90
sebesar 18,89, dan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu yang hanya sebesar 8.14. Peningkatan peningkatan tersebut tidak lepas dari
dukungan faktor internal dan faktor eksternal. Diantara faktor internal yang membuat jumlah uang beredar meningkat adalah dikarenakan kredit dan
investasi mendominasi kinerja liquiditas perekonomian. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi peningkatan jumlah uang bereadar diantaranya
adalah perkembangan aktiva luar negeri secara keseluruhan meningkat sejalan meningkatnya cadangan devisa yang bersumber dari penerimaan harga
minyak Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2007:98
2. Nilai Tukar
Nilai tukar dapat diartikan kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara
lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. Variabel yang digunakan adalah nilai tukar antara mata uang amerika
serikat USD dan Indonesia Rp yang bersumber dari Bank Indonesia. Satuan yang digunakan adalah Rupiah. Kurs yang digunakan adalah kurs riil
dimana perhitungan sebagai berikut:
Nilai tukar riil : Nilai tukar nominal x harga domestik Harga luar negeri
91
Berikut ini data rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar USDRp dan grafik nilai tukar tukar rupiah terhadap dolar USDRp dari tahun 2003
hingga 2010 adalah sebagai berikut:
Table 4.2 Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2003-2010
Tahun Rata-rata Nilai Tukar
Rupiah
2003 8.571,1
2004 8.985,4
2005 9.750,6
2006 9.141,3
2007 9.163,7
2008 9.756,7
2009 10.356,2
2010 9.078,2
Sumber : Bank Indonesia 2003-2010 Gambar 4.2
Grafik Nilai Tukar USDRp Tahun 2003-2010
Nilai Tukar USDRp Tahun 2003-2010
2000 4000
6000 8000
10000 12000
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Tahun N
il a
i T
u k
a r
R p
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa nilai tukar USDRp selalu mengalami perubahan dan pergerakan. Dari tahun
2003 hingga 2005 nilai tukar rupiah berfluktuasi dengan trend melemah dan
92
mecapai puncaknya pada tahun 2005 yang merupakan depresiasi nilai tukar terhadap rupiah terbesar. Pelemahan rupiah tersebut tidak lepas dari faktor
negatif eksternal yaitu melambungnya harga minyak dunia serta meningkatnya permintaan valas terutama untuk memenuhi impor dan
pembayaran utang luar negeri. Setelah itu, rupiah mengalami penguatan dan stabil pada tahun 2006 dan 2007 yang dikarenakan oleh membaiknya kondisi
fundamental makro ekonomi. Akan tetapi kembali melemah pada tahun 2008 akibat dampak krisis global yang berasal dari Amerikan Serikat. Dan
kemudian membaik kembali pada tahun 2009 dan 2010 akibat membaiknya perekonomian secara keseluruhan. Sehingga ditahun 2010 nilai rata-rata mata
uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar dari 10356.2 menjadi 9078.2
3. Kredit
Kredit dapat diartikan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan memberikan pengertian kredit. Variabel kredit yang digunakan adalah total
kredit yaitu jumlah kredit perbangkan dalam bentuk rupiah dan valuta asing.
93
Data yang digunakan adalah data Bank Indonesia. Satuan yang digunakan adalah milyar.
Berikut ini data total kredit dan laju pertumbuhannya serta grafik kredit dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut:
Table 4.3 Total dan Laju Pertumbuhan Kredit Tahun 2003-2010
Tahun Total Kredit
Milyar Laju Pertumbuhan
Kredit
2003 437.942
26.39 2004
553.548 24.59
2005 689.669
14.13 2006
787.136 26.42
2007 995.111
32.03 2008
1.313.873 9.00
2009 1.432.165
24.53 2010
1.783.601
Sumber : Bank Indonesia 2003-2010 Gambar 4.3
Grafik Kredit Tahun 2003-2010
Kredit Rupiah dan ValasTahun 2003-2010
200000 400000
600000 800000
1000000 1200000
1400000 1600000
1800000 2000000
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Tahun K
re d
it M
il y
a r
94
Dari gambar dan tabel 4.3 diatas memperlihatkan bahwa pergerakan total kredit dalam bentuk rupiah dan valuta asing selalu mengalami
peningkatan dari tahun 2003-2010. Faktor yang membuat kredit selalu bertambah diantaranya adalah baiknya peran perbankan setelah krisis
19971998 dan meningkatnya penghimpunan dana sehingga bank yang berfungsi sebagai intermediasi dapat mengucurkan kredit lebih besar. Selain
itu, perbankan juga dituntut mentransmisikannya melalui peningkatan penyaluran kredit ke sektor riil Laporan Perekonomian Indonesia, 2005:111.
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 32.03 dan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu hanya sebesar 9 .
4. Suku Bunga SBI
Suku bunga dapat diartikan sebagai biaya yang dibayarkan oleh seseorang peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya.
Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan
jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman Cash dan Fair.2004. Sedangkan SBI Sertifikat Bank Indonesia adalah surat
berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Sehingga Suku Bunga SBI dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia akibat dari diterbitkannya Sertifkat Bank
95
Indonesia kepada pembeli sertifikat tersebut baik pemerintah ataupun swasta; baik dalam maupun luar negeri guna untuk melakukan tugasnya sebagai
otoritas moneter dalam mengatur jumlah uang beredar. Variabel suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adala Suku bunga 3 Bulan dengan satuan
persen . Berikut ini data rata-rata suku bunga SBI dan grafik suku bunga SBI
dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut:
Table 4.4 Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 2003-2010
Tahun Rata-rata Suku Bunga SBI
2003 10.17
2004 7.39
2005 9.16
2006 11.97
2007 8.03
2008 9.39
2009 7.49
2010 6.57
Sumber : Bank Indonesia 2003-2010 Gambar 4.4
Grafik Suku Bunga SBI Tahun 2003-2010
Suku Bunga SBITahun 2003-2010
2 4
6 8
10 12
14
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Tahun S
B I
96
Berdasarkan gambar dan tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa nilai rata-rata pertahun Suku Bunga SBI dari tahun 2003-2010 selalu mengalami
perubahan. Dari tahun 2003 hingga 2004 Suku bunga SBI 3 bulan menurun. Sedangkan pada tahun 2005 dan 2006 suku bunga SBI meningkat, yang
puncaknya terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 11,97 . Hal itu dikarenakan pemerintah berusaha melakukan stabilitas moneter dan nilai tukar akibat
sentimen negatif para pelaku pasar terhadap sustainabilitas kondisi fiskal terhadap dampak kenaikan harga minyak dunia. Perkembangan ini telah
menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah. Setelah itu, ditahun 2007 suku bunga SBI menurun, hal itu dikarenakan kondisi makroekonomi mengalami
perbaikan dan kinerja eksternal ekonomi Indonesia yang semakin mantap. Akan tetapi, suku bunga SBI kembali meningkat pada tahun 2008. Hal itu
diakibatkan oleh kondisi perekonomian Indonesia mengalami tekanan yang
cukup berat sebagai akibat ketidakpastian perekonomian global. 5.
Inflasi
Inflasi diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu. Dalam penelitian ini inflasi
yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen dengan nilai tahun ketahun dengan nilai satuan yaitu Persen .
Berikut ini data rata-rata inflasi dan grafik rata-rata inflasi dari tahun 2003
hingga 2010 adalah sebagai berikut
97
Tabel 4.5 Rata-rata Inflasi Tahun 2003-2010
Tahun Inflasi
2003 5.11
2004 6.40
2005 17.11
2006 6.60
2007 6.59
2008 11.06
2009 2.78
2010 6.96
Sumber : Bank Indonesia 2003-2010 Gambar 4.5
Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2003-2010
Indeks Harga Konsumen Tahun 2003-2010
2 4
6 8
10 12
14 16
18
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Tahun In
fl a
s i
Berdasarkan gambar grafik 4.5 memperlihatkan bahwa inflasi mengalami fluktuasi naik tururn. Pada tahun 2005 merupakan peningkatan
inflasi tertinggi selama 8 tahun terakhir yaitu 17.11. Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh melambungnya harga minyak dunia yang membuat
pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM dalam negeri Laporan Perekonmian Indonesia,2005:83 dan penurunan inflasi terendah selama
tahun 2003-2010 terjadi pada tahun 2009 yaitu 2.78. Penuruanan tersebut
98
tidak lepas dari kebijakan Bank Indonesia yaitu penetapan BI Rate yang konsisten dan intervensi di pasar valuta asing untuk memperkuat nilai tukar
rupiah. Sementara dari sisi Pemerintah telah ditempuh kebijakan penurunan harga BBM yang diikuti dengan penurunan tarif angkutan dan harga
komoditas lainnya Laporan Perekonomian Indonesia, 2005:46.
6. Invetasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalan total investasi dalam negeri PMDN dan penanaman Modal Asing PMA dengan satuan Milyar.
Berikut ini data investasi dan laju pertumbuhannya serta grafik inveastasi
dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut:
99
Tabel 4.6 Total dan Laju Pertumbuhan Investasi PMA dan PMDN Tahun 2003-2010
Tahun Total investasi
Milyar Laju Pertumbuhan
Investasi
2003 16.894,4
919.67 2004
172.268,2 -51.62
2005 83.373,3
25.61 2006
104.729,4 97.69
2007 207.047,7
-46.15 2008
111.485,4 -36.41
2009 70.892,3
193.82 2010
208.300 Sumber : Bank Indonesia 2003-2007, BPS 2008-2009,
BKPM 2010
Gambar 4.6 Grafik Investasi Tahun 2003-2010
Investasi PMDN dan PMA Tahun 2003-2010
50000 100000
150000 200000
250000
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Tahun In
v e
s ta
s i
M il
y a
r
Berdasarkan gambar dan tabel 4.6 memperlihatkan bahwa bahwa dari tahun 2003 hingga 2005 perkembangan investasi Indonesia meningkat dan
menurun. Peningkatan yang yang tertinggi pada tahun 2004 sebesar 919.67
100
dan mengalami penurunan terendah terjadi pada tahun 2005. Diantara penyebab peningkatan adalah membaiknya permintaan domestik dan
dukungan pembiayaan. Sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan ekspor yang tinggi. Sedangkan ditahun 2006, investasi mengalami
penurunan yang diakibatkan oleh konsumsi swasta melambat akibat menurunnya daya beli dan rendahnya optimisme pelaku ekonomi terhadap
prospek perekonomian Indonesia akibat kenaikan harga bahan baker minyak BBM dan tingginya suku bunga sebagai konsekuensi dari penyesuaian
kebijakan fiskal dan moneter ditahun 2005. Setelah itu kembali meningkat dari tahun 2006 hingga 2008 akibat perekonomian Indonesia meraih kembali
stabilitas ekonomi makro ekonomi pasca gejolak harga minyak dunia tahun 2005 yang membuat masyarakat internasional semakin mempercayai
perekonomian Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2009 kembali menurun akibat terimbas dampak krisis global sehingga terjadi ketidak-pastian
perekonomian global.
B. Hasil dan pembahasan
Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan microsof excel 2007 dan eviews 6.0 untuk memperoleh hasil yang dapat menjelaskan
variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas independent yaitu nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi. Variabel terikat dependent yaitu
jumlah uang beredar dalam arti luas M2
101
Data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang di natural logaritmakan ln dari variabel-variabel yang diteliti. Dimana ln
merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alami yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahui fungsi matematika yang bilangan
dasarnya 10 yang berguna untuk menyederhanakan bilangan
1. Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal baku.
Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal
atau mendekati normal. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera.
Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBSR
2
0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBSR
2
0,05, maka data tersebut tidak normal.
Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut:
102
Gambar 4.7 Histogram-Normalitas test
1 2
3 4
5 6
7 8
-0.04 -0.02
0.00 0.02
0.04
Series: Residuals Sample 2003Q1 2010Q4
Observations 32
Mean -1.61e-14
Median -0.003995
Maximum 0.048956
Minimum -0.049424
Std. Dev. 0.021059
Skewness 0.075779 Kurtosis
2.970814 Jarque-Bera 0.031762
Probability 0.984244
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya
adalah 0,984244. Karena nilai 0,984244 dari derajat kesalahan α 5
yaitu 0.05 maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal sehingga bisa dilanjutkan kepengujian yang lainnya.
b. Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varian dari dua observasi atau lebih dalam penelitian sama homogen
untuk semua variabel terikat dengan variabel independen lainnya sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalan
heteroskedastisitas yaitu melalui uji white heterokedasticity test. Untuk melihat data memiliki masalah heteroskedastisitas atau tidaknya
yaitu jika probabilitas OBSR
2
0,05, maka data tidak terdapat
103
heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBSR
2
0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. Setelah diolah menggunakan
aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.7
Hasil UJi heteroskedastisitas Heteroskedastisitas Test : White
F-statistic
0.675992 Prob. F20,11 0.7849
ObsR-squared 17.64428 Prob. Chi-Square20
0.6108
Scaled explained SS 11.47801 Prob. Chi-Square20
0.9329 Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai OBSR adalah 17.64428. Karena nilai 17.64428
dari derajat kesalahan α 5 0.05. Maka tidak terdapat heteroskedastitas. Hal ini menginformasikan model
OLS yang diajukan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas sehingga bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya.
c. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi diantara
variabel independen.
Maka terdapat
multikolinieritas multikol dimana model regresi yang baik sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan ini hanya
terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel independen lebih dari satu sedangkan pada kasus regeri sederhana, tidak mungkin
adanya kasus multikolinieritas karena variabel independennya hanya terdiri dari satu variabel.
104
Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya diatas 0.85 maka bisa dipastikan adannya gejala multikolinieritas.
Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas
LNER LNCR
SBI INF
LNINV LNER
1.000000 0.452838 0.097689 0.152707 0.036882
LNCR
0.452838 1.000000 -0.348649 -0.143789 0.426287
SBI
0.097689 -0.348649 1.000000 0.847435 -0.287428
INF
0.152707 -0.143789 0.847435 1.000000 0.025239
LNINV
0.036882 0.426287 -0.287428 0.025239 1.000000
Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan table 4.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi variabel
independen antara lnER dan lnCR sebesar 0.452, antara lnER dan SBI sebesar 0.097, antara lnER dan lnINF sebesar 0,152, antara lnER dan
lnINV sebesar -0.036, antara lnCR dan SBI sebesar –0.374, antara lnCR dan INF sebesar -0.143, antara lnCR dan lnINV sebesar 0.426, antara SBI
dan INF sebesar 0.847, antara SBI dan lnINV sebesar –0,287 sedangkan antara lnINF dan lnINV sebesar -0.025.
Terlihat dari tabel 4.8 diatas nilai korelasi variabel independen yaitu nilai tukar, kredit, SBI, inflasi dan investasi tertinggi hanya mencapai 0.807
yaitu nilai korelasi antara SBI dan inflasi. Karena nilai 0.847 0.85 maka diputuskan tidak terdapat multikolinieritas. Hasil ini menginformasikan