Hormati Mereka. Sementara melangkah di jalam yang kita pilih sendiri,

Dalam Al- Qur‟an para orang tua, juru dakwah dan para pendidik hendaknya mendasarkan pengajarannya kepada Al- Qur‟an dan Hadits yang berisi petunjuk-petunjuk penting Rasulullah saw., sebab yang akan diajarkan adalah firman Ilahi yang merupakan “undang-undang” dan pedoman hidup umat manusia. Kitab yang tidak sedikitpun menyimpan kebathilan. Kitab yang mendapat jaminan keutuhan langsung dari Dzat yang menurunkannya; Allah swt. Orang-orang terdahulu salaf al- ummah banyak yang telah melaksanakan pendidikan Al- Qur‟an ini untuk anak-anaknya, dan sering dilaksanakan di masjid-masjid. Out Put dari modal pendidikan ini cukup mengagumkan. Mereka tumbuh menjadi suatu generasi yang sangat gigih mempertahankan dan menyebarkan Islam di berbagai penjuru dunia. Sejarah banyak mencatat keberhasilan mereka. Mereka yang menjadi “singa” di siang hari, tetapi di malam hari mereka tetap ruku‟ dan sujud dengan penuh kekhusyuan. Ini semua karena mereka telah “menghirup” air yang memancarkan dari mata air Al- Qur‟an. Dengan mempelajarinya, berarti mereka telah mempelajari ilmu pengetahuan sekaligus mempraktekkannya. Katika Al- Qur‟an sudah bersemayam di kedalaman hari mereka, dada mereka akan menjadi lapang dan tidak mudah stres, bahasa mereka lancar dan pintu-pintu samudera ilmu pengetahuan terbuka lebar untuk mereka. Mengapa orang-orang terdahulu salaf ini begitu antusias melaksanakan tugas pengajaran Al- Qur‟an? Jawabannya jelas. Karena, pertama, Al- Qur‟an adalah firman Ilahi. Kedua, karena pemberian orang tua kepada anak yang memiliki nilai tinggi adalah mengajarkan Al- Qur‟an. Hal ini karena di dalam Al- Qur‟an terdapat ajaran budi pekerti, tata karma, akhlak, seluruh jenis keutamaan, hikmah, serta sejarah hidup umat terdahulu sejak dari Nabi Adam as., di dalamnya juga terdapat pesan-pesan para Rasul bahwa Allah swt., yang tidak menginginkan ada diantara hamba-hamba-Nya yang kufur. 85 Dengan mengajarkan Al- Qur‟an kepada anak-anak, berarti kita telah memulai pendidikan yang benar dan sesungguhnya. Sebab dengan begitu, 85 Ibid., h. 171. berarti kita telah mengajarkan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah, seperti ibadah serta kewajiban-kewajiban lain. Di samping itu, berarti kita telah memulai mengikat mereka dengan kitab Allah serta mendidik mereka untuk mengagumkan Al- Qur‟an untuk kemudian melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan yang tertuang di dalamnya. 4 Ceritakan kisah-kisah Nabi dan Rasul serta kisah-kisah agung dan teladan lainnya Anak-anak bahkan orang dewasa, sangat terpengaruh dengan cerita karena “manusia” kata Gerbner, adalah satu-satunya mahluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayainya. Kita tentu tidak akan pernah mampu memperoleh kepercayaan dan kaitan dari mereka kecuali jika kita telah mampu memberikan kepada mereka contoh teladan yang tinggi dan nilai-nilai yang sudah barang tentu jauh dari berbagai kesalahan dan kekhilafan tersebut. Sosok tersebut adalah Rasulullah saw., sebagai panutan dan teladan terbaik umat Islam. Kita mengambil contoh dari petunjuk dan akhlak yang dibawa oleh beliau. Firman Allah dalam Al- Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21:                   “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. 86 Kisah teladan yang ada pada diri rasulullah tersebut bisa kita ajarkan dan contohkan kepada anak-anak, yang dibawanya dalam sikap dan kehidupan sehari-hari. Kemudian apabila anak tertarik akan cerita itu, maka ceritakanlah berulang-ulang kepadanya, sehingga dia menjadikan Rasulullah sebagai idolanya. 86 Kementerian Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, juz 21, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, h. 595. 5 Libatkan anak dalam kegiatan ritual keagamaan Kegiatan agama adalah cara praktis untuk “tune in” dengan sumber dari segala kekuatan. Ambillah bola lampu listrik di rumah anda. Bahaslah bentuknya, strukturnya, komponen-komponennya, kekuatan cahayanya, voltasenya, dan sebagainya. Kegiatan agama adalah kabel yang menghubungkan bola lampu itu dengan cahaya. Shalat, dalam bentuk apapun, mengangkat manusia dari pengalaman fisikal dan material ke pengalaman spiritual. Untuk itu, kegiatan keagamaan tidak boleh dilakukan degan terlalu banyak menekan hal-hal yang formal. Berikan kepada anak- anak tentang makna bathiniah dari setiap ritual yang kita lakukan. Shalat bukan sekedar kewajiban, shalat adalah kehormatan untuk menghadap Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang. 6 Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional Manusia mempunyai dua fakultas-fakultas untuk menyerap hal-hal material dan spiritual. Kita punya mata lahir dan mata bathin. Ketika kita berkata “masakan ini pahit”. Kita sedang menggunakan indra bathiniah kita. Empati, cinta, kadamaian, keindahan hanya dapat diserap dengan fakultas spiritual kita ini yang disebut dengan SQ. SQ harus dilatih, salah satu cara melatih SQ ialah dengan cara menyanyikan lagu-lagu rohaniah atau membacakan puisi-puisi, karena dengan itu dapat memicu kecerdasan anak. 7 Bawa anak untuk menikmati keindahan alam Teknologi modern dalam kehidupan urban membuat kita teralienasi dari alam. Kita tidak akrab lagi dengan alam. Setiap hari kita berhubungan dengan alam yang sudah tercemari, dimanipulasi, dan dirusak. Alam tampak di depan kita sebagai musuh setelah kita memusuhinya. Bawalah anak-anak kepada alam yang relative belum banyak tercemari, ajak mereka naik ke puncak gunung, rasakan udara yang segar dan sejuk. Ajak mereka ke pantai, rasakan angin yang menerpa tubuh, celupkan kaki dan biarkan ombak kecil mengelus-elus jarinya dan seterusnya. Orang tua harus menyediakan waktu khusus bersama mereka untuk menikmati ciptaan Allah, setelah setiap hari dipengapkan oleh ciptaan kita sendiri. Setiap hari adalah istimewah, yang wajib dihayati dan disyukuri. Setiap pagi ajak anak-anak untuk bersyukur pada Allah sambil menatap langit, matahari, pohon-pohonan dan alam sekitar rumah. Sampaikan terima kasih dan pujian atas kebaikan dan keindahan yang selalu hadir menyertai kita tanpa memungut bayaran. 8 Ikut sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial Keterampilan SQ seperti ini tidak cukup hanya dibicarakan. Jika anak mengalami sendiri bagaimana penderitaan yang dirasakan oleh orang lain, maka langkah inilah yang terbaik. Apabila orang tua bertekad untuk membantu orang lain, mereka hendaknya mengikutsertakan anak-anak mereka karena pengalaman ini tidak hanya akan mengajari mereka lebih peduli pada orang lain, tetapi juga mengajarkan keterampilan sosial yakni pentingnya kerja sama, kesetiaan dan ketekunan. Diantara kegiatan sosial kemasyarakatan yang dimaksud antara lain, yaitu: a menjenguk teman atau tetangga yang sedang sakit. b membantu orang yang terkena musibah. c ikut serta dalam kerja bakti di lingkungan sekitar rumah. d menghibur orang yang sedang bersedih. e menghimpun bantuan untuk korban bencana alam atau orang yang membutuhkan. Kegiatan-kegiatan sosial di atas kesannya memang sangat sederhana, tapi orang tua hendaknya menekankan pada anaknya bahwa betapa perbuatan yang sangat sederhana itu mampu membuat orang lain bahagia. Orang tua bisa mengusulkan kepada anaknya untuk mencatat perbuatan baik yang telah mereka lakukan pada hari ini. Menuntun orang yang sudah tua, menyebrangi jalan, atau membesuk teman yang sedang sakit. Apabila melakukan perbuatan baik ini sudah menjadi kebiasaan, pada akhirnya orang tua akan menyaksikan anak-anaknya ketagihan melakukan perbuatan baik tersebut, dan mereka akan mencari jalan sendiri untuk melakukan lebih banyak lagi perbuatan baik. 9 Jadilah cermin positif bagi anak Dalam kehidupan rumah tangga tanpa disadari masing-masing merupakan aktor yang selalu dilihat dan dinilai oleh orang lain. Maka jadilah aktor atau model peran yang baik bagi anak-anak. Sekali-kali adakan forum untuk saling menyampaikan kesan dan penilaian yang satu kepada yang lain dalam suasana yang rileks, nyaman, tanpa tekanan. Jadilah orang tua sebagai pendengar yang baik bagi anak-anaknya. Jika anak bicara jangan buru-buru langsung dipotong lalu diceramahi. Dengarkan dan perhatikan dengan tatapan mata yang penuh antusias dan stimulatif agar anak berlatih mengutarakan pikiran dan emosinnya dengan lancar, tertib, dan jernih. Ibarat sumur kalau sering ditimba maka airnya akan jernih. Itulah beberapa strategi atau cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Dibutuhkan kesabaran dalam mengembangkan kecerdasan spiritualnya. 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah RT. 00401, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih empat bulan Desember-April secara bertahap mulai dari pengajuan judul, pengajuan proposal, perencanann, dan persiapan instrument, yang kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati, dan melihat peran orang tua dalam proses pengembangan kecerdasan 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2008, hal. 3. emosional dan spiritual anaknya di lingkungan RT. 004, RW. 01, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Dengan demikian penelitian ini dapat ditakategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. 2 Jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analisis. Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan Field Research dan penelitian kepustakaan Library Research. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian sebagai berikut : 1. Field Research yaitu penulis mengadakan observasi langsung untuk mengetahui dan mengumpulkan data-data yang diperlukan di lapangan yang berkaitan dengan penelitian. Penulis menghimpun informasi, data dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari realita yang tengah terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan akurat, tentang peranan orang tua dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual anak di lingkungan RT. 004, RW. 01, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. 2. Library Research yaitu penulis membaca, memahami dan menelaah tentang buku-buku atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian penulis yang berguna untuk melengkapi data-data yang diperlukan. 2 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, hal. 47

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spredey dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat place, pelaku actors, dan aktifitas activity yang berinteraksi secara sinergis. 3 Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di RT. 004, RW. 01 yang berjumlah 74 kepala keluarga, yang keseluruhannya berjumlah 315 penduduk. Dari sekian banyak populasi, hanya terdapat 30 keluarga yang memiliki anak dengan kisaran usia 10 sampai dengan 17 tahun.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, karena populasinya berjumlah 74 kepala keluarga dan 30 keluarga yang memiliki anak dengan kisaran usia 10 sampai dengan 17 tahun, maka penulis mengambil sampel 30 keluarga yang memiliki anak dengan kisaran usia 10 sampai dengan 17 tahun. Teknik yang penulis gunakan adalah teknik total sampling.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut: 1. Wawancara atau interview adalah suatu komunikasi pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data, komunikasi tersebut dengan dialog Tanya jawab secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 4 Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur sangat berbeda dalam hal bertanya dan memberikan respon, yaitu cara ini lebih bebas, pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, tetapi 3 Sugiono, op. cit., h. 297-298. 4 Ibid, …, hal. 55 disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan Tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur disusun bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok yang akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara alami dan mendalam. Poin-poin yang dimaksud adalah: a. Latar belakang pendidikan orang tua. b. Upaya orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosoional dan spiritual anak. 2. Observasi adalah Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. 5 Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung direct observation, yaitu peneliti langsung terjun kelapangan sebagai sasaran penelitian untuk melihat keadaan atau fenomena yang terjadi di lingkungan tersebut. Penulis akan mengamati yang berkaitan tentang: a. Cara orang tua dalam mendidik anak. b. Upaya orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual anak. 3. Angket kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menyusun sejumlah daftar pertanyaan yang didalamnya terdapat bagian menjawab pertanyaan tersebut kepada responden. 6 Angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai kesamaan dengan teknik wawancara, karena keduanya diberikan dalam bentuk pertanyaan. Bedanya kalau wawancara dilaksanakan secara lisan sedangkan angket secara tertulis. 5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hal. 52 6 Sugiyono, op. cit., h. 329.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengolah data-data yang terkumpul dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing. Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit data sehingga hanya data yang terpakai saja yang ada. Langkah editing ini bermaksud merapikan data agar rapih dan langsung melakukan langkah selanjutnya. b. Scoring. Untuk menentukan scoring semua pertanyaa angket akan ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut: Table 1 Pengukuran Instrumen Pilihan Jawaban SL SR KD TP Pertanyaan + 4 3 2 1 - 1 2 3 4 c. Tabulating. Yaitu mentabulasi data jawaban yang diberikan ke dalam bentuk table, untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya.

2. Analisa Data

Data yang berasal darikepustakaan digunakan sebagai rumusan teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan diolah dan diedit kemudian dianalisa dan disimpulkan. Adapun data yang diperoleh melalui angket, penulis akan menganalisa dan mengolah data statistic frekuensi, yaitu memeriksa jawaban-jawaban dari para orang tua, lalu dijumlahkan, diklasifikasikan dan ditabulasikan, data yang didapat dari sebuah item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang di dalamnya langsung dibuat frekuensi dengan menggunakan rumus: 7 Keterangan : P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah Responden number of case 100 = Bilangan tetap Adapun ketentuan skala prosentasi dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2 Penafsiran Prosentase No Prosentase Penafsiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 100 90-99 60-89 51-59 50 40-49 10-39 1-9 Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Lebih dari setengah Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Sedikit sekali Tidak sama sekali

F. Instrumen Penelitian

Penggunaan instrument penelitian bergantung pada jenis metode yang digunakan karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode angket dan observasi. Setelah diadakan uji validitas, diketahui bahwa dari 65 soal hanya 40 soal yang valid, maka instrumentnya yaitu: 7 Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2006, Cet. 21, hal. 43