Kategori VI data lengkap Kategori V peresepan antibiotika tanpa indikasi

1. Kategori VI data lengkap

Pada penelitian ini rekam medis pasien yang tidak lengkap akan dieksklusi. Hasil evaluasi didapatkan 32 kasus pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan April 2015 lolos kategori VIA karena masuk kriteria inklusi dengan memiliki data yang lengkap.

2. Kategori V peresepan antibiotika tanpa indikasi

Peresepan antibiotika profilaksis tanpa indikasi dapat meningkatkan risiko resitensi. Pemberian antibiotika pada operasi bersih pada umumnya tidak memerlukan antibiotika profilaksis kecuali pada kasus tertentu, seperti: operasi mata, jantung, dan sendi. Pemberian antibiotika profilaksis diberikan untuk operasi bersih-kontaminasi apabila terbukti memiliki manfaat Kemenkes, 2011. Menurut SOGC 2010 seluruh pasien yang menjalani operasi sesar baik elektif maupun emergency harus menerima antibiotika profilaksis. Pemberian antibiotika profilaksis dapat mengurangi morbiditas, infeksi luka operasi, endometritis, dan sepsis. Hasil evaluasi pada penelitian ini tidak terdapat kasus dengan peresepan antibiotika tanpa indikasi. 3. Kategori IV A ada antibiotika lain yang lebih efektif Pada penelitian ini kasus 1 hingga 32 masuk dalam kategori IVA. Menurut hasil identifikasi peta kuman tahun 2014 di RSUD Panembahan Senopati didapatkan hasil bahwa antibiotika sefotaksim dan seftriakson sudah tidak efektif lagi sebab lebih dari 50 bakteri gram positif sudah resisten dan pada bakteri gram negatif angka resistensi terhadap antibiotika tersebut cukup tinggi. Peresepan sefotaksim dan seftriakson juga tidak dianjurkan untuk kasus profilaksis bedah karena merupakan golongan sefalosporin generasi III. Hal ini tidak sesuai untuk melawan bakteri yang banyak ditemukan pada infeksi luka operasi karena sefalosporin generasi III kurang aktif terhadap bakteri gram positif. Antibiotika profilaksis yang dianjurkan adalah sefalosporin generasi I atau II Kemenkes, 2011. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat, terapi antibiotika yang tidak komplit, dan pengunaan antibiotika dengan spektrum luas yang tidak perlu dapat meningkatkan resistensi SOGC, 2010, oleh karena itu pemberian antibiotika profilaksis untuk kasus 1 hingga kasus 32 masuk dalam kategori IV A yaitu ada antibiotika lain yang lebih efektif meskipun outcome klinis pasien baik yaitu tidak adanya tanda dan gejala infeksi luka operasi ILO yang ditemukan selama menjalani perawatan di rumah sakit, kecuali yang terjadi pada kasus 3. Pada kasus 3 setelah 4 hari diperbolehkan pulang, pasien kembali ke rumah sakit untuk menjalani perawatan di rumah sakit selama 5 hari karena terjadi infeksi luka operasi yaitu ditandai dengan keluarnya nanah dan rasa nyeri di daerah luka operasi. Sefazolin merupakan antibiotika yang direkomendasikan untuk profilaksis operasi sesar yang efektif terhadap bakteri gram positif dan memiliki aktivitas sedang terhadap bakteri gram negatif Kemenkes, 2011; Kemenkes 2013; SIGN, 2014, SOGC, 2010. Hal ini sesuai untuk menurunkan risiko infeksi luka operasi karena bakteri gram positif merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan bakteri gram negatif Kennedy, 2008. Bakteri gram positif yang sering ditemukan pada infeksi luka operasi, seperti: Staphylococcus aureus, Steptococcus B, dan Enterococci, sedangkan bakteri gram negatif seperti E.coli SIGN, 2014; Dipiro et al., 2008, Kennedy, 2008. Rekomendasi antibiotika profilaksis adalah sefazolin 1 gram single dose dengan rute pemberian intravena 60 menit sebelum insisi kulit dan durasi maksimal pemberian hingga 24 jam setelah operasi ACOG, 2011; Kemenkes, 2013; SIGN, 2014. Pada penelitian ini berdasarkan alur Gyssens seluruh kasus berhenti pada kategori IVA, namun demikian jika dilakukan analisis lebih lanjut diluar metode Gyssens ditemukan 32 peresepan ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit, 32 kasus peresepan antibiotika terlalu lama, dan 31 peresepan antibiotika tidak tepat waktu pemberian kasus 1 hingga kasus 32, kecuali kasus 10.

4. Kategori IVB ada pilihan antibiotika lain yang lebih aman

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

0 2 83

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI TERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

0 3 85

GAMBARAN TINDAKAN PERAWAT PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN NYERI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

10 48 102

Evaluasi peresepan antibiotika pada pasien diare dengan metode gyssens di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015.

0 4 213

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien leptospirosis di RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Januari-Mei 2015.

1 10 242

Evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien di instalasi farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

8 69 110

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien infeksi sepsis neonatal periode Maret-April 2015 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

0 7 188

Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan demam tifoid berdasarkan kriteria Gyssens di Instalasi Rawat Inap Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013.

2 8 201

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

4 14 118

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih - USD Repository

0 0 116