Bentuk Need For Power

14 hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Seseorang yang menaruh respek pada seorang pemimpin, mangamati apa yang diperbuat pemimpin sehingga mampu mengetahui siapa sebenarnya pemimpin tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Bernadie R Wirjana dan Susilo Supardo 2005: 17 kepemimpinan segala hal yang dilakukan pemimpin yang membuat tujuan organisasi tercapai dan kemudian membawa kesejahteraan bagi para anggotanya. Dominasi dalam kepemimpian berupa penguasaan mayoritas dalam kelompok. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa need for power atau kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan untuk mempunyai pengaruh dengan siapa ia melakukan interaksi dan kemampuan membuat orang lain mengerjakan sesuatu yang diinginkan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Untuk menjadi pemimpin yang berkuantitas dan berkualitas jiwa kepemimpinan harus diajarkan sejak dini khususnya pada siswa kelas VII SMP 1 Yogyakarta.

2. Bentuk Need For Power

McClelland 1995: 258 membagi need for power menjadi dua, yaitu kebutuhan kekuasaan pribadi dan sosial, selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Kekuasaan pribadi Kekuasaan pribadi ditandai oleh cara ketundukan kekuasaan. Kekuasaan pribadi tidak sering membawa pada kepemimpinan 15 yang efektif dengan alasan bahwa orang semacam itu cenderung memperlakukan orang-orang lain sebagai alat agar tujuan pribadinya dapat tercapai. b. Kekuasaan sosial Kekuasaan sosial menitik beratkan pada perhatian pada tujuan- tujuan kelompok, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut yang akan menggerakkan orang-orang, untuk membantu kelompok dan mencari inisiatif yang baik agar tujuan dapat tercapai. Pemimpin memberikan anggota kelompok perasaan mampu membangkitkan semangat agar anggota bekerja keras dalam mencapai tujuan. Berdasarkan dua macam kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kebutuhan kekuasaan pribadi dan sosial, pada penelitian ini yang ingin ditingkatkan adalah kebutuhan kekuasaan sosial. Hal ini dikarenakan kebutuhan kekuasaan sosial memliki tujuan mempengaruhi orang lain guna kepentingan kelompok, meggerakkan anggota untuk ikut bekerja agar tujuan kelompok dapat tercapai. Sedangkan kebutuhan pribadi lebih menganggap anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi, kekuasaan pribadi juga dipandang negatif. Hal ini diperjelas kembali oleh Lathuns 2005: 273 bahwa kekuasaan sosial yang merupakan karakteristik pemimpin yang efektif ditujukan untuk mengembangkan kepercayaan dan respek dari pengikut dan berhubungan dengan visi pemimpin. 16 Fiedler Rivai, 2006: 70 mengemukakan suatu pendekatan terhadap kekuasaan yang menyatakan bahwa semua kepemimpinan tergantung pada keadaan atau situasi. Kekuasan situasional, kepemimpinan harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan mengidentifikasikan kondisi anggota yang dipimpinnya. Pendapat lain tentang bentuk need for power ditambahkan oleh Kartini Kartono 2006: 81-87 menjadi enam, yaitu : a. Paternalis Kepemimpinan paternalis menganggap bahwa anggotanya sebagai orang yang belum bisa dewasa atau bisa dikatakan sebagai anak sendiri yang perlu dikembangkan. Pemimpin jarang memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengambil keputusan sendiri dan sulit untuk berinisiatif. b. Militeristis Kekuasaan militeris meggunakan sistem perintahkomando terhadap anggotanya sehingga kepatuhan mutlak untuk para anggotanya. Pemimpin menuntut adanya disiplin keras dan tidak memberlakukan saran, usul, dan kritikan-kritikan dari bawahan sehingga jalur komunikasinya hanya berlangsung searah saja. c. Otokratis Kekuasaan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan 17 sebagai pemain tunggal karena berambisi sekali merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan anggotanya. Para anggota tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anggota diberikan atas pertimbangan pribadi sendiri. d. Laissez faire Pada kepemimpinan laissez faire pemimpin tidak memikirkan kelompoknya berbuat semaunya sendiri. Disini pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Tanggung jawab harus dilakukan oleh para anggotanya sendiri. Kepemimpinan ini biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme. e. Populis Kekuasaan polpulis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan dari pihak asing. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan nasionalisme. f. Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para para pengikutnya. Kepemimpinan ini menghargai potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat dan sugesti para anggota. 18 Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memilih kekuasaan yang demokratis. Kekuasan secara demokratis semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pemecahan masalah, dam pembuatan rencana- rencana. Pemimpin yang demokratis mempunyai fungsi katalisator untuk mempercepat kerja sama demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya. French dan Raven Garry Yukl 2010: 174 juga menjelaskan tentang berbagai bentuk kekuasaan. Ada lima bentuk kekuasaan sebagai berikut : a. Kekuasaan memberi penghargaan Reward power Persepsi dari seseorang bahwa pemimpin mempunyai kendali terhadap sumber daya yang penting dan penghargaan yang diinginkan orang tersebut. Disini pemimpin menawarkan jenis penghargaan yang diinginkan angagota kelompok tersebut dan jangan memberikan janji lebih dari yang akan diberikan. Berikanlah penghargaan sesuai janji yang telah disepakati berasama. b. Kekuasan yang memiliki legitimasi Legitimate Power Seseorang patuh karena mereka percaya bahwa pemimpinnya memiliki hak untuk memerintah dan seseorang wajib untuk mematuhinya.Pemimpin melakukan permintaan harus dengan cara yang sopan dan jelas instruksinya dari permintaan. Permintaan 19 yang memiliki legitimasi harus dibuat dengan tegas dan dengan cara meyakinkan. c. Kekuasaan memaksa Coercive Power Seseorang patuh terhadap perintah untuk menghindari hukuman yang dilakukan oleh pemimpin. Kekuasaan memaksa diterapkan dengan cara mengancam atau memberikan peringatan kepada anggota kelompok bahwa dia akan mendapatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika tidak segera melaksanakan tugas dari pemimpin. d. Kekuasaan berdasarkan Keahlian Expert Power Seseorang patuh karena mereka percaya bahwa pemimpinnya memiliki pengetahuan khusus mengenai cara menyelesaikan suatu pekerjaan. Kekuasaan berdasarkan ahli diterapkan jika anggota kelompok mendapatkan kesulitan dalam menjalini permintaan yang diberikan oleh pemimpin. e. Kekuasaan berdasarkan Referensi Referent Power Seseorang patuh karena mereka mengagumi atau mengenal pemimpinnya dan ingin mendapatkan persetujuan dari pemimpin.Kekuasaan berdasarkan referensi biasanya pemimpin memberikan permintaanya kepada anggota yang bersahabat, menarik, mempunyai daya tarik dan dapat dipercaya oleh pemimpin. 20 Dari lima bentuk di atas, peneliti hanya menggunakan bentuk kekuasaan berdasarkan keahlian Expert Power karena seorang pemimpin memiliki pengetahuan yang unik mengenai cara terbaik mengatasi atau menyelesaikan masalah yang tidak dimengerti anggota kelompoknya. Pengetahuan khusus dan keterampilan teknis akan menjadi sumber kekuasaan jika para anggota kelompoknya tidak mengerti atau belum menguasai tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam kekuasann berdasarkan ahli pemimpin menjadi sunber informasi dan tempat bertanya yang sangat diandalakan. Berdasarkan berbagai uraian penjelasan di atas mengenai bentuk-bentuk kekuasaan, di dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan kekuasaan demokrasi dan kekuasan berdasarkan keahlian. Hal ini dikarenakan bentuk kepemimipinan ini, pemimpin dan anggotanya bisa bertukar pikiran dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Need For Power