Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

commit to user b. Kemampuan Awal Fisika siswa 1 Definisi Operasional : Kemampuan awal Fisika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum menerima materi, dalam hal ini adalah kemampuan awal Fisika siswa pada pre-test pokok bahasan zat dan wujudnya. 2 Skala Pengukuran : interval kemudian diubah menjadi skala nominal dengan kategori : a Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi b Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah 3 Indikator : Nilai pre-test pokok bahasan zat dan wujudnya.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika siswa. a. Definisi Operasional : Kemampuan kognitif Fisika siswa pada mata pelajaran Fisika adalah hasil yang telah dicapai peserta didik pada aspek kognitif setelah mengikuti proses pembelajaran dalam mata pelajaran Fisika pokok bahasan zat dan wujudnya. b. Skala Pengukuran : Interval c. Indikator: Nilai tes kemampuan kognitif pada pokok bahasan zat dan wujudnya

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Tes Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan kognitif Fisika siswa pada pelajaran Fisika pokok bahasan zat dan wujudnya. Pengumpulan data dengan teknik tes ada 2 macam, yaitu : a. Pre-Test Pre-test dilakukan sebelum sampel diberi perlakuan. Nilai pre-test digunakan untuk memperoleh data kemampuan awal Fisika siswa. Data kemampuan awal Fisika siswa yang diperoleh digunakan untuk menguji keseimbangan kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk pembagian kelompok. commit to user b. Post-Test Post-test dilakukan setelah sampel diberi perlakuan. Nilai post-test digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa. Pre-test maupun post-test menggunakan perangkat tes sama yaitu tes yang dibuat penulis berupa tes obyektif sejumlah 30 butir soal dengan alternetif 4 jawaban dan telah diujicobakan untuk mendapatkan tes yang terstandar.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan saat penelitian meliputi, Satuan Pelajaran SP, Rencana Pembelajaran RP, dan Lembar Kerja Siswa LKS yang telah dikonsultasikan kepada pembimbing. Instrumen saat pengambilan data yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebelum diteskan, instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu. Setelah uji coba tes tersebut selesai kemudian tiap butir soal dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk memilih butir soal yang baik dan memenuhi syarat yaitu valid, reliabel, daya pembeda yang baik dan taraf kesukaran yang baik. Langkah-langkah analisisnya yaitu:

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu item soal. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Suatu instrumen valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan korelasi point biserial, yang rumusnya sebagai berikut: q p S M M t t p pbis − = γ Suharsimi Arikunto, 1999: 79 dimana : pbi γ : koefisien korelasi biserial commit to user M p : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt : rerata skor total St : standar deviasi dari skor total p : proporsi dari siswa yang menjawab benar q : proporsi dari siswa yang menjawab salah q=1- p Soal dinyatakan valid jika pbi γ ≥ r tabel Soal dinyatakan invalid jika pbi γ r tabel dengan taraf signifikan 0,05 Dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel . Jika pbi γ lebih besar dari pada harga r tabel maka korelasi tersebut signifikan berarti item tersebut valid. Apabila harga pbi γ lebih kecil dari pada harga r tabel maka korelasi tersebut tidak signifikan berarti item tersebut invalid. Hasil tes uji coba tes kemampuan kognitif, dari 40 soal yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 30 soal tergolong valid, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan 39; 10 soal tergolong invalid, yaitu nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes, dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20 yaitu: r 11 =       Σ −       − 2 2 1 S pq S n n Suharsimi Arikunto, 1999: 100 dimana : r 11 : reliabilitas tes secara keseluruhan. p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah q =1-p Σ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q commit to user n : banyaknya item soal S : standar deviasi dari tes Kriteria reliabilitasnya adalah: 0,00 ≤ r 11 0,20 : sangat rendah 0.20 11 r ≤ 0.40 : rendah 0.40 11 r ≤ 0.60 : agak rendah 0.60 11 r ≤ 0.80 : cukup 0.80 11 r ≤ 1.00 : tinggi Setelah dilakukan analisis untuk mengetahui reliabilitas dari keseluruhan soal uji coba prestasi belajar kemampuan kognitif r 11 lebih besar dari r tabel 0,835 0,349, sehingga soal dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.

3. Menentukan Derajat

Kesukaran Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai derajat kesulitan yang memadai. Untuk mengetahui taraf kesukaran masing- masing soal digunakan rumus : P = Js B Suharsimi Arikunto, 1999: 208 dimana : P : indeks kesukaran. B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. JS : jumlah seluruh siswa peserta tes. Klasifikasi indeks kesukaran : 0.00 P ≤ 0.30 : soal sukar 0.30 P ≤ 0.70 : soal sedang 0.70 P ≤ 1.00 : soal mudah Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa, dari 40 soal yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 8 soal dikategorikan mudah, yaitu nomor 1, 2, 12, 13, 16, 24, 35 dan 37; 28 soal dikategorikan mempunyai commit to user tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 3, 4 , 5, 6, 9, 10, 11, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38 dan 40; 4 soal dikategorikan sukar, yaitu nomor 7, 8, 17 dan 39. Dari 40 soal tes prestasi belajar kemampuan kognitif yang telah diujicobakan, dipakai 30 soal untuk digunakan data penelitian, yaitu nomor : 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan 39; dan soal yang dibuang adalah nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40. Penggunaan item soal tanpa ada perbaikan, karena sesuai hasil analisa masing-masing soal layak dipakai, dan sudah mencakup masing-masing indikator pembelajaran. Keputusan dipakai atau tidak dipakainya suatu soal tergantung pada derajat kesukaran, daya pembeda, dan validitas soal. Dari uji instrumen yang dilakukan diambil keputusan sebagai berikut : 1 Dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda baik, dan validitasnya valid. 2 Dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda cukup, dan validitasnya valid. 3 Dipakai bila derajat kesukarannya sukar, daya pembeda cukup, dan validitasnya valid. 4 Dipakai bila derajat kesukarannya mudah, daya pembeda cukup, dan validitasnya valid. 5 Tidak dipakai bila derajat kesukarannya mudah, daya pembeda jelek, dan validitasnya invalid. 6 Tidak dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda jelek, dan validitasnya invalid. 7 Tidak dipakai bila derajat kesukarannya sukar, daya pembeda jelek, dan daya validitasnya invalid.

4. Menetukan Daya

Pembeda Daya pembeda soal memberikan gambaran tentang kemampuan butir- butir soal membedakan antara mereka yang berkemampuan rendah dan mereka yang berkemampuan tinggi, atau mereka yang pandai dan mereka yang kurang commit to user pandai. Makin tinggi nilai daya pembeda butir soal, makin mampu butir soal tersebut membedakan mereka yang pandai dan mereka yang kurang pandai. Angka yang menunjukkan daya beda disebut indeks diskriminasi. Untuk menentukan daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50 kelompok atas dan 50 kelompok bawah. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari skor teratas sampai terbawah. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir, dapat digunakan rumus sebagai berikut: D = B B A A J B J B − = P A - P B Suharsimi Arikunto, 1999: 213 dimana : D : indeks diskriminasi daya pembeda. J A : banyaknya siswa kelompok atas. J B : banyaknya siswa kelompok bawah. B A : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. B B : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan bawah. P A : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. P A : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. P : indeks kesukaran. Klasifikasi daya pembeda soal : D : 0,00 - 0,20 : jelek poor D : 0,20 - 0,40 : cukup satisfactory D : 0,40 - 0,70 : baik good D : 0,70 - 1,00 : baik sekali excellent D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Hasil tes soal uji coba kemampuan kognitif siswa, dari 40 soal yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 4 soal mempunyai daya pembeda baik, yaitu nomor: 3, 11, 19 dan 27; 26 nomor mempunyai daya pembeda cukup, yaitu nomor: 1, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 22, 23, 25, commit to user 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan 39 ; 10 soal mempunyai daya pembeda jelek, yaitu nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40.

G. Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 135

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

7 40 88

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) POKOK BAHASAN LINGKARAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL.

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sawit.

0 0 16

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sawit.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

0 0 44