Definisi antibiotika Penggolongan antibiotika Prinsip penggunaan antibiotika

baik dan benar untuk mencegah terjadinya infeksi Asyifa, Suarnianti, Mato, 2012.

C. Antibiotika

1. Definisi antibiotika

Antibiotika adalah zat biokimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau hasil biosintetik mikroorganisme dengan mensintesis senyawa antibiotika berdasarkan antibiotika alami yang dalam jumlah yang kecil dapat menghambat atau membunuh organisme lain Harmita dan Maksum, 2006.

2. Penggolongan antibiotika

Menurut Goodman and Gilman 2008 dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme, antibiotika dapat digolongan sebagai berikut. a. Antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya terdiri dari: 1. Antibiotika yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel seperti penisilin dan sefaloporin; 2. Antibiotika yang menghambat sintesis protein seperti aminoglikosida dan kloramfenikol; 3. Antibiotika yang menghambat metabolisme folat seperti trimetoprim dan sulfonamid; 4. Antibiotika yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat seperti golongan rifampisin dan golongan kuinolon; 5. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme seperti polimiksin. b. Antibiotika berdasarkan konsentrasi yang mencapai plasma, meliputi: 1. Zat-zat bakterisid yaitu antibiotika yang pada dosis biasa bisa mematikan mikroorganisme seperti penisilin dan sefalosporin; 2. Zat-zat bakteriostatis yaitu antibiotika yang pada dosis biasa dapat menghentikan pertumbuhan kuman, contohnya adalah sulfonamida dan kloramfenikol. c. Antibiotika berdasarkan luas aktivitasnya, meliputi: 1. Antibiotika narrow-spectrum yaitu antibiotika yang memiliki aktivitas sempit sehingga hanya aktif pada beberapa mikroorganisme saja seperti penisilin-G dan steptomisin; 2. Antibiotika broad-spectrum yaitu antibiotika dengan aktivitas yang luas sehingga lebih banyak melawan bakteri gram positif dan negatif seperti sulfonamid dan sefalosporin.

3. Prinsip penggunaan antibiotika

Menurut Kemenkes 2011 penggunaan antibiotika untuk terapi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: a. Antibiotika terapi empiris digunakan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya untuk mengeradikasi bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi. Lama pemberian antibiotik empiris adalah 48-72 jam kemudian dilakukan evaluasi berdasarkan hasil kultur mikrobiologis dan kondisi pasien. b. Antibiotika terapi definitif digunakan pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya untuk mengeradikasi bakteri penyebab infeksi. c. Antibiotika profilaksis digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi yang biasanya digunakan pada kasus bedah. Menurut Kemenkes 2011 ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotika, yaitu: a. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik sehingga dapat menyebabkan terapi menjadi tidak efektif. b. Faktor farmakokinetika dan farmakodinamika perlu dipertimbangkan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat sesuai kondisi pasien. c. Faktor interaksi antibiotika bersama dengan antibiotika lain, obat lain atau dengan makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan absorpsi sehingga dapat meningkatkan efek toksik obat lainnya. d. Faktor biaya juga perlu diperhatikan dalam peresepan antibiotika. Peresepan antibiotika dengan harga diluar batas kemampuan keuangan pasien menyebabkan pasien tidak mampu membeli antibiotika yang diresepkan sehingga mengakibatkan kegagalan terapi meskipun antibiotika yang diresepkan sudah tepat. Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor tersebut maka prinsip dalam penggunaan antibiotika secara bijak menurut Kemenkes 2011 adalah sebagai berikut: a. Penggunaan antibiotika secara bijak adalah penggunaan antibiotika lini pertama yang berspektrum sempit, indikasi yang ketat dengan menegakkan diagnosis berdasarkan informasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dengan dosis yang tepat serta interval dan lama pemberian yang tepat. Obat yang dipilih adalah obat yang cost effective dan aman. b. Pemilihan jenis antibiotika harus berdasarkan pada informasi tentang spektrum kuman penyebab, pola kepekaan kuman terhadap antibiotika, pemeriksaan mikrobiologi, profil farmakokinetik dan farmakodinamik. c. Pembatasan penggunaan antibiotika dilakukan dengan menerapkan pedoman penggunaan antibiotika.

4. Penggunaan antibiotika pada ibu hamil

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

0 2 83

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI TERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

0 3 85

GAMBARAN TINDAKAN PERAWAT PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

10 48 102

Evaluasi peresepan antibiotika pada pasien diare dengan metode gyssens di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015.

0 4 213

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien leptospirosis di RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Januari-Mei 2015.

1 10 242

Evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien di instalasi farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

8 69 110

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien infeksi sepsis neonatal periode Maret-April 2015 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

0 7 188

Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan demam tifoid berdasarkan kriteria Gyssens di Instalasi Rawat Inap Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013.

2 8 201

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

4 14 118

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih - USD Repository

0 0 116