positif. Artinya jika persepsi sosialisasi perpajakan tinggi maka persepsi kepatuhan Wajib Pajak juga akan tinggi.
c. Hubungan Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Peneliti menggunakan analisis korelasi Rank Spearman untuk menjawab rumusan masalah ke tiga yaitu bagaimana hubungan
persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Adapun analisis korelasi Rank Spearman dilakukan
dengan menggunakan program SPSS dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.21 Uji Korelasi Rank Spearman Persepsi Tingkat Pendidikan dengan
Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Correlations
Persepsi Tingkat
Pendidikan Persepsi
Kepatuhan Wajib Pajak
Spearmans rho
Persepsi Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000 .591
Sig. 2-tailed .
.000 N
100 100
Persepsi Kepatuhan Wajib
Pajak Correlation
Coefficient .591
1.000 Sig. 2-tailed
.000 .
N 100
100
Berdasarkan tabel korelasi di atas diketahui angka probabilitas pada bagian Sig. 2-tailed merupakan 0,000. Hal ini berarti besarnya
persepsi tingkat pendidikan memang memiliki hubungan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Besarnya hubungan
kedua variabel tersebut adalah +0,591, ini berarti bahwa kekuatan hubungan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi adalah cukup kuat 0,400 – 0,599 dengan
arah positif. Artinya jika persepsi tingkat pendidikan tinggi maka persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi juga akan tinggi.
E. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, responden didominasi oleh wanita yaitu sebanyak 59 atau sebanyak 59
orang. Berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 20 tahun – 30
tahun yaitu sebanyak 46 atau sebanyak 46 orang dibandingkan rentang usia lainnya. Berdasarkan jenis pendidikan terakhir, sebagian besar
responden didominasi oleh D1-D3 sebanyak 50 atau sebanyak 50 orang. Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar responden didominasi oleh
jenis pekerjaan jasa yaitu sebanyak 47 atau sebanyak 47 orang. Berdasarkan pendapatan per bulan, sebagian besar responden memiliki
pendapatan per bulan sebesar Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000 sebanyak 52
atau sebanyak 52 orang. Hasil uji hipotesis digunakan untuk menjawab rumusan masalah dari
penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi
tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Berikut adalah penjelasan dari hasil masing-masing pengujian :
1. Hubungan Persepsi Self Assessment System dengan Persepsi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Hasil pengujian pertama yang dilakukan, persepsi Self Assessment System merupakan variabel yang memiliki hubungan dengan persepsi
kepatuhan Wajib Pajak. Terbukti dengan diperoleh angka probabilitas pada bagian Sig. 2-tailedsebesar 0,000 dan koefisien korelasi sebesar
0,427 berada pada hubungan yang cukup kuat karena Wajib Pajak cukup memahami tentang sistem yang berlaku yaitu Self Assessment
System. Hubungan yang cukup kuat terletak pada rentang 0,400-0,599 maka dengan demikian variabel persepsi Self Assessment System
memiliki hubungan yang positif dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak. Artinya jika persepsi Self Assessment System dalam memahami
sistem yang berlaku tinggi maka persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi juga akan tinggi.
Salah satu tujuan dari pelaksanaan Self Assesment System adalah menciptakan pembayaran pajak yang berorientasi pada peran aktif dari
Wajib Pajak. Faktor utama sebagai penentu keberhasilan Self Assessment System adalah terwujudnya kesadaran dan kejujuran dari
masyarakat khususnya Wajib Pajak, untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepatuhan yang dimaksudkan
merupakan istilah tingkat sampai dimana Wajib Pajak mematuhi undang-undang perpajakan dan memenuhi bidang perpajakan.
Wajib Pajak yang memiliki kesadaran diri tinggi dan memahami peraturan perpajakan secara langsung akan mendaftarkan diri ke KPP.
Banyak Wajib Pajak yang pendapatannya melebihi jumlah PKP tapi tidak menaati peraturan, untuk itu dengan adanya sistem yang berlaku
sekarang Wajib Pajak yang memiliki jumlah pendapatan melebihi PKP wajib mendaftarkan diri ke KPP. Wajib Pajak diberi kepercayaan
penuh oleh pemerintah untuk menghitung sendiri pajak yang terutang, hal
ini dapat
meningkatkan kesadaran
masyarakat akan
tanggungjawab sebagai warga negara yang baik dan benar. Dari hasil yang diperoleh beberapa Wajib Pajak yang memiliki NPWP masih
bingung dengan sistem yang berlaku, hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya pengetahuan atau kurang memahami mengenai kewajiban
perpajakannya. Sistem dan peraturan perpajakan yang berlaku ini bertujuan
untuk memudahkan
masyarakat dalam
kewajiban perpajakan tapi pada kenyataannya masih saja ada beberapa Wajib
Pajak yang mengalami kesulitan dalam membayar pajak terutangnya. Selain itu Wajib Pajak harus yakin dan mengetahui tata cara dalam
pengisian SPT, walaupun pada kenyataannya masih ada Wajib Pajak yang kurang yakin dalam mengisi SPT yang akan dilaporkan ke KPP.
Wajib Pajak dalam penyampaian SPT harus sesuai dengan jatuh tempo yang telah ditetapkan atau bisa dikatakan harus tepat waktu.
Berdasarkan jawaban responden mengenai persepsi Self Assesment System ditemukan bahwa beberapa responden cukup dalam