belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap, minat dan motivasi yang ada pada dirinya
”.
10
“Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi ”.
11
“Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajaran sudah memikirkan prilakunya terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan
motivasi siswa dan tidak berhenti pada rencana pembelajaran nya. Sedangkan siswa dituntut selalu aktif mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan
belajarnya ”.
12
Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang di harapkan dan di tetapkan dalam kurikulum sekolah.
13
Dalam hal ini guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Sebagai pengajar guru seyogyanya
membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi
siswa agar senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 3 yang berbunyi: “Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ”.
10
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 2007, Cet. 3, h. 83.
11
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya 2010 Cet. 24, h. 74.
12
Yatim Riyanto, Paradgma Baru Pembelajaran Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Cet. 3, h. 78-79.
13
Ngalim Purwanto, loc cit, h. 73.
Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, jarang sekali seorang guru mengetahui siswanya mempunyai motivasi atau tidak dalam mempelajari
mata pelajaran pendidikan agama Islam yang sedang diajarkannya. Sehingga pada saat ujian berlangsung terdapat beberapa siswa yang belum mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi belajar maka secara langsung dapat
mempengaruhi kepada hasil belajarnya. Pada akhirnya, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik
yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu, pembelajaran hendaknya lebih diarahkan pada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir ke
macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian maupun proses berpikir konvergen proses berpikir mencari jawaban tunggal yang paling
tepat dalam kontek ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilator
guru lebih banyak mendorong peserta didik motivator untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka gagasan
peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
14
Dari hasil pengamatan di SMAN 11 Tangerang Selatan, di dapatkan hasil bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sedang berlangsung,
masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, tidak mencatat materi pelajaran, bahkan ada yang bercanda dan bermain dan sebagainya. Oleh karena itu
masalah pokok yang dihadapi mengenai belajar adalah bahwa proses belajar tidak dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk menentukan kepada terjadinya
perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian. Itulah sebabnya pengotrolan proses belajar dapat dilakukan bila proses belajar tersebut telah
direncanakan dan disain sistem belajar secara cermat.
14
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran Bumi Perkasa, 2009. Cet. 2, h. 25-26.
Berdasarkan situasi tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMAN 11
Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil pengamatan selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di SMAN 11 Tangerang Selatan, didapat identifikasi bahwa
: 1.
Banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran PAI 2.
Siswa kurang termotivasi dan bermain ketika pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada analisis seberapa besar
motivasi belajar Pendidikan Agama Islam.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di
SMAN 11 Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui motivasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMAN 11Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak, antara lain :
1. Bagi siswa, memberikan pengalaman tentang pentingnya motivasi belajar
terhadap konsep Pendidikan Agama Islam dan senantiasa meningkatkan pengetahuan tentang Pendidika Agama Islam.
2. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru tentang motivasi belajar
Pendidikan Agama Islam siswa sehingga guru senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan berbagai metode
yang efektifdan relevan. 3.
Bagi sekolah, di peroleh informasi mengenai motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan mengenai
pengembangan motivasi belajar siswa dan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.
BAB II KAJIAN TEORI
A. MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Motif berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakan
.
1
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang “mengaktifkan,
menggerakan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar
”.
2
Kata motivasi diartikan dari kata motivation yang berarti daya batin atau dorongan.
3
Dalam kamus besar bahasa indonesia, istilah motivasi motif adalah “sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran atau
pendapat sesuatu yang menjadi pokok ”.
4
“Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang kearah suatu tujuan tertentu. Motivasi berkaitan dengan
1
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, Cet. 1, h. 49.
2
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, h. 80
3
Jhon M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 2005, h. 386.
4
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Phoenik, 2007, h.588.
dengan apa yang di inginkan manusia tujuan, mengapa ia menginginkan hal tersebut motif, dan bagaimana ia mencapai tujuan tersebut proses
”.
5
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai motivasi yang telah dikutip dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan atau usaha yang menggerakan, mengarah dan menjaga tingkah laku seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan dan arah tertentu.
2. Teori-Teori Motivasi
a Teori Hedonisme
Hedonisme suatu aliran dalam filsafat yang memandang dalam tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan hedone
yang bersifat duniawi. b
Teori Naluri Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan hawa nafsu pokok disebut
juga naluri yaitu: 1.
Dorongan nafsu naluri mempertahankan diri 2.
Dorongan nafsu naluri mengembangkan diri 3.
Dorongan nafsu naluri mengembangkan mempertahankan jenis Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri
mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan c
Teori Reaksi yang dipelajari Teori ini memandang bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri-naluri, melainkan berdasarkan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat tersebut. oleh karena itu di sebut juga
dengan teori lingkungan kebudayaan. d
Teori Daya Pendorong Teori daya pendorong merupakan perpaduan dari teori naluri dan teori
reaksi yang dipelajari. Daya dorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan luas terhadap suatu arah yang umum.
5
H. E . Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009, h. 195.
e Teori kebutuhan
Teori ini beranggapan beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
6
3. Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instristik dan motivasi ekstrintik :
a Motivasi instriktik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu
tanpa adanya rangsangan dari luar. b
Motivasi ekstrintik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan
faktor-faktor eksternal yang memiliki daya dorong motivasional.
7
Para ahli mengadakan pembagian jenis-jenis motivasi menurut teorinya masing-masing. Dari teori ini, dapat diajukan tiga pendekatan untuk menentukan
jenis-jenis motivasi, yaitu: 1.
Pendekatan kebutuhan Abrahahm H. Maslow melihat motivasi dari segi kebutuhan manusia
yaitu: a.
Kebutuhan pisiologis, kebutuhan primer yang harus dipenuhi dahulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan tempat berlindung.
b. Kebutuhan keamanan, baik keamanan batin maupun keamanan barang
atau benda. c.
Kebutuhan pungsional, yang terdiri dari kebutuhan yang diterima orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan untuk berprestasi, dan kebutuhan
berpartisipasi. d.
Kebutuhan berprestise, yaitu kebutuhan yang erat hubungannya dengan status seseorang.
2. Pendekatan fungsional, pendekatan ini berdasarkan pada konsep-konsep
motivasi, yaitu: penggerak, harapan dan insentif.
6
M . Ngalim Purwanto, Op Cit , h. 74-76.
7
Eveline Siregar dan Hartini Nara, op. cit, h. 50.