Sejarah Ringkas Perusahaan GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Jumadi Sipahutar : Analisis Kebutuhan Pelanggan Potensial Produk PT. HM. Sampoerna, Tbk Cabang Medan Studi Pada Mahasiswa Extensi Fakultas Ekonomi USU Departemen Manajemen, 2009.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PT. HM. SAMPOERNA, Tbk

A. Sejarah Ringkas Perusahaan

Pada tahun 1912, Bapak liem Seeng Tee dan istrinya Siem Thiang Nio, memulai usaha rumah tangga yang m enjual barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu : bahan pangan, rokok putih dasn tembakau. Liem Seeng Tee dan istrinya menjual tembakau yang telah diracik dengan cita rasa tertentu saos, cengkih dan sebagainya sesuai dengan keinginan pembeli, yang kemudian dilinting menjadi rokok lintingan. Ternyata rokok lintingan mereka digemari oleh konsumen, dan usaha menjual rokok lintingan dengan tembakau racikan tersebut berkembang dengan pesat. Pada tahun 1913 usaha tersebut semakin berkembang dan usaha tersebut dijadikan badan hokum dengan nama Handel Maatschippij Liem Seeng Tee, yang dalam waktu singkat berubah menjadi PT. Handel Maatschipijj Sampoerna. Sedangkan rokok yang dijual diberi nama “234” atau “Dji Sam Soe”. Kemudian setelah perang dunia Ke II, nama perusahaan diubah menjadi PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Pada tahun 1920, Liem Seeng Tee memperluas penjualan rokok “Dji Sam Soe” dengan menggunakan system keagenan yang memungkinkan “Dji Sam Soe” dijual di luar Surabaya. Dengan semakin besarnya usaha tersebut, pada sekitar tahun 1930 Liem Seeng Tee memindahkan pabrik dan keluargannya ke tempat yang sekarang kita kenal dengan nama Taman Sampoerna. Pengaruh Perang Dunia Ke-2 telah menjadikan usaha rokok porak 22 Jumadi Sipahutar : Analisis Kebutuhan Pelanggan Potensial Produk PT. HM. Sampoerna, Tbk Cabang Medan Studi Pada Mahasiswa Extensi Fakultas Ekonomi USU Departemen Manajemen, 2009. poranda, dimana pabrik rokok yang ada terbakar sehingga kegiatan usaha sempat terhenti. Namun pada tahun 1949 “Dji Sam Soe” sudah mulai beredar kembali di pasar, dan mulai berkembang setelah para agen yang dahulu menjual produk andalan tersebut. Pada tahun 1956 Liem Seeng Tee wafat, performa perusahaan secara perlahan menurun dan bahkan pada tahun 1957 perusahaan dinyatakan jatuh pailit. Pada Januari 1959, Liem Siew Ling, yaitu putra kedua Liem Seeng Tee tergugah untuk membangkitkan kembali perusahaan keluarga Sampoerna, meskipun pada masa itu beliau telah mempunyai pabrik rokok sendiri di Denpasar-Bali, yaitu PT. Perusahaan Dagang dan Industri Panamas. Dibawah kepemimpinan Liem Siew Ling, “Dji Sam Soe” kembali Berjaya. Pada sekitar tahun 1972 atau sekitar 12 tahun setelah Liem Siew Ling mengambil alih kepemimpinan Sampoerna, perusahaan berhasil menjual 1,2 juta batang rokok “Dji Sam Soe” per hari, atau “Dji Sam Soe” memberikan keuntungan ke perusahaan sebesar US 200.000 per bulan. Suatu jumlah yang sangat besar pada masa itu. Pada januari 1979, Sampoerna memasarkan Sigaret Kretek Tangan SKT lainnya dengan nama “Sampoerna A”, apabila “Dji Sam Soe” merupakan rokok yang menandai era kepemimpinan Liem Seeng Tee, maka “Sampoerna A” merupakan rokok yang menandai era kepemimpinan Aga Sampoerna Liem Siew Soe. Pada Tahun 1978, Putra Sampoerna, putra kedua Aga Sampoerna mulai sedikit demi sedikit terlibat dalam mengendalikan manajemen Jumadi Sipahutar : Analisis Kebutuhan Pelanggan Potensial Produk PT. HM. Sampoerna, Tbk Cabang Medan Studi Pada Mahasiswa Extensi Fakultas Ekonomi USU Departemen Manajemen, 2009. perusahaan. Putra Sampoerna memulai langkahnya membesarkan sampoerna dengan membeli pabrik pembuat sigaret mesin milik Philip Morris International di Malang-Jawa Timur dan bersamaan denganitu memindahkan pabrik Panamas dari Denpasar-Bali ke Malang Jawa-Timur. Pada awal tahun1982, Putra Sampoerna memindahkan kegiatan pengolahan cengkeh, pengolahan tembakau, percetakan pembungkus dan pembuatan sigaret mesin dari Taman Sampoerna ke lokasi baru yaitu di Surabaya Industrial Estate Rungkut. Pabrik Taman Sampoerna dipertahankan untuk kegiatan pelintingan rokok dengan tangan. Putra Sampoerna melakukan langkah besar bukan hanya untuk memperbesar usaha rokok, tetapi juga ke usaha-usaha lainnya. Pada tahun 1984, PT. Sampoerna Transport Nusantara STN mendapatkan izin untuk mengelola pengangkutan secara komersial. Keberadaan STN merupakan langkah awal dalam mengawali pengembangan sistem distribusi mandiri. Yang pada akhirnya sebelum tahun 1989, Sampoerna telah memiliki salah satu sistem distribusi yang paling luas di seluruh Indonesia, yaitu PT. Perusahaan Dagang dan Industri Panamas. Kemudian pada tahun 1990 operasi Panamas diperkuat dengan dibentuknya PT. Sumber Alfaria Trijaya SART oleh Sampoerna. Pada tahun 1988 Sampoerna juga membangun sarana usaha modern di daerah sukorejo dan penjualan mulai berkembang secara nyata tahun 1992 dan memberikan arus uang tunai yang cukup besar untuk pengembangan pemasaran dan melanjutkan pembangunan fasilitas di Sukorejo. Pada akhir Jumadi Sipahutar : Analisis Kebutuhan Pelanggan Potensial Produk PT. HM. Sampoerna, Tbk Cabang Medan Studi Pada Mahasiswa Extensi Fakultas Ekonomi USU Departemen Manajemen, 2009. tahun 1993, sebahagian besar mesin pembuat rokok telah dipindahkan ke fasilitas Sukorejo. Pada tanggal 14 Desember 1995 Sampoerna telah berubah menjadi PMDN.

B. Struktur Organisasi