Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkembangnya negara untuk maju ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan mengambil peran penting dalam proses mewujudkan kebebasan manusia sejati. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002 : 263. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan bakat, kemampuan, akal, dan budinya. Manusia dapat mengembangkan aspek yang ada didalam dirinya secara optimal, salah satunya adalah keaktifan. Keaktifan belajar siswa akan muncul bila ada dorongan dari dalam diri seseorang dan komponen-komponen pendidikan yang mendukung perkembangan keaktifan belajar seseorang. Fungsi sekolah sebagai tempat menumbuh kembangkan keaktifan secara optimal. Mengembangan keaktifan ada banyak cara salah satunya adalah mempelajari matematika. Matematika adalah salah satu ilmu dasar untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Peran matematika sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa disadari manusia menerapkan ilmu matematika dalam kehidupan mereka seperti: penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan mengidentifikasi bangun datar. 2 Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut misalnya siswa, guru, kurikulum, pengelola sekolah, sarana dan proses. Salah satu komponen yang dapat meningkatkan pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat meliputi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran, yang dapat mengembangkan keaktifan pada peserta didik. Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan matematika diberikan agar anak dapat berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama BNSP, 2006: 127. Selain itu matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di jenjang pendidikan sekolah dasar, bahkan juga digunakan sebagai salah satu mata pelajaran untuk Ujian Nasional UN. Matematika bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek dalam diri manusia yang berkaitan dengan perhitungan angka, kemampuan menghitung dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan menghitung. Salah satu implikasi dari hasil penelitian tentang ilmu kognitif dalam pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran seharusnya lebih menekankan pada makna dan pemahaman sejak usia sekolah dasar. Pemberian tekanan pada makna dan pemahaman tersebut untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak dengan tingkat yang lebih tinggi Suryadi, 2007: 174. Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya ketika 3 belajar di kelas. Dengan menerapkan pengetahuan yang didapat, siswa dapat mengingat dalam jangka waktu yang lebih lama. Bahkan, tidak terlupakan daripada siswa hanya duduk kelas lalu mengerjakan soal-soal saja. Tanggal 14 Oktober 2013 peneliti melakukan pengamatan kondisi awal keaktifan belajar siswadi SD Cahaya Nur, guru matematika mengajarnya masih bersifat tradisional serta bersifat informatif, yaitu guru menggunakan metode ceramah. Siswa bersifat pasif, yaitu hanya duduk, mendengarkan, dan mencatat. Metode tersebut membuat siswa hanya membayangkan hal-hal yang diceritakan oleh gurunya, sehingga siswa tidak memiliki keaktifan untuk belajar, bahkan sebagian besar merasa bosan, mengantuk, dan mencari kesibukan sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal keaktifan belajar siswa tanggal 14 Oktober 2013 yang dilakukan di kelas VA SD Cahaya Nur pada mata pelajaran matematika, terdapat 7 siswa 22 dari 32 siswa yang mendapat kriteria cukup aktif. Siswa yang mendapat kriteria kurang aktif sebanyak 23 siswa 72 dari 32 siswa, dan siswa yang mendapatkan kriteria tidak aktif sebanyak 2 siswa 6 dari 32 siswa.Hal ini membuktikan bahwa siswa kurang aktif untuk mengikuti kegiatan belajar, memaknai pengetahuan atau bahkan menerapkan pengetahuannya kedalam dunia nyata. Rendahnya prestasi belajar terlihat dari daftar nilai ulangan harian siswa yang memperoleh hasil di bawah KKM 75 pada tahun pelajaran 20112012 mencapai 49 atau 17 dari 35 siswa dan pada tahun pelajaran 20122013 mencapai 59 19 dari 32 siswa. Hasil data kondisi awal yang diperoleh dari 4 daftar nilai ulangan harian siswa menunjukan nilai sebagian siswa masih di bawah KKM 75 mencapai 59 19 siswa dari 32 siswa dan 41 13 siswa dari 32 siswa yang tuntas dari KKM. Nilai rata-rata pada tahun pelajaran 20122013 adalah 68.41. Pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi pembelajaran tradisional dan bersifat informatif tersebut, namun dalam penelitian ini peneliti akan mencoba pendekatan PMRI yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, dan mengajak siswa untuk memaknai pengetahuan yang mereka dapat serta menerapkan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Supinah 2008: 7 mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual atau realistik memberikan peluang pada peserta didik untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Pendekatan PMRI Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dalam Suryanto 2010: 37 adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari realistic mathematics education yang telah diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan masyarakat Indonesia. Bertolak dari hasil latar belakang permasalahan mata pelajaran matematika di SD Cahaya Nur kelas VA maka peneliti mengambil judul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VA SD CAHAYA NUR KUDUS JAWA TENGAH ”. Diharapkan dengan mengunakan pembelajaran tersebut keaktifan dan prestasi belajar 5 siswa meningkat sehingga siswa dapat memaknai pengetahuan dan menerapkan konsep-konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Perumusan Masalah