Persyaratan Standar Tenaga Pendidik
membawa setiap orang nyaman keberadaannya untuk senantiasa membimbing kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Ibu Eti Kustiawati bahwa:
“Pada saat wawancara calon tenaga pendidik ditanyakan untuk kesiapan dimana harus memiliki jiwa sosial yang tinggi misalnya
mengadakan bakti sosial sumbangan bencana alam, bagi-bagi buku ke sekolah yang tidak mampu dll karena sebagai seorang guru
harus mampu berinteraksi dengan semua anggota sekolah baik siswa, g
uru, maupun masyarakat sekitar”.
26
Standar sosial semacam menurut pernyataan Ibu Eti Kustiawati ini dapat dilihat seberapa jauh guru mempunyai pengaruh yang tinggi dalam kegiatan sosial
yang kemudian diikuti para siswai di sekolah. Misalnya kegitan sosial sumbang dana bencana alam, membagi-bagikan buku kepada sekokah terpencil
dll. Di sini guru mempunyai pengaruh kuat karena pengarahan yang dilakukan telah berhasil dan dapat mengubah kepedulian siswanya meningkat. Sedangkan
menurut Kharisma Oktaviani selaku guru di sekolah bahwa: “Dimana untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah ini harus
mampu berinteraksi dengan baik kepada semua pihak sekolah dan masyarakat karena guru dipandang sebagai pendidik tidak hanya
sekedar mengajar akan tetapi memberikan contoh yang baik untuk peserta didiknya, sehingga dapat membawa nama baik sekolah di
mata masyarakat nantinya”.
27
Begitupun menurut salah satu guru yaitu Ibu Kharisma Oktaviani tidak jauh berbeda dengan pernyataan diatas bahwa sebagai guru yang baik tidak
hanya di sekolah saja yaitu guru mampu berinteraksi dengan baik dengan membawa nama baik sekolah dihadapan masyarakat seperti berkomunikasi
dengan baik dan bergaul dengan baik dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
4 Standar Spiritual
Tenaga pendidik tidak hanya bermodalkan ilmu pengetahuan saja akan tetapi dibutuhkan ilmu spiritual keagamaan yang bisa menuntun kegiatan
26
Kustiawati, op, cit.,
27
Oktaviani, op, cit.,
pendidikan yang didasarkan sesuai dengan peraturan agama yang dianut oleh masing-masing guru. Menurut Ibu Eti Kustiawati untuk mengukur standar
spiritual yaitu : “Dalam wawancara akan ditanyakan mengenai kesiapan mengikuti
kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan di sekolah seperti: melakukan sholat dhuhur berjama
’ah, memberikan pembelajran hafalan do’a kepada siswai, mengikuti sholat sunah berjama’ah
Sholat Dhuha dll ”.
28
Sesuai pernyataan diatas standar spiritual dalam rekrutmen biasanya setiap sekolah itu mempunyai bermacam-macam kegiatan agama selain menanbah
keimanan juga membuat akhlak dan moral siswa menjadi kearah yang lebih baik. Dalam kegiatan keagamaan ini guru mempunyai peran utama untuk
mendukung dalam mengawasi dan mengarahkan supaya kegitan keagamaan di sekolah dapat berjalan dengan baik dan secara tidak langsung membawa
karakter siswai kerah yang lebih religius. Sedangkan menurut Ibu Adenta Mefi Saputri selaku guru bahwa:
“Biasanya sekolah melakukan kegiatan keagamaan secara rutin misalnya seperti sholat berjama’ah Sholat Dhuhur, Sholat Dhuha,
dan Sholat Jum”at, ada tadisi menghafal Al Qur’an, seni membaca Al Qur’an dll. Jadi sebagai calon tenaga pendidik harus mempunyai
jiwa spiritual yang tinggi untuk kemudian dapat mencerminkan bahwa guru tersebut dapat di contoh oleh peserta didiknya”.
29
Melengkapi pernyataan diatas menurut Ibu Adenta Mefi Saputri yaitu semua guru wajib mengikuti kegiatan keagamaan setiap harinya, hal semacam
merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kebudayaan religius yang baik di dalam sekolah itu sendiri. Selain itu sikap religius itu dapat membawa pada
ketentraman dan kerukunan di sekolah sehingga mengurangi tingkat kenakalan pserta didik di sekolah nantinya.
28
Kustiawati, op, cit.,
29
Saputri, op, cit.,
5 Standar Intelektual
Setiap guru harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya di sekolah. Memenuhi
kriteria standar pendidikan, standar profesional, dan standar pedagogik yang dibutuhkan oleh sekolah. Semua ini harus dimiliki oleh guru untuk dapat
memenuhi standar pendidik yang berkualitas. Menurut Ibu Eti Kustiawati standar intelektual yang digunakan di sekolah yaitu:
“Dilihat dari – Kualifikasi Standar Pendidikan misalnya D3, S1, maupun S2, - Standar Profesional dimana calon pendidik
harus mampu mengajar sesuai jabatan yang diberikan misalnya disiplin dalam mengikuti peraturan di sekolah dan bertingkah
laku sebagai guru semestinya karena guru digugu dan ditiru artinya guru dijadikan teladan bagi murid-muridnya, selain itu
guru harus mempunyai - Standar Pedagogik dimana guru harus mempunyai metode-metode atau bisa disebut seni dalam
melakukan pembelajaran kreatif dan inovatif supaya mudah dipahami oleh peserta didiknya.
”
30
Dari pernyataan Ibu Eti Kustiawati yaitu dalam rekrutmen seorang tenaga pendidik baru harus mampu memenuhi kriteria standar pendidikan misal D3,
S1, dan S2 , mampu profesional dalam mengerjakan tugas sebagai pengajar di sekolah dengan baik, dan kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran
yang nantinya akan dengan baik diterima oleh peserta didik. Sedangkan menurut Ibu Adenta Mefi Saputri bahwa:
“Setiap calon pendidik baru harusnya memiliki standar intelektual yaitu memenuhi kriteria standar pendidikan sekolah D3 dan S1,
memenuhi standar profesional yaitu mampu bertanggung jawab atas jabatan yang diberikan dengan menunjukan performa yang baik
disiplin, tepat waktu, dan mempunyai standar pedagogik seni dalam mengajar yaitu mampu memberikan metode pembelajaran
yang relevan dan mudah dimengerti oleh peserta didiknya secara
baik”.
31
30
Kustiawati, op, cit.,
31
Saputri, op, cit.,
Tidak jauh berbeda dengan pernyataan diatas menurut Ibu Adenta selaku guru yang prnah mengikuti proses rekrutmen bahwa setiap calon tenaga
pendidik harus melengkasi standar pendidik yang diinginkan oleh pihak sekolah. Mampu kreatif dalam menyampaikan pembelajaran dan biasanya
diujikan dalam tes microteaching untuk melihat seberapa jauh calon tenaga pendidik baru menguasai materi dan metode yang di pakainya nanti setelah
menjadi guru tetap disekolah tersebut.
6 Standar Fisik
Tenaga pendidik harus sehat secara jasmani, tidak memiliki penyakit menular yang dapat membahayakan peserta didiknya. Untuk dalam rekrutmen
calon tenaga pendidik di haruskan mampu untuk melakukan pembelajaran yang maksimal apabila nanti diterima menjadi guru di sekolah tersebut.
Menurut Ibu Eti Kustiawati standar fisik yang digunakan yaitu: “biasanya standar fisik yang dilihat yaitu calon tenaga pendidik
harus sehat secara jasmani sehingga tidak menghambat pembelajaran, dan terakhir”.
32
Pernyataan diatas menjelaskna bahwa setiap tenaga pendidik baru harus mempunyai kemampuan secara jasmani untuk mengajar peserta didiknya.
Karena tidak ada alasan tujuan pembelajaran tidak tercapai hanya gara-gara badan tidak sehat dalam arti penyakit yang menular. Persyaratan fisik ini
ditetapkan dengan pertimbangan selama pelamar yang datang sebagai calon tenaga pendidik memiliki keterbatasan fisik namun dapat membantu
menjalankan program sekolah sampai pada tujuan. Persyaratan fisik diperlukan karena merupakan penilaian sekolah untuk melihat kemampuan pelamar dengan
beban kerja yang diberikan kepada sekolah. Beban kerja yang diberikan yang sekiranya menguras tenaga, fikiran, dan waktu calon tenaga pendidik perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu dengan keadaan fisik yang dimilikinya.
32
Kustiawati, op, cit.,
Sedangkan menurut Ibu Kharisma Oktaviani sebagai guru baru di sekolah bahwa :
“Standar fisik yang digunakan oleh pihak sekolah yaitu bagaimana calon tenaga pendidik baru mampu mengajar secara efektif dan
tepat waktu, dengan kemampuan fisik yang dimiliki dalam memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Berbadan sehat dan tidak
mempunyai penyakit yang membahayakan dan menular
”.
33
Untuk melengkapi pernyataan diatas salah satu guru mengungkapan bahwa dalam rekrutmen biasanya sekolah melihat dari fisik calon tenaga pendidik itu.
Selain itu melihat dari kemampuan untuk mengajar dengan sehat tanpa memiliki kelainan dalam badan mempunyai penyakit turunan.
7 Standar Psikis
Standar psikis ini dapat membantu pihak sekolah dalam mengetahui kepribadian, tingkat motivasi dan komitmen calon tenaga pendidik baru
terhadap tanggung jawabnya untuk bekerja sama demi mencapai tujuan sekolah. Selain kesehatan jasmani tenaga pendidik harus juga harus sehat secara
rohani, yaitu tidak mengalami gangguan jiwa, sehingga dapat menganggu kegiatan keprofesionalannya di sekolah. Menurut Ibu Eti Kustiawati dalam
melihat standar psikis yaitu: “Calon tenaga pendidik biasanya menyerahkan berkas keterangan
sehat dari dokter untuk mengetahui bahwa guru tersebut benar- benar sehat jiwanya sehingga tidak membahayakan siswai di
sekolah. Kemudian dalam menguji tes psikis tenaga pendidik baru biasanya sekolah melakukan tes psikotes
”.
34
Biasanya standar psikis yang dilakukan sekolah untuk merekrut tenaga pendidik baru adalah meminta calon tenaga pendidik baru menyerahkan surat
keterangan sehat dari dokter untuk mengetahui kondisi kejiwaan calon guru tersebut.Kemudian sekolah sudah menetapkan adanya tes psikotes untuk
mengetahui kemampuan pelamar dari sudut psikis tenaga pendidik itu sendiri. Sedangkan menurut Ibu Adenta Mefi Saputri selaku guru baru bahwa:
33
Oktaviani , op, cit.,
34
Kustiawati, op, cit.,
“Standar psikis yang digunakan sekolah yaitu untuk calon tenaga pendidik yang baru mengikuti tes psikotes dan harus memiliki jiwa
yang sehat tidak mengalami gangguan jiwa, sebagai bukti bahwa tenaga pendidik itu sehat harus memberikan surat keterangan sehat
dari dokterdalam kelengkapan berkas lamaran yang diberikan kepada pihak sekolahi
”.
35
Sama dengan pernyataan diatas menurut salah satu guru di sekolah SMP Paramarta Unggulan untuk menambah kejelasan bahwa calon tenaga pendidik
itu sehat jasmaninya yaitu dengan melihat surat keterangan kesehatan bahwa jiwanya sehat untuk kemudian sehat secara rohani. Dan ditambahkan mengikuti
tes psikotes untuk meyakinkan pihak sekolah bahwa tenaga pendidik itu sehat secara psikis.
Jadi, dari semua hasil wawancara terhadap wakil kepala sekolah dan beberapa guru diatas mengenai persyaratan standar yang harus dimiliki oleh
tenaga pendidik tidak jauh berbeda. Dan semua kesimpulan penelitian mengacu pada keterangan yang sebenar
– benarnya di dapat oleh penulis pada waktu melakukan wawancara dengan para narasumber secara langsung di SMP
Paramarta Unggulan.