Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan Dosen. Peranan Guru

24 kemampuan dalam rangka meningkatkan tugas profesinya. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantoro: “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani “. Baik didalam maupun di luar sekolah. Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan yaitu misi bertugas dalam pengabdian masyarakat.

3. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan Dosen.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 No 1, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keamanan, ketakwaan dan akhlak mulia. c. Memiliki kualivikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlakukan sesuai dengan bidang tugas. 25 e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesionalan. f. Memiliki penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi sejarah dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan, jenis kelamin, agama, ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika. 5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. 26

4. Peranan Guru

Pada tahun 1975, menurut Norman dan Goble dalam Samana 1994 : 39-41 mengungkapkan bahwa atas inisiatif ONESCO dan IBE di Jenewa diadakan konferensi internasional tentang pendidikan sekolah dengan tema “beberapa kecenderungan utama dibidang pendidikan dan perubahan peranan guru selama berdinas”. Dengan mengacu pada isi konferensi tersebut maka seorang guru adalah sebagai berikut: a. Fungsi guru dalam proses intruksional serta pertanggungjawabannya lebih penting dari pada otoritasnya sebagaimana sumber keilmuan bagi belajar siswa. b. Sejalan dengan pemikiran di atas, terjadilah pergeseran titik berat dalam proses pengalihan pengetahuan, yang semula berpusat pada diri guru sebagai informator, kini proses tersebut mementingkan siswa untuk belajar secara sistematis, kontinyu dan optimal. c. Pola hubungan timbal balik antara guru dengan siswa juga mengalami perubahan layanan bimbingan belajar siswa dari guru semakin menuju keindividualisme proses belajar siswa. d. Praktek pengajaran semakin ditandai dengan penggunaan produk teknologi pengajaran yang modern, yang menuntut penguasaan konsep, prinsip dan keterampilan baru dalam penggunaannya. e. Dalam era modernisasi pengajaran tersebut, semakin dituntut kerjasama antara guru, dengan ahli atau profesi lain yang terkait dengan pengajaran dan antara guru dengan siswa. 27 f. Sejalan dengan pemikiran di atas, secara teknik operasional guru hendaknya semakin sadar akan perlunya kerjasama antara guru, guru dengan orang tua siswa, dan guru dengan kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan untuk membina perkembangan siswa. g. Dalam masyarakat yang mobilitasnya tinggi dan padat informasi terjadi penurunan otoritas yang secara tradisional ada dalam hubungan pendidik termasuk guru dengan peserta didik siswa. h. Dalam situasi seperti ini, guru semakin dituntut menjadi model patron yang menjadi kiblat perkembangan diri siswa dan mampu melaksanakan kepemimpinan yang partisipasif.

5. Karakteristik Guru