Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Wajib Pajak yang memiliki kesadaran diri tinggi dan memahami peraturan perpajakan secara langsung akan mendaftarkan diri ke KPP. Banyak Wajib Pajak yang pendapatannya melebihi jumlah PKP tapi tidak menaati peraturan, untuk itu dengan adanya sistem yang berlaku sekarang Wajib Pajak yang memiliki jumlah pendapatan melebihi PKP wajib mendaftarkan diri ke KPP. Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh oleh pemerintah untuk menghitung sendiri pajak yang terutang, hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawab sebagai warga negara yang baik dan benar. Dari hasil yang diperoleh beberapa Wajib Pajak yang memiliki NPWP masih bingung dengan sistem yang berlaku, hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya pengetahuan atau kurang memahami mengenai kewajiban perpajakannya. Sistem dan peraturan perpajakan yang berlaku ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam kewajiban perpajakan tapi pada kenyataannya masih saja ada beberapa Wajib Pajak yang mengalami kesulitan dalam membayar pajak terutangnya. Selain itu Wajib Pajak harus yakin dan mengetahui tata cara dalam pengisian SPT, walaupun pada kenyataannya masih ada Wajib Pajak yang kurang yakin dalam mengisi SPT yang akan dilaporkan ke KPP. Wajib Pajak dalam penyampaian SPT harus sesuai dengan jatuh tempo yang telah ditetapkan atau bisa dikatakan harus tepat waktu. Berdasarkan jawaban responden mengenai persepsi Self Assesment System ditemukan bahwa beberapa responden cukup dalam memahami sistem yang berlaku dengan persentase 72, sehingga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

2. Hubungan Persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan Persepsi

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Hasil pengujian kedua yang dilakukan, sosialisasi perpajakan merupakan variabel yang memiliki hubungan dengan kepatuhan Wajib Pajak. Terbukti dengan diperoleh angka probabilitas pada bagian Sig. 2-tailed sebesar 0,001 dan koefisien korelasi sebesar 0,331 berada pada hubungan yang rendah. Hubungan yang lemah terletak pada rentang 0,200-0,399 maka dengan demikian variabel persepsi sosialisasi perpajakan memiliki hubungan yang positif dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak. Artinya jika persepsi sosialisasi perpajakan tinggi maka persepsi kepatuhan Wajib Pajak juga akan tinggi. Sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Semakin Wajib Pajak mengerti akan manfaat serta fungsi pajak, maka Wajib Pajak akan semakin tergugah untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Diperlukan suatu cara yang dapat mengkomunikasikan maksud dari pemerintah sebagai pemungut pajak dengan masyarakat khususnya Wajib Pajak sebagai pihak yang dipungut pajak. Cara yang dimaksud yaitu Wajib Pajak wajib menghadiri penyuluhan yang diselenggarakan oleh KPP guna memperoleh informasi dan pengarahan agar dapat menjalankan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan. Dirjen Pajak memberikan informasi perpajakan melalui media elektronik seperti TV dan radio, tetapi hal ini kurang maksimal dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak karena tidak semua stasiun TV dan radio memberikan informasi tentang perpajakan. Pengarahan tentang perpajakan oleh tokoh masyarakat contoh : lurah, RW, dan RT juga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak karena informasi yang diperoleh membantu Wajib Pajak untuk lebih memahami dan mengerti kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak dapat berkonsultasi dengan Account Representative AR untuk mendapatkan informasi tetapi ada beberapa Wajib Pajak enggan untuk berkonsultasi sehingga informasi yang diperoleh kurang, hal ini yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Pemasangan spanduk tentang informasi perpajakan dianggap kurang maksimal oleh Wajib Pajak karena diletakkan ditempat yang tidak strategis dan kurang menarik perhatian dari masyarakat dalam penyampaian spanduk ataupun pesan singkat. Selain itu, Dirjen Pajak memberikan fasilitas yang memudahkan Wajib Pajak dalam mendapatkan informasi yaitu dengan menggunakan akses internet, Wajib Pajak dapat membuka di website yang telah ada, tetapi tidak semua Wajib pajak mampu mengakses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI internet karena kurang dalam pengetahuan teknologi. Berdasarkan jawaban responden mengenai Sosialisasi Perpajakan ditemukan bahwa 71 responden cukup dalam menerima informasi dan pengarahan tentang perpajakan yang diberikan oleh KPP Pratama Surakarta.

3. Hubungan Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Hasil pengujian ketiga yang dilakukan, persepsi tingkat pendidikan merupakan variabel yang memiliki hubungan dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak. Terbukti dengan diperoleh angka probabilitas pada bagian Sig. 2-tailed sebesar 0,000 dan koefisien korelasi sebesar 0,591 berada pada hubungan yang cukup kuat karena dari pernyataan kuesioner ada beberapa Wajib Pajak memiliki pengetahuan yang kurang tentang kewajiban perpajakannya sehingga menyebabkan kurangnya kepatuhan dalam melakukan kewajiban perpajakan. Hubungan yang cukup kuat terletak pada rentang 0,400- 0,599 maka dengan demikian variabel persepsi tingkat pendidikan memiliki hubungan yang positif dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Berdasarkan jawaban responden mengenai Tingkat Pendidikan terdapat 50 responden memiliki tingkat pendidikan terakhir D1-D3. Tingkat Pendidikan Wajib Pajak yang tinggi seharusnya lebih mengerti dan memahami tentang tanggungjawab sebagai warga negara dan warga masyarakat untuk membayar pajak sesuai kewajiban PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi

4 112 92

Analisis pengaruh penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP wilayah Jakarta Selatan

1 11 132

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPA

2 7 15

PENDAHULUAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

0 4 18

LANDASAN TEORI PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN DI YOGYAKARTA.

1 14 22

Analisis hubungan persepsi pengetahuan perpajakan, persepsi kualitas pelayanan dan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi motivasi wajib pajak dalam membayar pajak. Studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo.

0 2 159

Analisis hubungan persepsi pengetahuan tax amnesty, persepsi kualitas pelayanan account representative, persepsi kesadaran wajib pajak dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.

1 3 2

Hubungan persepsi pelayanan, persepsi konsultasi, dan persepsi pengawasan Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Temanggung).

10 41 135

Analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan, persepsi konsultasi Account Representative (AR) dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman, Yogyakarta.

10 69 135

Hubungan persepsi pengetahuan wajib pajak, persepsi kemudahan pengisian SPT, persepsi kesadaran wajib pajak, persepsi kegunaan e-filing dengan persepsi kepatuhan penyampaian SPT tahunan wajib pajak orang pribadi : studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pra

0 5 168