomah memegang teguh agamanya.

Alhamdulillah, atas rahmat dan ridha Allah penulis mampu menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Semoga Skripsi ini menjadi ladang amal ibadah bagi penulis, keluarga penulis, serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS. 3. Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan

P. MIPA FKIP UNS.

4. Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Pembimbing I atas curahan pikiran, tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas curahan pikiran, tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini. 6. Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademis atas bantuan dan

bimbingannya.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang secara tulus mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.


(12)

commit to user

xii memberikan ijin penelitian.

9. Triyono, M.Pd. Selaku Guru Físika SMP Negeri 1 Playen atas bimbingannya selama penelitian.

10.Siswa kelas VIIC dan VIIF SMP Negeri 1 Playen, atas kerja samanya.

11.Orang tua dan keluargaku tercinta, atas tetesan peluh, segenap pikiran dan jiwa, yang telah menyertai langkahku, memberikan dorongan, dan do’a restu yang teramat tulus.

12.Teman-teman Kos Salsabila, Mustika R.P, Estik S, Reni S, Ita J, Benty, Estia R, F Resti S, S Sulistyani, Sita N, W Setyorini, K Khotimah, dan ex S B Barida. Terima kasih untuk semuanya.

13.Ulfatun, Ika Sunu, dan Aviya atas bantuan, do’a, dan semangatnya.

14.Teman-temanku dan adik-adikku Fisika, atas segala bantuan, do’a, dukungan, dan kebersamaannya.

15.Kawan seperjuangan di Fisika, JN UKMI UNS, FSLDK, dan saudaraku di jalan dakwah dimanapun berada atas do’a, bantuan, dan dorongan semangatnya.

16.Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu–persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, namun demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

Surakarta, Januari 2011


(13)

commit to user xiii DAFTAR ISI JUDUL……...……… PENGAJUAN ………...………. PERSETUJUAN …...………. PENGESAHAN………...………... ABSTRAK ………... ABSTRACT ………...………... MOTTO ………...……….. PERSEMBAHAN …………...………... KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB I PENDAHULUAN………... A. Latar Belakang Masalah………..….... B. Identifikasi Masalah………..….…. C. Pembatasan Masalah ………..….…... D. Perumusan Masalah……….... E. Tujuan Penelitian ………..………. F. Manfaat Penelitian………..……… BAB II LANDASAN TEORI ……….. A. Tinjauan Pustaka ……….……..

1. Belajar dan Pembelajaran..………. a. Pengertian Belajar………..………. b. Prinsip-prinsip Belajar……… c. Tujuan Belajar………..……….

d. Mengajar………

e. Pembelajaran……….

2. Pengajaran Fisika di SMP...……… i ii iii iv v vii ix x xi xiii xvi xvii xviii 1 1 4 5 5 5 6 7 7 7 7 8 9 10 10 11


(14)

commit to user

xiv

a. Hakikat Fisika……… b. Tujuan Mata Pelajaran Fisika di SMP…

3. Model Pembelajaran…...……… a. Pembelajaran Kooperatif……… b. Pembelajaran Diskusi……… 4. Kemampuan Awal Siswa…………..……… 5. Kemampuan Kognitif.……….……..……… 6. Materi Zat dan Wujudnya………..…….……. B. Penelitian yang Relevan ………. C. Kerangka Berpikir………..…………. D. Perumusan Hipotesis……….………..………… BAB III METODE PENELITIAN………....

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….……... 1. Tempat Penelitian ……… 2. Waktu Penelitian………..……… B. Metode Penelitian ………..…… C. Populasi dan Sampel ………...

1. Populasi………..…….………..

2. Sampel ….….….………..………

3. Teknik Pengambilan Sampel………..……. D. Variabel Penelitian……….………..

1. Variabel Bebas …..……….. 2. Variabel Terikat ……….………. E. Teknik Pengumpulan Data……….………..

Teknik Tes ……….….…. F. Instrumen Penelitian ………..………

1. Uji Validitas ………..………….…. 2. Uji Reliabilitas ………..……….…. 3. Menentukan Derajat Kesukaran ….….….….….….…. 4. Menentukan Daya Pembeda ……… G. Teknik Analisis Data………...

11 13 13 15 22 26 27 29 34 35 38 39 39 39 39 39 40 40 41 41 41 41 42 42 42 43 43 44 45 46 48


(15)

commit to user

xv

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa………... 2. Uji Prasyarat Analisis…………....………..………..

a. Uji Normalitas ………..……….. b. Uji Homogenitas ………..…….. 3. Uji Hipotesis………..….…. BAB IV HASIL PENELITIAN ………

A. Deskripsi Data ………..………. 1. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Awal Fisika

Siswa………..……… 2. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa …………... B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika ……...………

1. Uji Normalitas………... 2. Uji Homogenitas……….……….. 3. Uji-t Dua Ekor………..……… C. Pengujian Prasyarat Analisis ………. 1. Uji Normalitas………..…….…… 2. Uji Homogenitas………..…………. D. Hasil Pengujian Hipotesis ……….…

1. Analisis Variansi Dua Jalan……….………..….. E. Pembahasan Hasil Analisis………..………..…..….

1. Uji Hipotesis Pertama……….….. 2. Uji Hipotesis Kedua……….. 3. Uji Hipotesis Ketiga………. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …….……… A. Kesimpulan ………..………..…... B. Implikasi Hasil Penelitian……. ………..………...

C. Saran ………..…

DAFTAR PUSTAKA ………..……… LAMPIRAN ………..………... 48 49 49 50 51 57 57 57 59 61 61 62 62 62 62 63 63 63 65 65 66 67 68 68 68 69 70 73


(16)

commit to user xvi DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9

Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif... Penentuan Skor Kuis dan Poin Perbaikan... Tingkat Penghargaan Tim Berdasarkan Skor Rata-Rata Tim... Langkah- Langkah dalam Model pembelajaran diskusi....……… Keuntungan dan Kelemahan Model pembelajaran diskusi …… Volume dan Bentuk dari Wujud Zat………..……….... Rancangan Penelitian... Rangkuman Analisis... Deskripsi Data Kemampuan Awal Fisika Siswa... Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperime. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Kontrol…. Deskrispi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa...…. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen………..……….. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Kontrol...………..………... Hasil Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa... Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas... Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel tidak Sama...

18 22 22 24 24 30 40 56 57 57 58 59 59 60 61 62 63


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 (a) Gambar 2.3 (b) Gambar 2.4 (a) Gambar 2.4 (b) Gambar 2.5 (a) Gambar 2.5 (b) Gambar 2.6 Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Ciri-Ciri Model Mengajar ………..………..……... Skema Perubahan Wujud Zat...…..……….. Meniskus Cekung ………..………... Meniskus Cembung ………..…………... Permukaan Raksa dalam Pipa Kapiler ………... Permukaan Air dalam Pipa Kapiler ………... Permukaan Raksa dalam Bejana Berhubungan ………... Permukaan Air dalam Bejana Berhubungan ………... Paradigma Penelitian...………..………... Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Eksperimen... Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Kontrol... Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen... Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol...

14 31 32 32 33 33 33 33 38

58

59

60


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal 1. Jadwal Penelitian ………..………. 2. Satuan Pembelajaran………..………. 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………..……… 4. Lembar Kerja Siswa ………..……… 5. Soal-Soal STAD... ………..………... 6. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Zat dan Wujudnya ... 7. Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif Siswa ... 8. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif Siswa... 9. Lembar Jawab Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan

Kemampuan Kognitif Siswa... 10.Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif Zat dan Wujudnya ... 11.Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif Siswa... 12.Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Siswa... 13.Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan

Kognitif Siswa ... 14.Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal dan Kemampuan Kognitif Siswa... 15.Data Nilai Kemampaun Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol Siswa SMP Negeri 1 Playen ………... 16.Uji Normalitas Kemampaun Awal Siswa Kelas Eksperimen... 17.Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol... 18.Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………..……….

73 74 79 110 135

139

140

149

150

151 152

159

160

161

165 166 167


(19)

commit to user

xix

19.Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa Dengan Uji-t Dua Ekor ... 20.Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen... 21.Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol... 22.Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ………..………... 23.Data Induk Penelitian Kelas VII SMP Negeri 1 Playen... ... 24.Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan dengan Frekuensi Sel Tak Sama ………..………. 25.Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Siswa Kelas VII SMP N 1 Playen... 26.Daftar Penilaian Kelompok STAD Kelas Eksperimen.……...……... 27.Daftar Kelompok STAD Kelas Eksperimen...……… 28.Daftar Kelompok Diskusi Kelas Kontrol...………... 29.Tabel-Tabel Statistik ... 30.Perijinan ... ………..……….

171 174 175

176 179

180

185 186 191 192 193 202


(20)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap orang. Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya untuk mengembangkan kemampuan dan potensi dalam dirinya. Pada Bab II Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UUSPN No. 20 Tahun 2003).

Berkaitan dengan tujuan tersebut, pendidikan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan bahwa dengan proses pendidikan yang baik diharapkan akan memperoleh hasil yang baik pula salah satunya adalah terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Ujung pangkal proses pendidikan dapat dicermati dari proses pembelajarannya.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian tujuan intruksional. Tujuan intruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu.

Faktor internal misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani, motivasi dan kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti proses belajar mengajar. Untuk itu pada awal kegiatan belajar mengajar seorang pengajar seharusnya mengetahui kemampuan awal siswanya, sehingga diharapkan pengajar dapat menentukan bagaimana proses belajar mengajar diatur dan apa metode yang tepat untuk digunakan sehingga


(21)

commit to user

kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor eksternal meliputi keadaan keluarga, lingkungan belajar, kurikulum, alat-alat pelajaran, pengajar dan cara mengajarnya atau yang biasa disebut dengan model pembelajaran.

Menurut Nurulwati dalam Trianto (2007: 5):

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar.

Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model tersebut antara lain model pembelajaran langsung, model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran quantum, model pembelajaran inquiri, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran diskusi dan lain-lain. Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta materi yang akan diajarkan.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok). Slavin (1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran kooperatif sebagai ”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar anggota kelompok”.

Model pembelajaran kooperatif akan bisa membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dikarenakan adanya interaksi siswa di dalam kelompoknya dan juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Cara pengelompokannya adalah heterogen baik dari tingkat prestasi belajar, jenis kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi. Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan mampu saling membantu berdiskusi, dan berargumentasi sesuai dengan konsep yang dikuasainya. Di dalam setiap kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses


(22)

commit to user

pemahaman terhadap siswa yang berkemampuan rendah sehingga akan dapat segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok akan dapat berjalan dengan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

Belajar Fisika merupakan suatu proses yang komplek, sebab siswa tidak hanya sekedar menerima dan menyerap informasi yang diberikan guru, tetapi melibatkan diri dalam proses untuk mendapatkan ilmu sendiri. Semakin banyak yang aktif dalam belajar maka prestasi belajar dimungkinkan makin tinggi. Dalam usaha meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka perlu dikembangkan melalui pembelajaran yang didasarkan pada teori kebersamaan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

Student Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran tipe STAD diharapkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya dengan cara berdiskusi, berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota yang lainnya. Dengan model pembelajaran ini, proses belajar tidak dikuasai oleh segelintir siswa saja tetapi setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam proses belajar. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya akan memberi kontribusi pada peningkatan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar seperti yang dikatakan sebelumnya, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Namun tidak semua aspek dari kemampuan awal siswa yang dimiliki oleh siswa pada awal proses belajar berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal tersebut harus relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.

Kemampuan kognitif siswa merupakan salah satu aspek keberhasilan atau prestasi belajar siswa, karena berkaitan dengan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Aspek ini terdiri atas kemampuan untuk mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.


(23)

commit to user

Materi Zat dan Wujudnya merupakan pelajaran Fisika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa lebih mudah belajar materi Fisika.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian untuk membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep ilmu Fisika. Adapun judul penelitian “PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis perlu mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin muncul dalam penelitian ini. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan usaha memperbaiki kualitas sumber daya manusia. 2. Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian tujuan

intruksional. Tujuan intruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal

3. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti proses belajar mengajar.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya dengan cara berdiskusi, berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota yang lainnya.

5. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya akan memberi kontribusi pada peningkatan prestasi belajar siswa.


(24)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul, maka dalam penelitian dibatasi pada :

1. Pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol.

2. Kemampuan awal Fisika siswa yang dimaksud adalah kemampuan awal yang diperoleh dari nilai pre-test pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

3. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan awal Fisika siswa dalam kategori tinggi dan rendah.

4. Materi pelajaran yang diambil adalah pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMP semester I tahun ajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya?

2. Adakah perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya?

3. Adakah interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya?

E. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.


(25)

commit to user

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberi masukan kepada guru dan calon guru agar dapat memilih model yang tepat dalam penyampaian materi.

2. Memberi masukan kepada guru dan calon guru yang mengadakan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam.


(26)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar sebagai suatu kegiatan yang mencakup berbagai proses yang terjadi dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan diri. Belajar memiliki makna yang sangat luas dan komplek, sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori belajar yang dianut oleh seseorang.

Menurut Tabrani Rusyan (1989: 78), “Belajar adalah proses yang memungkinkan berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik dalam berinteraksi secara aktif dengan guru, peserta didik lain dengan konsep dan fakta yang muncul dikelas, dan dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan”. Menurut Winkel (1996: 53) menyatakan, “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau spikis, berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas”. Kemudian menurut Nana Sujana (1996: 5),” Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, pemikiran maupun keterampilan. Perubahan itu membentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu relatif lama, serta terjadi karena usaha sadar individu yang sedang belajar.


(27)

commit to user

b. Prinsip-prinsip Belajar

H. J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanti, dan Sutijan mengutip dari pendapat S. Nasution menungkapkan bahwa:

Prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip-prinsip yang terkait dalam proses belajar. Belajar itu sangat kompleks. Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. (Gino et al, 1997: 51-52)

Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari Slameto (1995: 27-28) sebagai berikut:

1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada

siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

4) Belajar itu adalah proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi dan adaptasi.

6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan

tenang.

8) Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. 9) Belajar itu perlu interaksi anak dengan lingkungannya.

10) Belajar adalah proses kontinuitas yaitu hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

11) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian itu mendalam pada anak.


(28)

commit to user

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Menurut Oemar Hamalik (2003: 109), ”Tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.”

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis kegiatan, dan sarana prasarana yang tersedia.

Menurut Anderson L.W dan Krathwohl dalam Achmad Samsudin (2010 : 12-31) taksonomi Bloom yang direvisi meliputi ranah kognitif, afektif dan spikomotorik. Pada ranah kognitif terdiri dari enam komponen yaitu mengingat (remembering), mengerti (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), mencipta (creating). Pada ranah afektif (sikap) terdiri dari lima komponen yaitu menerima (receiving), menanggapi (responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), menjadi karakter (characterization). Sedangkan pada ranah psikomotor terdiri dari lima komponen yaitu imitasi (imitation), manipulasi (manipulation), presisi (precision), artikulasi (articulation), naturalisasi (naturalization).

Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah hasil yang hendak dicapai setelah pembelajaran. Sesuai tujuan belajar, yaitu mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta pembentukan sikap, hasil belajar juga meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(29)

commit to user

d. Mengajar

Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa.

Nana Sudjana (1996: 7) berpendapat bahwa “Mengajar adalah membimbing siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar “. Menurut Roestiyah (1998: 2) “Mengajar adalah bimbingan kepada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif sekali adalah anak-anak, sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan mengingatkan kepribadian anak yang berbeda-beda”. Sedangkan Oemar Hamalik (2003: 11) mengatakan bahwa “Mengajar adalah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan proses belajar mengajar secara efektif.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah cara menyampaikan ilmu pengetahuan atau pemahaman kepada siswa dengan mengatur, mengorganisasi lingkungan di sekitar siswa untuk berlangsungnya kegiatan belajar yang efektif dalam membantu pemahaman siswa secara optimal. Belajar dapat dikatakan berhasil bila subjek belajar mengalami proses belajar sebagai akibat dari usahanya.

e. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, terutama dalam hal cara mengajar. Pembelajaran adalah sesuatu yang disengaja dan dengan usaha sadar agar siswa dapat belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan faktor-faktor yang berkaitan dalam proses belajar mengajar. Menurut Gino et al (1997: 32) “Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar”.


(30)

commit to user

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003: 10), “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tesusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar”. Tujuan jangka panjang dari proses pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan yang baik untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif sehingga siswa mempunyai kecakapan dan ketrampilan tertentu untuk menjadi pribadi yang matang.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen antara lain:

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4) Isi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6) Media, yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka mencapai tujuan.

7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

Gino et al (1997: 30-31)

2. Pembelajaran IPA di SMP

a. Hakikat IPA

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Carin dan Sund dalam Herbert Druxes (1986: 21) mendefinisikan IPA sebagai, “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan


(31)

commit to user

eksperimen”. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan non manusia tentang bumi dan alam sekitarnya.

Hakikat IPA meliputi tiga hal yaitu: 1) Produk IPA

Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui pengamatan atau observasi. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

2) Proses IPA

Proses IPA sering disebut juga proses ilmiah atau metode ilmiah. Yang disebut dengan metode ilmiah adalah gabungan antara penataran dan pengujian secara empiris. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah identifikasi masalah, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan eksperimen, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.

3) Nilai dan sikap ilmiah

Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimen dan berfikir logis harus digunakan sikap jujur, obyektif dan komunikatif agar dapat mencapai hasil IPA yang benar.

Ketiga unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA unsur-unsur tersebut diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SMP

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan No. 22 tahun 2006 tentang KTSP tujuan mata pelajaran IPA di SMP adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa


(32)

commit to user

2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak serta berkomunikasi.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6) Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Berdasarkan beberapa tujuan pembelajaran IPA di SMP tersebut diharapkan siswa mampu berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mampu mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup dengan mendapat pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Bahan materi IPA untuk SMP merupakan kelanjutan bahan kajian IPA SD yang meliputi aspek-aspek:

1). Makhluk hidup dan proses kehidupan 2). Materi dan sifatnya

3). Energi dan perubahannya 4). Bumi dan alam semesta

3. Model Pembelajaran

“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.” (Joyce dalam Trianto,


(33)

commit to user

2007: 5). Menurut Nurulwati dalam Trianto (2007: 5), “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar”. Sedangkan menurut Richard I. Arends (1997: 7) “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includesits goals, syntax, environment, and management system.” Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintak, lingkungan, dan sistem pengelolaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh stategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:

1) Landasan berfikir teoritis yang jelas dan masuk akal (coherent theoretical rationale)

2) Titik pandang tentang apa dan bagaimana siswa belajar yang berorintasi pada hasil belajar yang diinginkan (intended learning outcome)

3) Menuntut perilaku-perilaku mengajar yang membuat model bekerja (required techer behavior), dan

4) Menuntut struktur kelas yang membawa menuju hasil belajar yang diinginkan (required classroom structures).

Coherent Theoretical Rationale Intended Learning

Outcomes

Required Techer Behaviors Required Classroom

Structures

Gambar 2.1 Ciri-Ciri Model Mengajar (Richard, I. Arends, 1997: 7)


(34)

commit to user

Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Trianto (2007: 9) mengungkapkan bahwa:

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Sanjaya dalam Sugiyanto (2008: 8) menjelaskan ada 8 prinsip memilih strategi pembelajaran, yaitu: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa, memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang siswa untuk berfikir, menimbulkan inspirasi siswa untuk membuat dan menguji, menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta mampu memotivasi siswa belajar lebih maju.

Tidaklah setiap model pembelajaran mampu megembangkan delapan penggunaan model pembelajaran yang diungkapkan tersebut. Setiap model pembelajaran memberikan tekanan pada aspek tertentu. Oleh karena itu, setiap pengajar dapat memilih model pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapainya.

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok). Jadi pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

Slavin (1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran kooperatif sebagai ”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar anggota kelompok”. Sedangkan menurut Zakaria et al (2007),


(35)

commit to user

”Cooperative learning is grounded in the belief that learning in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks”.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.

Dalam kegiatan belajarnya, siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dalam kelompok yang heterogen. Belajar kooperatif ini akan menampilkan kemampuan individu tetapi tetap bergantung pada keadaan kelompok, dalam hal ini siswa memperoleh suatu informasi kemudian mengajarkan informasi tersebut kepada anggota kelompoknya ataupun keseluruhan dalam satu kelas jika memungkinkan.

Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002: 30-34) menyebutkan bahwa ada 5 unsur yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok. 3) Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua anggota.

4) Komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik berkomunikasi.

5) Evaluasi proses kelompok. Perlu ada waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.


(36)

commit to user

Johnson, Johnson dan Holubec (1994) dalam Zakaria et al (2007) menjelaskan tentang lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

(a) Positive interdependence: The success of one learner is dependent on the success of the other learners.

(b) Promotive interaction : Individual can achieve promotive interaction by helping each other, exchanging resources, challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and striving for mutual benefits.

(c) Individual accountability: Teachers should assess the amount of effort that each member is contributing. These can be done by giving an individual test to each student and randomly calling students to present their group’s work.

(d) Interpersonal and small-group skills: Teachers must provide opportunities for group members to know each other, accept and support each other, communicate accurately and resolve differences constructively.

(e) Group processing: Teachers must also provide opportunities for the class to assess group progress. Group processing enables group to focus on good working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and ensures that members receive feedback.

Adapun langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif antara lain adalah:

a. Presentasi tujuan dan maksud

Guru menerangkan tujuan pembelajaran dan maksud dari penerapan model pembelajaran yang dilakukan serta semua proses pembelajaran yang akan dilakukan bersama dengan siswa.

b. Presentasi informasi

Guru mempresentasikan informasi kepada siswa. Informasi tersebut berisi tentang materi yang dipelajari sebelumnya maupun materi yang akan dipelajari dalam proses belajar yang akan dilakukan serta keterkaitan antara keduanya. Proses penjelasan tersebut dapat dilakukan melalui cara biasa (menjelaskan secara manual) ataupun melalui demonstrasi alat dan lain- lain. c. Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok pembelajaran

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok belajar dan membantu mereka untuk berkelompok sesuai dengan kelompoknya sehingga proses


(37)

commit to user

transisi dari keadaan biasa (belum berkelompok) kedalam keadaan berkelompok dapat berjalan efektif.

d. Membantu kerja tim dalam proses belajar

Guru memantau jalannya proses belajar pada masing-masing siswa secara individu atau masing-masing kelompok belajar mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.

e. Evaluasi materi

Guru memberikan tes evaluasi kepada masing-masing siswa secara individu atau masing-masing kelompok belajar mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.

f. Publikasi atau penguatan

Guru memberikan penghargaan ataupun penguatan kepada siswa atau kelompok yang memperoleh prestasi terbaik.

Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

SYNTAX OF THE COOPERATIVE LEARNING MODEL

Phase Teacher Behavior

Phase 1

Present goals and set

Teacher goes over objectives for the lesson and established learning set

Phase

Present information

Teacher present information to students with either demonstration or text.

Phase 3

Organize students into learning teams

Teacher explains to students how to form learning team and helps groups make efficient transition

Phase 4

Assist team work and study

Teacher assists learning teams as they do their work

Phase 5

Test over material

Teacher test over learning materials or groups present result of their work

Phase 6

Provide recognition

Teacher finds ways to recognize both individual and group efforts and achievement

(Richard, I. Arends, 1997:130) Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam


(38)

commit to user

menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Slavin (1995: 16-17) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu mencapai tujuan kelompok, maka salah seorang anggota melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil.

Slavin (1995: 5) membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), dan Jigsaw.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu : a. Meningkatkan kemampuan siswa.

b. Meningkatkan rasa percaya diri.

c. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian. d. Memperbaiki hubungan antar kelompok.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan b. Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk

c. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.

(Slavin, 1995: 2)

Pembelajaran kooperatif membuat setiap siswa saling bekerja sama satu lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling mengisi kekurangan anggota lainnya. Apabila dapat diorganisasikan secara tepat maka siswa akan lebih menguasai konsep yang diajarkan.

Tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Student Teams Achievement Division (STAD).


(39)

commit to user Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model pembelajaran secara tim.

Slavin 1990 dalam Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan bahwa “STAD is one of the simplest and most extensively researched forms of all cooperative learning techniques, and it could be an effective instrument to begin with for teachers who are new to the cooperative learning technique”.

Slavin (1990) dalam jurnal Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan bahwa Stipulated five major components of the STAD, namely class presentations, teams, quizzes, individual improvement scores, and team recognition. The researcher implemented a modified STAD during the contact sessions and focused on elements such as direct instruction, class demonstrations, student presentations through role play, simulations and group discussions. Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Slavin terdiri dari lima komponen utama sebagai berikut :

1) Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas. Ini merupakan pembelajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi-pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audio-visual. Bedanya presentasi kelas dengan pembelajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD tersebut. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis dan skor kuis mereka menentukan tim mereka.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya,


(40)

commit to user

tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainsterm.

3) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Siswa tidak boleh untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

4) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberi skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.


(41)

commit to user 5) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

(Slavin, 2008 : 143-146) Tabel 2.2 Penentuan Skor Kuis dan Poin Perbaikan

Skor Kuis Poin Perbaikan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10-1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna tidak (terlepas dari skor awal) 30

(Slavin, 2008: 159) Tingkat penghargaan tim berdasarkan skor rata-rata tim seperti dalam tabel 2.3 dibawah ini :

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Tim Berdasarkan Skor Rata-Rata Tim

Skor rata-rata tim Penghargaan

15 Tim Baik

16 Tim Sangat Baik

17 Tim Super

(Slavin, 2008: 160) b. Pembelajaran Diskusi

Diskusi menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007: 117) “Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah”.

Arends dalam Classroom Intruction and Management (1997: 201) menyatakan bahwa ”...discussions are situations in which teachers and students and other students talk with one another and share ideas and opinions”. Diskusi


(42)

commit to user

adalah situasi guru dan siswa dan siswa dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan bertukar ide dan pendapat.

Dalam dikusi, unsur dialog antara dua orang atau lebih menjadi unsur utama untuk membahas suatu permasalahan. Diskusi ini dapat menjadi bagian atau fase dari model-model pembelajaran yang lain. Misalnya, diskusi berlangsung pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran direct intruction pada bagian akhir, guru mengecek pemahaman siswa dan membantu siswa mengembangkan pemikiran siswa terhadap informasi atau perilaku tertentu. Dalam pembelajaran kooperatif, diskusi dapat berlangsung pada kelompok-kelompok kecil, sedangkan dalam problem based learning, diskusi diperlukan untuk mencapai tujuan intruksional dari model.

Dalam penelitian ini yang dimaksud diskusi adalah model pembelajaran yang berdiri sendiri yang disebut diskusi kelas, yang memiliki tahapan tertentu.

Arends dalam Classroom Intruction and Management (1997: 201) menyebutkan tiga tujuan penggunaan diskusi kelas oleh guru, yaitu:

1) Discussion improves student thiking and help them construct their own understanding of academic content.

2) Discussion promotes student involvement and engangement.

3) Discussion is used by teachers to help students learn important communication skills and thiking processes.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa tujuan diskusi kelas yaitu: membantu daya berfikir siswa dan membantu mereka membentuk pemahaman pribadi terhadap isi pelajaran, mempromosikan siswa untuk melaksanakan penelitian dan reset, dan membantu siswa belajar tentang ketrampilan komunikasi dan proses berfikir yang penting.

Adapun langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam menerapkan Model Pembelajaran Diskusi kelas antara lain adalah

1) Menyediakan tujuan dan seting

Guru menyampaikan tujuan diskusi dan menyiapkan siswa untuk ambil bagian dalam diskusi.


(43)

commit to user 2) Fokus diskusi

Guru menjelaskan antara pokok diskusi, memberikan pertanyaan awal, dan memberikan topik diskusi.

3) Pelaksanaan diskusi

Guru memantau interaksi siswa, mengajukan pertanyaan mendegarkan dan merespon jawaban, membuat catatan selama diskusi, dan memberikan gagasannya sendiri.

4) Mengakhiri diskusi

Guru membantu mengarahkan diskusi pada kesimpulan atau mencoba mengekspesikan arti ungkapan siswa selama diskusi

5) Tanya jawab singkat tentang proses diskusi

Guru meminta siswa untuk menerungkan proses berfikir dan diskusi mereka. Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4 Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Diskusi SYNTAX FOR HOLDING DISCUSSION Phase

Phase 1

Provide object and set

Teacher Behavior

Teacher goes over the objectives for the discussion and gets student ready participate

Phase

Focus discussion

Teacher provides a focus for discussion by describing ground rules, asking an initial question, presenting a puzzling situation or describing a discussion issue

Phase 3

Hold discussion

Teacher monitors students interactions, asks questions, listens to ideas, responds to ideas, enforces the ground reles own ideas

Phase 4

End the discussion

Techer helps bring the discussion to a close by summarizing or expressing to meaning the discussion has had for him or her

Phase 5

Debrief the discussion

Teacher asks student to examine their discussion and thiking processes

(Richard, I. Arends, 1997:202) Menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007: 127-128) Model Pembelajaran Diskusi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Tabel 2.5 Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi

Keuntungan Model Pembelajaran Diskusi Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi

a. Dikusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM

a. Suatu diskusi dapat diramalkan

sebelumnya mengenai bagaimana


(44)

commit to user b. Setiap siswa dapat menguji tingkat

pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing

c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah

d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri

e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa

kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya

b. Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya

c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang ”menonjol”

d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan

e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak

f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah g. Jumlah siswa yang terlalu besar di

dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

(Trianto, 2007: 127-128)

Trianto (2007: 121-122) membedakan model atau strategi pembelajaran diskusi dalam beberapa tipe yaitu:

1) Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Pair-Share) Terdapat tiga tahap dalam teknik ini, yaitu

a) Berpikir, guru menguji pertanyaan atau permasalahan dan kesempatan berpikir sebelum siswa menjawab permasalahan yang diajukan.

b) Berpasangan, guru meminta siswa berpasangan untuk menjawab permasalahan.

c) Berbagi, guru meminta siswa secara berpasangan menyampaikan jawaban permasalahan pada yang lain.

2) Kelompok Aktif (Buzz Group)

Dalam kelompok aktif, guru meminta siswa membentuk kelompok-kelompok yang terdiri atas 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang ide siswa pada materi pelajaran. Setiap kelompok menetapkan seorang anggota untuk mendaftar


(45)

commit to user

semua gagasan yang muncul dalam kelompok. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok aktif menyampaikan hasil diskusi kelompok pada kelas. 3) Bola Pantai (Beach Ball)

Guru memberi bola kepada salah seorang siswa untuk memulai diskusi dengan pengertian bahwa hanya siswa yang memegang bola yang boleh berbicara. Siswa lain mengangkat tangan agar mendapat bola jika ingin mendapat giliran berbicara.

Tipe pembelajaran diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok aktif (Buzz Group).

4. Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal adalah kemampuan dan ketrampilan yang relevan yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program pembelajaran. Nana Sudjana (1991:15) mengatakan bahwa: ”pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih rendah dari kemampuan baru tersebut”.

Dalam proses belajar kemampuan awal sangat berpengaruh dalam keberhasilan mengajar. Oleh karena itu, kemampuan awal sering diikutsertakan sebagai titik tolak dalam perencanaan dan pengelolaan pembelajaran.

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa digunakan beberapa metode yaitu :

a. Menggunakan catatan atau dokumentasi yang tersedia

Dokumen yang dimaksud misalnya Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), nilai raport, nilai tes intelegensi, nilai tes masuk, catatan-catatan mengenai prestasi dalam berbagai bidang kegiatan yang pernah diperoleh.

b. Mengunakan tes prasyarat dan tes awal

Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan ketrampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu pelajaran. Sedang tes awal (pretes) adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan mengenai pelajaran yang hendak diikuti.


(46)

commit to user c. Mengadakan konsultasi individu

Dengan mengadakan konsultasi individu terhadap siswa, maka guru akan lebih dapat mengadakan pendekatan personel untuk memperoleh informasi mengenai minat, sikap, keinginan siswa dan lain-lain.

d. Menyampaikan angket

Abdul Ghafur (1982: 60) Kemampuan awal dapat dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan sebelum siswa menerima pelajaran atau dari hasil tes materi sebelumnya. Hasil tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dan penguasaan materi Fisika. Jadi kemampuan awal yang dilihat dari hasil tes yang menjadi dasar untuk mempelajari pengetahuan baru dan untuk mendapatkan kemampuan yang lebih tinggi.

5. Kemampuan Kognitif

Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungan. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan pskikomotorik secara hierarkis.

Menurut Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl dalam Achmad Samsudin (2010 : 22-31), ranah kognitif terdiri enam tingkatan yakni:

a. Mengingat (Remembering)

Mengingat adalah kemampuan memanggil kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kemapuan ini merupakan kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa mengubah dalam bentuk atau simbol lain.

b. Mengerti (Understanding)

Mengerti adalah kemampuan untuk membangun kembali pesan pembelajaran lisan, tulisan dan komunikasi grafik. Kemampuan mengerti disebut juga dengan istilah ”memahami”. Contohnya memahami fakta atau prinsip, menafsirkan bahan lisan, atau menafsirkan bagan.


(47)

commit to user c. Menerapkan (Applying)

Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata meliputi aturan, metode, konsep, prinsip, hukum, teori. Misalnya seseorang mampu untuk memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan mengidentifikasikan.

d. Menganalisis (Analyzing)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu dengan yang lain. Kemampuan meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi.

e. Mengevaluasi (Evaluating)

Mengevaluasi merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. Kemampuan ini meliputi mengecek dan mengkritisi.

f. Mencipta (Creating)

Mencipta merupakan kemampuan untuk menggabungkan unsu-unsur secara bersama untuk membentuk suatu hubungan yang fungsional, mengorganisasi kembali bagian-bagian ke dalam pola atau strruktur yang baru. Kemampuan ini meliputi membangun, merencakanan, dan menghasilkan.

Berdasarkan uraian di atas, tingkatan tersebut menunjukkan tingkatan berfikir siswa yang semakin kompleks. Dalam proses pembelajaran Fisika pada sekolah menengah, ranah kognitif sering dijadikan objek sebagai hasil belajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui jika diadakan penilaian melalui evaluasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai Fisika siswa merupakan hasil belajarnya. Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) tingkat kognitif yang ditekankan adalah pada tingkat mengingat, mengerti, menerapkan, dan menganalisis.

6. Materi Zat dan Wujudnya

a. Pengertian Zat dan Wujudnya

Semua benda terdiri atas zat atau materi. Walaupun zat-zat penyusun benda itu berlainan jenis dan wujudnya, tetapi ada dua sifat yang yang sama


(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Keputusan uji

Berdasarkan tabel 4.9. analisis variansi dua jalan didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :

a. Hipotesis 1

Fa = 12,828; Ftabel = 4.00 (df =1.62, p = 0.050)

Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H0A ditolak (< 0,05). b. Hipotesis 2

Fb = 30,968; Ftabel = 4.00 (df = 1.62, p = 0.050)

Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H0B ditolak (< 0,05). c. Hipotesis 3

Fab = 0,501; Ftabel = 4.00 (df = 1.62, p = 0.050)

Nampak bahwa Fhit < Ftabel dengan demikian H0AB diterima (> 0,05).

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan yang terdiri dari dua efek utama dan interaksi dapat disimpulkan bahwa :

1) Efek Utama

Efek utama yang berupa baris (model pembelajaran) perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fa = 12,828 melampaui harga Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.

Efek utama yang berupa kolom (kemampuan awal Fisika siswa) perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fb = 30,968 melampaui harga Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.

2) Interaksi

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fab = 0,501 kurang dari harga Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa tidak ada interaksi antara faktor A (model pembelajaran) dan B (kemampuan


(2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

65

awal Fisika siswa) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dikemukakan bahwa :

1. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah.

3. Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan kemampuan awal fisika siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

E. Pembahasan Hasil Analisis

1. Hipotesis Pertama

H

01

:

α

i

=

0

: Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi

H

11

:

α

i

0

: Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

diskusi.

Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi diperoleh harga F

a

= 12,828. Nilai

ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikasi

α

= 0,05 didapatkan F

tabel

= 4.00. Karena F

a

> F

Tabel

maka H

01

ditolak dan H

11

diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognitif

Fisika siswa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Siti Fatimah yang

menunjukkan bahwa, “Model pembelajaran direct instruction lebih efektif daripada

model diskusi”. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran direct instruction

adalah model pembelajaran bertahap. Setiap satu tahap selesai, diadakan tes untuk

mengetahui sejauh mana hasil pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini

model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga merupakan model pembelajaran

yang bertahap, melibatkan siswa untuk saling bekerjasama dalam pembahasan

permasalahan bersama, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota


(3)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kelompok ada yang membuat kesalahan. Mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Selain itu adanya pemberian penghargaan pada akhir pembelajaran menjadikan siswa lebih bersemangat untuk belajar Fisika, sehingga setiap siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari materi yang disampaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Sedangkan pada model pembelajaran diskusi memicu siswa untuk berpikir lebih keras karena dituntut untuk mempertahankan pendapatnya. Namun diskusi menjadi kurang efektif apabila tidak dikendalikan dengan baik. Artinya siswa yang melakukan diskusi karena pengetahuan yang dimiliki tentang materi tersebut masih sangat terbatas maka diskusi yang dilakukan kurang dapat memecahkan persoalan. Selain itu pembahasan materi kurang sistematis, sehingga siswa sulit untuk mengambil kesimpulan dari setiap materi. Oleh karena itu hasil diskusi kurang diserap oleh siswa.

2. Hipotesis Kedua

H

02

:

β

j =0

: Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah

H

12

:

β

j ≠0

: Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara

kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah

Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk pengaruh kemampuan awal Fisika

siswa harga F

b

= 30,968. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel

sehingga untuk taraf signifikasi

α

= 0,05 didapatkan F

tabel

= 4.00. Karena F

b

> F

Tabel

maka H

02

ditolak dan H

12

diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

kemampuan awal Fisika siswa antara kemampuan kognitif Fisika kategori tinggi dan

kategori rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori tinggi

cenderung memperoleh prestasi belajar dalam hal ini kemampuan kognitif Fisika

yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika

kategori sedang dan rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal

Fisika siswa kategori tinggi lebih mudah menangkap materi dan juga lebih mudah

memahami materi selama pembelajaran terhadap mata pelajaran dalam hal ini mata


(4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pelajaran IPA Fisika pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika siswa tinggi akan lebih siap dalam menerima pelajaran karena siswa cenderung mempunyai keinginan belajar tinggi sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula.

3. Hipotesis Ketiga

H

03

:

αβ

ij =0

: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan

awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

H

13

:

αβ

ij ≠0

: Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal

Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk interaksi antara model

pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa harga F

ab

= 0,501. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel

sehingga untuk taraf signifikansi

α

= 0,05 didapatkan F

tabel

= 4.00. Karena F

ab

<

F

Tabel

maka H

03

diterima dan H

13

ditolak. Sehingga hipotesis nol diterima yaitu tidak

ada interaksi pengaruh kemampuan kognitif Fisika siswa dengan model

pembelajaran terhadap kemampuan awal Fisika siswa pada pokok bahasan zat dan

wujudnya. Antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi dan

kemampuan awal Fisika siswa memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap

kemampuan kognitif Fisika pada pokok hahasan Zat dan Wujudnya. Tidak adanya

interaksi tersebut terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika siswa

tinggi akan melakukan usaha yang maksimal sehingga memperoleh kemampuan

kognitif lebih baik dibanding siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika siswa

rendah walaupun digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ataupun

model pembelajaran diskusi.


(5)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada perbedaankemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran diskusi. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih baik daripada melalui model pembelajaran diskusi.

2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah. Kemampuan awal Fisika siswa tinggi memberikan kemampuan kognitif lebih baik dari pada kemampuan awal Fisika siswa rendah.

3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Dengan diperolehnya kesimpulan, penelitian ini sebagai implikasinya adalah:

1. Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi akan memberikan kemampuan kognitif Fisika siswa yang lebih baik dibanding dengan kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya pada siswa SMP Negeri 1 Playen kelas VII semester I.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika ternyata model pembelajaran Kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran diskusi sehingga faktor ini perlu


(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

69 sebagai pendukung mata pelajaran Fisika sehingga siswa mampu mencapai batas tuntas dalam belajar.

C. Saran

Pada penelitian ini penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan baik dalam pelaksanaannya maupun penyusunannya. Demi terselenggaranya sistem pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Agar mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka pada pelaksanaanya diusahakan:

a. Guru harus mampu menguasai dan memimpin kelas dengan baik sehingga jalannya eksperimen dapat berlangsung dengan tertib.

b. Guru harus sering membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Membatasi jumlah peserta diskusi, dengan membaginya menjadi beberapa kelompok kecil, dimana makin sedikit jumlah peserta dalam satu kelompok diskusi maka akan berlangsung lebih baik, karena siswa akan dapat mengamati dengan jelas apa yang diajarkan.

d. Guru harus sering memberikan latihan soal dan tugas setiap akhir pembelajaran agar siswa lebih mendalami materi yang telah disampaikan.

2. Membekali kemampuan awal Fisika siswa yang cukup sebagai modal dasar siswa untuk mentransformasikan gejala-gejala alam pada Fisika yang bersifat kulitatif ke dalam bentuk kuantitatif.

3. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik hendaklah dipilih model yang sesuai dengan materi pelajaran dan tingkat intelegensi siswa.


Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 135

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

7 40 88

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL.

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sawit.

0 0 16

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sawit.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

0 0 44