Latar Belakang Masalah Peranan Orang Tua Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Anak (Studi Kasus di Lingkungan RT. 004 RW. 01 Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara).

masyarakat, prilaku bunuh diri dan korupsi yang sudah merajarela kini sudah mewarnainya dan menjadi masalah serius bangsa ini. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya hanif dan memiliki pola pemikiran tauhid integralistik, serta berprinsip “hanya karena Allah”. 10 Kecerdasan bukanlah kemampuan genetis yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil pembentukan atau perkembangan yang dicapai oleh seorang individu, dan proses pembelajarannya berlangsung seumur hidup. Upaya pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual perlu mendapat perhatian yang serius dari para orang tua. Karena orang tua adalah pendidik pertama anak sebelum anaknya memasuki pendidikan formal atau sekolah. Orang tua mempunyai posisi sebagai pemimpin keluarga atau rumah tangga. Selin itu juga, sebagai pembentuk pribadi utama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan tata cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. 11 Ringkasnya, orang tua merupakan model atau figur bagi anak. Prilaku anak meniru didasari oleh keingintahuan anak yang semakin besar mencoba- coba sesuatu sesuai dengan tumbuh-kembangnya. 12 Pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anak perlu dilakukan oleh orang tua sejak dini. Sebab masa anak-anak inilah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya agar menjadi generasi yang mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Beranjak dari apa yang telah dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam pengembangan 10 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Jakarta: Arga, 2001, Cet. I, h. 57. 11 Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. XVII, h. 67. 12 Elga Adriana, Tanya Jawab Problem Anak Usia Dini Berbasis Gender, Yogyakarta: Kanisius, 2006, Cet. V, h. 128. kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anaknya. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud untuk mengulas lebih dalam, dan selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERANAN ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK Studi Kasus di Lingkungan RT. 004 RW. 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1. Adanya paradigma yang mengatakan bahwa kecerdasan intelektual adalah segalanya dan akan membawa keberhasilan serta kesuksesan dalam hidup atau kebahagiaan hidup. 2. Terjadi ketimpangan orientasi pendidikan yag lebih menekankan pada aspek kecerdasan intelektual daripada kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. 3. Adanya ketimpangan prilaku sosial, hal ini akibat ketiadaan atau kurangnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. 4. Para orang tua lebih mementingkan kecerdasan intelektual, dan anak diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Padahal peran orang tua sangat penting dalam pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anak khususnya dalam lingkungan keluarga. 5. Masa anak-anak merupakan masa yang paling penting dan baik untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan sebagai pondasi kehidupan dewasa nantinya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan diatas, Skripsi yang berjudul: PERANAN ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK , pembatasan masalahnya adalah : Yang pertama, orang tua yang dimaksud adalah orang tua yang memiliki anak di lingkungan RT. 004 RW. 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Dan anak yang dimaksud adalah anak yang berusia mulai dari 10 sampai 17 tahun. Kemudian mengenai kecerdasan, penulis hanya membahas dua kecerdasan yaitu: Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Karena keduanya sangat berkaitan erat dan penting untuk dipaparkan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalahnya adalah : Bagaimanakah peran orang tua dalam pengembangan EQ dan SQ anak di lingkungan RT. 004 RW. 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara?. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis tuliskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk menjelaskan dan mengetahui peranan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anak di di lingkungan RT. 004 RW. 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan adanya penelitian ini penulis mendapatkan pengalaman baru, memperkaya khazanah ilmu dan pengetahuan yang akan dijadikan modal untuk kelak ikut serta berkontribusi dalam mengembangkan EQ dan SQ anak. 2. Orang tua, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan membantu orang tua dalam mendidik dan mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anak mereka menjadi lebih optimal. 9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Peranan Orang Tua

1. Pengertian Peranan

Peranan adalah kata dasar dari “peran” yang ditambahkan akhiran “an”, peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perangkat tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. 1 Peranan menurut Levinson sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sebagai berikut: “peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, dan peranan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.” 2 Kata peran setelah mendapatkan akhiran “an”, kata peranan memiliki arti yang berbeda, diantaranya: a peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 3 b peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. 4 1 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, h. 333. 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali, 1990, cet. IV, h. 269. 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, ed. 3, h. 854. Menurut Biddle dan Tomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, penilaian, sangsi dan lain-lain. Kalau peran ibu digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang tua dan menjadi lebih luas sehingga perilaku-perilaku yang diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam. 5 Peranan adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. 6 Harapan-harapan akan menjadi pertimbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu ditentukan oleh norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Peranan ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalam keluarga. Peranan diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari semua pekerjaan atau jabatan tertentu. 7 Pribadi manusia beserta aktifitas-aktifitasnya tidak semata-mata ditentukan oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses yang berlangsungg tetapi juga dipengaruhi oleh sejauhmana peranan manusia dalam mempengaruhi proses itu. Berdasarkan definisi di atas, dapat dilihat bahwa peranan merupakan aspek yang dinamis. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Bila dihubungkan dengan kata “orang tua” memiliki arti bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh orang tua, baik ayah maupun ibu. Maka dapat disimpulkan bahwa peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau seseorang yang mempunyai wewenang dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya untuk mencapai tujuan. Peranan alangkah lebih baiknya dilaksanakan oleh 4 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. I, ed. 1, h. 73. 5 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. V, h. 224. 6 Davit Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 106. 7 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1975, h. 12. individu-individu yang dianggap mampu melaksanakan perannya. Misalnya orang yang berkedudukan di dalam masyarakat, seperti peran guru dalam mengatasi kebodohan, peran orang tua dalam mendidik anak, dan jika suatu peran itu dilaksanakan dengan baik maka dapat mewujudkan kehidupan manusia yang aman dan damai. 2. Pengertian Orang Tua Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah orang tua diartikan dengan: ayah dan ibu kandung, orang-orang tua atau orang yang dianggap tua cerdik, pandai, ahli dan sebagainya, atau orang yang dihormati disegani dikampung masyarakat. 8 D alam bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan “Al- Walid ”. 9 Pengertian tersebut dapat dilihat dalam Al- Qur‟an surat Lukman ayat 14:                   “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. 10 Dalam bahasa Inggris istilah orang tua dikenal dengan sebutan “parent” yang artinya “orang tua laki-laki atau ayah, orang tua perampuan atau ibu ”. 11 Orang tua memiliki arti sebagai orang yang dituakan, dikatakan tua karena berdasarkan kematangan dan pengalaman hidupnya. Menurut para ulama, orang tua adalah pria dan wanita yang berjanji dihadapan Sang Khalik dalam perkawinan untuk hidup sebagai suami istri 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. I, h. 627. 9 Ahmad Warson Munawwi, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, cet. XIV, h. 1580. 10 Kementerian Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, juz 21Jakarta: PT. Sinergi Indonesia, 2012, h. 581. 11 Atabih Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003, cet. I, h. 593. dan siap sedia memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak- anak yang dilahirkannya. Ini berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk menjadi orang tua. 12 Menurut M. Nashir Ali menjadi orang tua adalah dua orang yang membentuk keluarga, segera bersiap mengemban memperkembangkan fungsinya sebagai “orang tua”. Menjadi orang tua dalam arti menjadi bapak atau ibu dari anak-anaknya, menjadi penanggung jawab dari lembaga kekeluargaannya sebagai satu sel anggota keluarga, dan di dalam keluarga cinta dari ayah ibu dan sanak saudaranya sangat penting untuk membesarkan seorang anak lahir batin. Tanpa cinta dalam keluarga itu, seorang menjadi kerdil lahir-batin, atau rusak dan timpang perkembangannya. 13 Dari pengertian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang merawat dan mendidik anaknya, mereka pemimpin bagi anak dan keluarganya, juga orang tua adalah panutan dan cerminan bagi anaknya yang pertama kali ia kenal, ia lihat dan ia tiru, sebelum anak mengenali lingkungan sekitarnya. Orang tua selain telah melahirkan anak ke dunia ini, orang tua juga mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, orang tua jugalah yang selalu mendampingi dan membantu anak-anaknya untuk mengenal hal-hal apa saja yang ada di dunia ini, serta menjawab dengan jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh buah hati mereka. Hubungan orang tua dan anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosional anaknya, terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap, reaksi, tingkah laku, agamanya dan dasar-dasar kehidupan lainnya. Orang tua juga merupakan pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab kenalnya seorang anak dengan dunia luar. Maka, setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari sangat dipengaruhi oleh peran orang tuanya. Jadi, orang tua atau ibu dan ayah memiliki peranan 12 Kartini Kartono, Peranan Keluarga, Jakarta: Rinaka Cipta, 2003, h. 37. 13 M. Nashir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Balai Pustaka, 1987, h. 77.