Tabel 4.36 Saya akan merasa senang jika mendapat nilai atas tugas yang saya kerjakan dengan baik
66 Tabel 4.37 saya yakin akan mendapat nilai PAI yang bagus jika saya banyak
membaca dan memahami 66
Tabel 4.38 Saya akan merasa bangga jika pengetahuan PAI saya bertambah 67
Tabel 4.39 saya selalu mengerjakan tugas agama Islam yang diberikan guru 67
Tabel 4.40 Saya tidak senang, jika guru memberikan tugas agama Islam 68
Tabel 4.41 Saya rajin mengerjakan soal-soal latihan materi agama Islam 68
Tabel 4.42 Dengan pengtahuan agam Islam yang saya miliki, saya merasa lebih baik untuk membaca buku-buku agama Islam
69 Tabel 4.43 Saya tidak sesegera mungkin mengerjakan tugas agama Islam yang
diberikan guru karena saya malas mengerjakannya 69
Tabel 4.44 Skor Jawaban Responden dan Persentasi Butir 71
Tabel 4.45 Kriteria Motivasi Indikator 45
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul, Analisis Motivasi Pembelajaran Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di SMAN 11 Tangerang Selatan
disusun oleh Nahrowi, NIM.208011000062
, Jurusan pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 23 April 2013
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Ahmad Irfan Mufid, MA NIP. 19740318 200312 1002
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan agama dijadikan jalan khusus untuk mencapai tujuan pendidikan agar dapat membentuk manusia yang berkepribadian muslim
yaitu agar mempunyai moral dan mental yang sesuai dengan ajaran Islam, membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan dapat
menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
”.
1
“Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi untuk menghormati agama lain dalam
1
Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokusmedia, 2003, h. 6-7.
hubungannya dalam kerukunan antar umat beragama hingga terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
”.
2
Pendidikan Islam merupakan amanat yang harus dikenalkan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya, terutama dari orang tua atau pendidik kepada
anak-anak dan murid-muridnya. Dan kecelakaanlah yang akan menimpa orang yang menghianati pendidikan agama Islam
3
. Untuk itu pendidikan agama Islam adalah dasar yang harus diperkenalkan kepada anak-anak sebelum anak tersebut
belajar yang lainya. Manusia merupakan mahluk yang paling tinggi dan paling mulia yang
diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, sebagai firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an surat Al-Isra ayat 70:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Q.S. Al-Isra :70
4
Demikian pula, Agama Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik
duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran Islam tersebut adalah, mewajibkan kepada
umatnya untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak yang
harus dipenuhi, demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
2
Abdul Majid, Diyan Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kopetensi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 3, h. 130.
3
Abdurrahman An-Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat Jakarta: Gema Insani Pers, 1995, Cet. 1, h.26.
4
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Cet. 4, h. 88.
Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya.
Lebih-lebih Islam adalah merupakan agama ilmu dan agama akal. Karena Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan
menuntut ilmu pengetahuan, agar dengan demikian mereka bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dapat menyelami hakikat alam, dapat
menganalisa segala pengalaman yang dialami oleh umat-umat yang telah lalu dengan pandangan ahli-ahli filsafat yang menyebutkan manusia mahluk Homo
Sapien, yaitu segala mahluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetehuan, dan dengan dasar itu manusia ingin selalu mengetahuai dengan apa
yang ada di sekitarnya. Bertolak dari itu pula manusia dapat dididik dan diajar. Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan perlunya belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan.
Firman Alllah dalam surat Al-Alaq ayat 1-5.
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan, 1 Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.2
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 3 Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, 4
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 5
5
Islam di samping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmu kepada orang lain. Jadi Islam
mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Surat At-Taubah ayat 122.
5
Muzayyin Arifin, Ibid., h. 98.
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
122
6
Dalam hal belajar menuntut ilmu, Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan, sebagai sabda Nabi Muhammad SAW:
رلا دبع نبا هاو
. ِّك ىلَع ةَضيِرف ِمْلعْلا ُبلط
َو ٍملْسُم ةَملْسُم
“Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap muslim pria dan awanita.
”
HR. Ibnu Abdil Bar
. Tanpa ada perbedaan, Agama Islam menganjurkan setiap laki-laki
belajar serta menggunakan ilmu yang di milikinya serta berjihad untuk menyebarkan ilmu tersebut. Islam tidak saja mencukupkan pada anjuran supaya
belajar, bahkan menghendaki supaya seseorang itu terus melakukan pembahasan.
7
“Belajar adalah perubahan tingkah laku berkat latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung
seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat di tentukan sebelumnya
”.
8
“Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari berbagai
macam tradisi, etika, moral dan kepribadian, oleh karena itu, belajar memiliki peran penting dalam kehidupan manusia
”.
9
“Sikap minat dan motivasi merupakan faktor internal psikologis yang sangat berperan dalam proses belajar. Seseorang siswa akan mau dan tekun
6
Muzayyin Arifin, Ibid, h. 99.
7
Muhmmad Athiyah Al-Abrasi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, h. 47.
8
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 8, h. 154.
9
Fadhilah, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam Jakarta: Pers, 2005 Cet. 1, h. 5.
belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap, minat dan motivasi yang ada pada dirinya
”.
10
“Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi ”.
11
“Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajaran sudah memikirkan prilakunya terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan
motivasi siswa dan tidak berhenti pada rencana pembelajaran nya. Sedangkan siswa dituntut selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan
belajarnya ”.
12
Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang di harapkan dan di tetapkan dalam kurikulum sekolah.
13
Dalam hal ini guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Sebagai pengajar guru seyogyanya
membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi
siswa agar senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 3 yang berbunyi: “Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ”.
10
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 2007, Cet. 3, h. 83.
11
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya 2010 Cet. 24, h. 74.
12
Yatim Riyanto, Paradgma Baru Pembelajaran Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Cet. 3, h. 78-79.
13
Ngalim Purwanto, loc cit, h. 73.