Dialisis Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan tahun 2013-2014

2.11.4 Pencegahan Tersier

Terapi pengganti ginjal dilakukan untuk pencegahan tersier pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 mlmnt. Terapi pengganti ginjal tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal atau transplantasi ginjal. Suwitra, 2009.

1. Dialisis

Dialisis adalah proses ketika zat sisa darah difiltrasi melalui membran semipermeabel. Dialisis dianjurkan pada pasien GGK yang mengalami kelebihan beban cairan dan atau mengalami azotemia, hiperkalemia, dan asidosis metabolik yang berkembang cepat. Ada tiga metode dialisis, yaitu hemodialisis, dialisis peritoneal, dan terapi penggantian ginjal kontinu Baradero, 2009. Prinsip dialisis, yakni darah dipisahkan dari suatu cairan dengan membran semipermiabel, maka elektrolit dan zat lain akan berdifusi melewati membran sampai tercapai kesetimbangan. Pada hemodialisis digunakan membran sintetik, sedangkan pada dialisis peritoneal digunakan membran peritoneal O’ Callaghan, 2007. Pada pasien GGK tindakan hemodialisis dapat menurunkan risiko kerusakan organ- organ lainnya akibat akumulasi zat toksik. Penderita GGK biasanya harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya biasanya tiga sampai empat kali dalam seminggu selama paling sedikit tiga sampai empat jam per setiap terapi Muttaqin Sari, 2011. Dialisis peritoneal, yakni dimana cairan diinfuskan melalui selang ke dalam rongga peritoneum. Air dan zat terlarut kemudian bergerak melewati membran peritoneal semipermeabel. Membran ini terdiri dari 3 lapisan : mesotel, interstisium, dan dinding kapiler peritoneum. Air bergerak dari plasma ke larutan Universitas Sumatera Utara dialisat dengan kadar glukosa tinggi secara osmosis. Molekul lain, seperti asam amino, dapat digunakan untuk menggantikan glukosa dalam cairan dialisis. Zat terlarut bergerak bersama air dan juga bergerak secara difusi ke dalam cairan dialisis. Dialisis Peritoneal lebih lambat daripada hemodialisis, sehingga hipotensi, hipoksia, disritmia, dan desekuilibrium jarang terjadi. Dialisis peritoneal dapat membersihkan beberapa toksin uremik lebih baik dibandingkan hemodialisis dan berkaitan dengan kejadian penyakit tulang, anemia, dan hipertensi yang lebih jarang. Namun demikian, terdapat batas jumlah dialisis yang dapat dilakukan dan sebagian besar pasien tidak mendapatkan penggantian ginjal yang cukup dengan dialisis peritonea O’ Callagan, 2007 Hemofiltrasi kontinu adalah dialisis yang terjadi ketika darah vena dipompa dengan tekanan tinggi ke membran yang sangat permeabel untuk memproduksi sejumlah besar ultrafiltrat, analog dengan sistem glomerulus. Filtrat lalu dibuang dan digantikan dengan larutan elektrolit yang seimbang dalam jumlah yang sesuai, yang ditambahkan lagi ke darah. Larutan ini mengandung natrium, kalium, korida, kalsium, magnesium, dan bufer. Teknik ini berlangsung lambat dan kontinu, sehingga sehingga menghindarkan dari perubahan zat terlarut yang cepat slama dialisis. Karena itulah maka teknik dialisis ini sangat cocok untuk pasien sakit berat yang tidak stabil secara hemodinamik dengan GGA atau ESRD O’ Callagan, 2007.

2. Transplantasi Ginjal