PENGEMBANGAN KOMIK NEED FOR POWER SEBAGAI MEDIA LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI BAGI SISWA KELAS VII SMP N 1 YOGYAKARTA.
PENGEMBANGAN KOMIK NEED FOR POWER SEBAGAI MEDIA LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Greda Isna Patria NIM 10104244026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul“PENGEMBANGAN KOMIK NEED FOR POWER SEBAGAI MEDIA LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA” yang disusun oleh Greda Isna Patria, NIM 10104244026 ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 25 Juni 2014 Dosen Pembimbing
Dr. Muh. Farozin, M. Pd. NIP 19541 123 198003 1001
(3)
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 25 Juni 2014 Yang menyatakan,
Greda Isna Patria NIM 10104244026
(4)
(5)
MOTTO
Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi pemandu untuk nafsunya, dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya.
(Saidina Ali)
Seorang pemimpin yang hebat, ketika dia dalam keadaan aman, dia tidak lupa bahwa bahaya mungkin datang. Saat dia berada di puncak, dia tidak lupa bahwa kemungkinan
jatuh itu selalu mengintai. Ketika segalanya terasa damai, dia tidak lupa bahwa kekacauan bisa saja terjadi.
(Confucius, Peribahasa Cina)
Seorang pemimpin yang enggan mengambil resiko, Anda tak akan pernah kalah. Tapi tanpa berani menanggung resiko, Anda tak akan pernah menang.
(Richard Nixon)
Untuk bisa memimpin orang lain, menjadi ujung tombak di barisan terdepan, seorang manusia harus mau dan berani maju sendirian.
(6)
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan segalanya yang terbaik untukku dan yang menjadikanku terus bersyukur.
2. Almamaterku, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
(7)
PENGEMBANGAN KOMIK NEED FOR POWER SEBAGAI MEDIA LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI BAGI SISWA KELAS VII SMP N 1
YOGYAKARTA Oleh Greda Isna Patria NIM 10104244026
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan komik tentang need for power sebagai media layanan bimbingan pribadi bagi siswa kelas VII SMP N 1 Yogyakarta.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan prosedur pengembangan Borg and Gall yang meliputi penelitian awal dan pengambilan data, perencanaan, pengembangan prototipe produk, validasi ahli, uji coba produk awal, revisi hasil validasi ahli, uji coba lapangan utama, revisi uji coba lapangan utama, uji coba lapangan operasional dan revisi ahkir. Pada uji validasi terdapat dua ahli yang terlibat yaitu ahli materi yang mengerti tentang bimbingan pribadi dan ahli media yang mengerti tentang komik. Dalam penentuan subyek dilakukan dengan teknik random sampling untuk jumlah subyek pada uji coba lapangan awal sebanyak 5 siswa, uji coba produk lapangan utama sebanyak 15 siswa, sedangkan pada uji lapangan operasional sebanyak 30 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan dari beberapa langkah penelitian yang sudah dilakukan, diketahui dari uji ahli media komik dinilai dengan persentase 76,92% yang dikategorikan sangat baik. Masukan yang diberikan adalah penataan pada layout. Hasil uji ahli materi, komik dinilai dengan persentase 66,4% yang dikategorikan baik. Masukan yang diberikan adalah penggantian judul pada cover komik. Hasil uji coba produk lapangan awal, komik dinilai 79,1%. Masukan yang diberikan penggantian cover komik dan penambahan warna pada cover. Hasil uji coba produk lapangan utama, komik dinilai dengan persentase 80,29% yang dikategorikan sangat baik. Masukan yang diberikan siswa cover masih kurang menarik dan mimik wajah tokoh masih kurang terlihat. Pada tahap uji lapangan operasional diperoleh persentase 76,37% yang dikatakan sangat baik. Masukan yang diberikan siswa adalah penambahan layanan bimbingan pribadi nedd for power pada siswa.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan limpahan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Pengembangan Komik Need For Power Sebagi Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta”.
Sebagai ungkapan syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas dukungan dan kerja sama yang baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memfasilitasi kebutuhan akademik selama penulis menjalani masa studi.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi.
4. Bapak Dr. Muh. Farozin, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan serta masukan kepada penulisselama penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UNY atas ilmu yang bermanfaat selama penulis menyelesaikan studi.
6. Kepala SMP N 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Ibu Dra. Endang Tri Zulaeini selaku guru BK SMP N 1 Yogyakarta atas kerjasama dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian.
8. Seluruh guru, staff TU, dan siswa kelas VII di SMP N 1 Yogyakarta atas kerjasama dan bantuannya.
9. Kedua Orang tuaku tercinta, Bp. Sunyoto, B. E. dan Alm Ibu. Sri Mulyani, S. Pd. yang tiada henti selalu memberikan dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan dunia- akhirat.
10. Devi Puspita Sari, S. T. yang tercinta atas perhatian dan Support yang diberikan, selalu bersedia di repotkan.
(9)
11. Berlita, Mitta, Sandi, Dady yang sering memberikan masukan dan semangat selama mengerjakan skripsi.
12. Ryan Kristianto (kocang) yang telah membantu dalam pembuatan komik. 13. Teman-teman The B’Gundalz, teman The Big Boss, semua
teman-teman B3 dan seluruh teman-teman-teman-teman angkatan 2010 BK UNY lainnya yang telah banyak memberi tawa dan cerita.
14. Siska, Tomi, Murphy, Yati, Kindi sebagai teman satu bimbingan.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang juga ikut berperan dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran, komentar, dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 25 Juni 2014
(10)
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Spesifikasi Produk ... 10
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Need for Power ... 12
1. Pengertian Need for Power ... 12
2. Bentuk-bentuk Need for Power... 14
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Need for Power ... 20
4. Ciri-Ciri Need for Power... 23
B. Komik ... 25
(11)
2. Bentuk-Bentuk Komik ... 27
3. Kelebihan dan Kekurangan Komik ... 29
a. Kelebihan Komik ... 29
b. Kekurangan Komik ... 32
4. Cara Membuat Komik ... 34
C. Bimbingan Pribadi ... 38
1. Pengertian Bimbingan Pribadi ... 38
2. Tujuan Bimbingan Pribadi ... 40
3. Bimbingan Pribadi dalam Bimbingan dan Konseling... 42
4. Implikasi Penggunaan Komik sebagai Media Bimbingan ... 46
D. Perkembangan Remaja... 47
1. Pengertian Remaja ... 47
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 48
3. Perkemabangan Emosi Remaja... 49
4.Perkembangan Sosial Remaja... 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Pengembangan ... 54
B. Tempat dan Waktu Pengembangan... 59
C. Uji Coba Produk ... 59
1. Desain Uji Coba ... 59
2. Subjek Uji Coba ... 61
3. Jenis Data ... 62
4. Instrumen Pengumpulan Data ... 63
5. Teknik Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN A. Penelitian Awal dan Analisis Kebutuhan ... 70
B. Perencanaan ... 71
C. Pengembangan Produk... 72
1. Pra Penulisan... 72
2. Pembuatan Komik... 72
(12)
1. Hasil Uji Ahli Materi ... 74
2. Hasil Uji Ahli Media... 75
E. Uji Coba Lapangan Awal... 76
F. Revisi Produk Awal ... 77
1. Revisi Ahli Materi... 78
2. Revisi Ahli Media ... 79
G. Uji Coba Lapangan Utama... 80
H. Revisi Produk Uji Coba Lapangan Utama ... 82
I. Uji Lapangan Operasional ... 83
J. Revisi Produk Uji Lapangan Operasional... 84
K. Produk Akhir... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 85
C. Keterbatasan Pengembangan ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
(13)
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Ahli Materi ... 63
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Ahli Media... 65
Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Siswa... 65
Tabel 4. Skala Penilaian ... 68
Tabel 5. Hasil Angket Uji Validasi Ahli Materi ... 74
Tabel 6. Hasil Angket Uji Validasi Ahli Media... 76
Tabel 7. Hasil Angket Uji Coba Produk Lapangan Awal ... 77
Tabel 8. Hasil Angket Uji Coba Produk Lapangan Utama ... 81
(14)
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Alur Prosedur Pengembangan Komik Need for Power bagi siswa
Kelas VII ... 58
Gambar 2. Cover Produk Awal ... 73
Gambar 3. Revisi Cover Ahli Media... 78
Gambar 4. Revisi Judul Komik... 78
Gambar 5. Revisi Kata Pengantar Pada Komik ... 79
Gambar 6. Revisi Desain Layout ... 79
Gambar 7. Revisi Mimik Wajah ... 80
Gambar 8. Revisi Cover Depan dan Belakang... 82
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Lembar Observasi... 92
Lampiran 2. Form Angket Validasi Ahli Materi... 94
Lampiran 3. Form Angket Validasi Ahli Media ... 99
Lampiran 4. Form Angket Siswa ... 105
Lampiran 5. Hasil Angket Validasi Ahli Materi ... 110
Lampiran 6. Hasil Angket Validasi Ahli Media ... 121
Lampiran 7. Hasil Angket Siswa Uji Coba Produk Lapangan Utama ... 128
Lampiran 8. Hasil Angket Siswa Uji Lapangan Operasional ... 144
Lampiran 9. Analisis Hasil Angket Validasi Ahli Materi... 160
Lampiran 10. Analisis Hasil Angket Validasi Ahli Media ... 161
Lampiran 11. Analisis Hasil Angket Siswa Uji Coba Produk Lapangan Utama.. 162
Lampiran 12. Analisis Hasil Angket Siswa Uji Lapangan Operasional ... 163
Lampiran 13. Buku Panduan Penggunaan Komik ... 164
(16)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sejak lahir manusia adalah mahkluk hidup yang dikaruniai oleh Tuhan dengan tiga macam kebutuhan yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan umum. Makan, rasa ingin tahu, dan berinteraksi sosial merupakan beberapa contoh pemenuhan kebutuhan manusia untuk bisa hidup di dunia. Kebutuhan juga diartikan sebagai sesuatu keadaan internal yang meyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Ketiga kebutuhan tersebut harus bisa seimbang dalam memenuhi kebutuhannya agar kelangsungan hidupnya terus menerus berjalan dengan baik.
Di era globalisasi ini manusia dituntut untuk mempunyai mobilisasi yang sangat tinggi sehingga kebutuhan manusia menjadi meningkat. Banyak para ahli meneliti tentang kebutuhan manusia salah satunya adalah kebutuhan untuk berkuasa (n-pow). Menurut McClelland (1995: 254) need for power merupakan kekuasaan menanamkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan siapa saja yang diajak berinteraksi.
Need for power identik dengan jiwa dari seorang pemimpin, segala sesuatu untuk meraih tujuan pasti membutuhkan proses. Kepemimpinan perlu dikembangkan agar memiliki kepercayaan diri, motivasi, kreatifitas dan inovasi sehingga setiap orang yang tampil menjadi pemimpin bisa mempengaruhi para anggotanya untuk saling bekerja sama supaya bisa
(17)
ini ditegaskan juga oleh Yukl (2010: 2) kepemimpinan adalah subjek yang telah lama menarik perhatihan banyak orang. Ini memerlukan keterampilan untuk membangun hubungan dengan orang lain dan mengorganisir berbagai sumber daya secara aktif. Penguasaan kepemimpinan ini terbuka oleh siapa saja.
Individu yang memiliki need for power cenderung suka mengikuti kegiatan yang memiliki tingkat persaingan tinggi. Salah satu contoh yang menunjukkan need for power tinggi adalah kompetisi olahraga. Dengan berolahraga menunjukan bahwa kebutuhan terhadap kekuasaan di sekolah para siswa laki-laki adalah sangat berhubungan dengan keunggulan dalam olahraga seperti futsal, bola basket, atau voli, dimana terdapat semacam persaingan saling berhadap-hadapan. Menurut Suaramedia (2008: 336) terdapat dua manfaat yang didapat dari kegiatan olahraga yang kompetitif, diantaranya Anak-anak belajar untuk aktif dan belajar begaimana bekerjasama dalam sebuah tim dan merasa percaya diri terhadap kemampuan diri mereka.
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mengambil momentum maju ke depan. Momentum inilah yang membantu seseorang mampu mengatasi rintangan. Dengan pembekalan keterampilan kepemimpinan bagi anak-anak, memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat meningkatkan kecakapan hidup dan menunjukkan bakat dan kecerdasan asli ke dunia luar.
(18)
Namun kenyataannya akhir-akhir ini di Indonesia mengalami krisis kepemimpinan. Para pemimpin di Indonesia cenderung menonjolkan popularitas daripada kompetensi. Banyak kasus yang menimpa para pemimpin di Indonesia dari kasus korupsi sampai kasus asusila yang menodai kepemimpinan di Indonesia. Sehingga masyarakat tidak lagi menemukan karakter kepemimpinan yang bisa memajukan bangsa ini.
Di era teknologi informasi yang semakin maju, rakyat bisa mengamati dan menilai track record para pemimpin. Sebagai contoh, baru-baru ini bangsa Indonesia digemparkan kasus korupsi impor daging.
Ada juga kasus korupsi yang banyak menyeret para pemimpin. Kasus wisma atlet Hambalang yang menyeret mantan Menpora, dan mantan ketua umum sebuah partai. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan kerugian yang dialami negara karena kasus Hambalang berkisar kurang lebih mencapai Rp 10 Miliar. Menurut juru bicara KPK dalam (solopos.com, 2012) dugaan sementara KPK negara mengalami kerugian sekitar Rp 10Miliar untuk anggaran 2010. Akan tetapi perhitungan tersebut akan ditindak lanjut lagi supaya lebih sempurna dengan perhitungan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sampai sekarang masih melakukan audit investigasi proyek yang menjerat banyak para pejabat negara yang terlibat dengan pembangunan Hambalang.
Ada juga kasus simulator SIM yang pelakunya pemimpim tertinggi di Kepolisian, yang seharusnya menegakkan hukum dan mengayomi masyarakat malah menjadi pelaku korupsi.
(19)
Aditya Dananjaya (2012), juga memaparkan kasus dugaan korupsi dalam pengadaan simulator SIM dimenangkan oleh PT Citra Mandiri Metalindo Abadi melalui tender akan mengadakan 700 simulator motor dengan nilai mencapai Rp. 54,453 Miliar dan 552 buah simulator mobil dengan nilai Rp. 142,415 Miliar pada tahun 2011 lalu. Kemudian KPK menyelidiki dengan mengumpulkan beberapa bukti dari berbagai sumber informasi sehubungan adanya dugaan suap terhadap pemimpin tertinggi Polri dengan dugaan penggelembungan harga dari simulator tersebut. Pada tanggal 27 Juli 2012 KPK menaikan kasus ini secara resmi dan menetapkan petinggi di kepolisian sebagai tersangka, dan pada tanggal 30 Juli 2012 KPK menggeledah kantor Korlantas Polri. Suap juga dikabarkan mengalir ke sejumlah anggota Korlantas hingga pejabat Kepolisian. Namun, penggeledahan tidak berjalan mulus dikarenakan dari pihak Bareskrim menghalangi proses penggeledahan dan KPK juga tidak bisa membawa barang bukti.
Sekarang ini kepercayaan yang diberikan rakyat untuk para pejabat seakan-akan langka atau bahkan hilang karena ulah mereka yang sering membuat kecewa jutaan rakyat Indonesia. Jika kita melihat dari segi materi, mereka adalah orang yang sangat mampu karena mereka mendapatkan fasilitas-fasilitas yang sangat teristimewa dari negara yang tak lain dari uang hasil keringat rakyat. Dengan melihat fasilitas-fasilitas yang istimewa mereka masih belum bisa menjadi karakter pemimpin yang amanah.
(20)
Dengan melihat dari bukti-bukti yang terdapat di atas, masyarakat sudah merasa jenuh dengan kelakuan para pemimpin yang tidak bisa mengemban amanah dari rakyat untuk manjadikan negara ini menjadi negara yang baik. Masyarakat di Indonesia hanya bisa melihat dan duduk manis dan berharap hukum yang akan menyelesaikan dan mengadili mereka para pejabat yang korup.
Jika ini dibiarkan terus menerus mau di bawa kemana negara Indonesia yang katanya negara besar jika para pemimpinnya memiliki moral yang tercela. Sudah saatnya kita bisa belajar dari kesalahan dan mulai berbenah. Seorang pemimpin mempunyai jiwa melayani dan mempunyai rasa tanggung jawab supaya bisa diandalkan. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar impian, tujuan, kebutuhan, dan harapan dari mereka yang dipimpin.
Pemimpin muncul bukan dari jabatan dan pangkat, pemimpin muncul dari dalam diri setiap manusia yang ingin menjadi pemimpin baik untuk dirinya sendiri, keluarga, lingkungan, dan negara.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi menjadi seorang pemimpin. Mengembangkan keterampilan memimpin sejak dini akan dapat membantu anak dalam menetapkan landasan yang kuat untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan keterampilan kepemimpinan tersebut maka anak dapat memahami tanggung jawab, ketekunan, disiplin dan empati bagi orang lain. Keterampilan ini wajib bagi siapa saja yang ingin mencapai sukses dalam bidang pribadi mereka.
(21)
Menurut data yang ada di lapangan, peneliti merasa prihatin dengan karakter diri dan moral para pemimpin yang tidak bisa mengemban amanah dan belum bisa menyalurkan aspirasi rakyat Indonesia. Disini peneliti ingin menanamkan nilai-nalai need for power sejak dini dengan menggunakan sebuah komik yang dapat mengatasi problem-problem. Dengan menggunakan media komik dapat manarik minat siswa untuk mudah memahami betapa pentingnya belajar kepemimpinan untuk masa depan. Dengan melihat adanya potensi setiap individu memiliki jiwa pemimpin, peneliti ingin menanamkan jiwa need for power pada siswa SMP. Kepemimpinan harus diajarkan, ditingkatkan dan diasah sejak dini.
Berdasarkan indikator need for power yang ada, gejala yang muncul pada siswa adalah pada pemilihan ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Disini banyak siswa hanya berdiam diri saja dan tidak ada kemauan dalam diri mereka sendiri untuk mencalonkan dirinya sendiri menjadi ketua OSIS di sekolah. Siswa masih belum bisa mengambil keputusan karena takut bersaing dengan teman-temannya.
Peneliti mencoba melakukan wawancara dan observasi di SMP N 1 Yogayakarta dalam pemberian materi tentang kepemimpinan, guru bimbingan dan konseling masih menggunakan bimbingan klasikal. Dari hasil wawancara dan observasi dengan guru bimbingan dan konseling, siswa kurang antusias bila materi disampaikan secara klasikal karena banyak siswa yang kurang konsentrasi saat materi disampaikan. Siswa
(22)
sering berbuat gaduh sendiri dan merasa bosan untuk mendengar penjelasan dari guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling juga sesekali menggunakan media bimbingan yang berupa leaflet, akan tetapi antusias siswa masih kurang karena leaflet hanya menyajikan tulisan yang sangat banyak dan bergambar tapi hanya beberapa gambar yang disajikan.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa juga mengungkapkan mereka merasa bosan dengan cara mengajar yang klasikal karena sulit mengikutinya. Jika sudah ketinggalan dalam memeperhatikan guru yang berbicara di depan kelas mereka biasanya bicara sendiri dengan temannya dan membuat gaduh. Sehingga materi guru bimbingan dan konseling yang disampaikan tidak sampai ke siswa secara maksimal.
Hasil dari observasi pada saat istirahat siswa banyak yang suka membaca di depan kelas mereka masing-masing. Kebanyakan mereka membaca komik-komik kesukaan mereka yang mereka bawa dari rumah dan ada juga yang membaca novel dan buku-buku pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Peneliti mencoba bertanya yang suka membaca komik, Menurut mereka komik adalah bacaan yang mudah dipahami dan mereka bisa mengerti alur cerita yang digambarkan dikomik tersebut. Ada juga mereka menyukai tokoh utamanya karena hebat, cantik, dan punya jiwa leadership jika komik yang menceritakan tentang kelompok.
(23)
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan media bimbingan yang mudah dimengerti khususnya anak SMP N 1 Yogyakarta. Media tersebut adalah media yang dapat mengatasi problem-problem di atas dan dapat menarik minat siswa untuk mengarahkan dan membimbing siswa supaya bisa lebih baik. Salah satu media yang dimaksud adalah komik yang bertampilan gambar yang menarik yang berisi bimbingan agar siswa mudah memahami isi dan makna bimbingan yang ada didalamnya. Siswa yang sedang memasuki pada masa remaja awal, biasanya mereka lebih suka bacaan yang bergambar dan menarik dan mudah dimengerti sehingga media komik sangat cocok untuk media bimbingan anak SMP. Dengan kemauan yang timbul dalam dirinya sendiri tentunya dengan sendirinya mereka bisa menyerap bimbingan yang diperoleh dan sebagian besar akan terekam dalam ingatannya.
Komik sebagai media bimbingan dapat dikembangkan dalam pelaksanan bimbingan pribadi. Komik dijadikan media bimbingan yang efektif sehingga siswa akan tertarik membacanya tanpa harus dibujuk dan merasa bosan mendengarkan uraian bimbingan yang disampaikan guru. Penyampaian pesan-pesan bimbingan pribadi melalui media komik dapat menarik minat siswa. Hal ini mengingat kelebihan komik sebagai media grafis yang memiliki karakteristik sebagai berikut: sederhana, jelas, mudah dan bersifat personal (Ahmad Rohani, 1997: 77).
Atas dasar latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan pengembangan materi bimbingan pribadi tentang need for power dalam
(24)
bentuk komik dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Komik Need For Power Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang mucul dan akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Kurangnya penanaman jiwa need for power sejak dini sebagai krisis
kepemimpinan.
2. Banyaknya kegiatan organisasi di sekolah masih kurang menunjukan adanya kebutuhan terhadap kekuasaan.
3. Masih kurangnya variasi dalam media pembelajaran untuk layanan bimbingan khususnya bimbingan pribadi
4. Belum adanya media komik untuk layanan bimbingan khususnya layanan bimbingan pribadi.
C. Batasan Pengembangan
Agar penelitian ini lebih terarah, maka pengembangan media komik yang difungsikan sebagai media penelitian ini dibatasi pada:
Peneliti mengangkat materi bimbingan pribadi tentang pengembangan komik need for power sebagai media layanan bimbingan pribadi pada siswa kelas VII di SMP 1 Yogyakarta dengan tema olahraga.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana langkah-langkah sistematis pengembangan
(25)
komik tentang need for power dapat sebagai media layanan bimbingan khususnya bimbigan pribadi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini yaitu menyusun komik need for power yang mengangkat tema olahraga sebagai bentuk pelaksanaan media layanan bimbingan.
F. Spesifikasi Produk
Produk yang diharapkan dalam penelitian ini terdapat spesifikasi berikut :
1. Produk yang dihasilkan berupa komik berwarna bagian cover, gambar komik hitam putih, dan terdapat cerita yang berkaitan dengan bimbingan pribadi tentang need for power bertemakan olahraga.
2. Di dalam penelitian ini peneliti membuat comic book yaitu komik berbentuk buku berisikan suatu cerita dan memiliki halaman-halaman yang juga mempunyai informasi komersil dan tentang biografi komikus. 3. Komik berukuran A5 dan tersaji dengan 20 halaman.
G. Manfaat Penelitian
Pengembangan media komik need for power sebagai media layanan bimbingan pribadi ini diharapkan mempunyai manfaat secara teoritis dan praktis yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Menyumbangkan pengembangan media Bimbingan dan Konseling khususnya pengembangan media layanan bimbingan pribadi.
(26)
b. Menyumbangkan layanan bimbingan pribadi dengan pengembangan materi need for power yang bertema olahraraga untuk perkembangan pribadi para siswa dalam bentuk media komik.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa, membantu siswa untuk memperoleh pengalaman belajar dan membangkitkan need for power dalam diri siswa.
b. Bagi guru bimbingan dan konseling, sebagai media untuk menyampaikan bimbingan pribadi kepada siswa.
c. Bagi peneliti selanjutnya, bisa dijadikan bahan pertimbangan pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
(27)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Need For Power
1. Pengertian Need For Power
Tingkah laku seseorang timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan-kebutuhannya adalah kebutuhan berkuasa (need for power). Kebutuhan berkuasa dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian ditunjuk sebagai orang yang bisa dipercaya untuk mengatur orang lainnya.
Menurut Mc Clelland (Safaria Triantoro, 2004: 180) need for power adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Ahli lain juga mempunyai pemikiran mendefinisikan kekuasaan adalah kemampuan membuat orang lain melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lainnya Gibson (1997: 480).
Pendapat lain yang menguatkan pendapat dua ahli diatas bahwa kekuasaan digunakan untuk menjelaskan kapasitas absolut seseorang untuk mempengaruhi perilaku atau sikap seseorang pada satu waktu tertentu (Yukl, 2010: 173). Kekuasaan secara sederhana bisa diartikan
(28)
sebagai kemampuan menyeluruh orang lain untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan sesuatu itu mungkin bukan pekerjaan yang mereka suka lakukan. Maka kekusaan pada dasarnya adalah ketrampilan antar pribadi yang kuat (Buhler, 2004: 310). Sedangkan menurut Miftah Toha (2006: 331) mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Ini merupakan sumber yang memungkinkan seorang pemimpin mendapatkan hal untuk mengajak atau mempengaruhi orang-orang lain. Reksohadiprodjo, Sukanto, dkk (2001: 125) juga memiliki gagasan tentang kekuasaan yang diartikan sebagai kemampuan untuk mempunyai pengaruh. Mempunyai kekusaan berarti mempunyai kemampuan untuk mengubah perilaku atau sikap individu-individu lain.
Setelah mengetahui pengertian need for power dari para ahli diatas, maka peneliti ingin membatasi pengertian motivasi berkuasa adalah sebuah dorongan kebutuhan untuk memiliki kekuasaan. Kepemimpinan menurut Danim Sudarwan (2004: 55-56) adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang. Rivai (2006: 3) mengartikan secara sederhana kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada
(29)
hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Seseorang yang menaruh respek pada seorang pemimpin, mangamati apa yang diperbuat pemimpin sehingga mampu mengetahui siapa sebenarnya pemimpin tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Bernadie R Wirjana dan Susilo Supardo (2005: 17) kepemimpinan segala hal yang dilakukan pemimpin yang membuat tujuan organisasi tercapai dan kemudian membawa kesejahteraan bagi para anggotanya. Dominasi dalam kepemimpian berupa penguasaan mayoritas dalam kelompok.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa need for power atau kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan untuk mempunyai pengaruh dengan siapa ia melakukan interaksi dan kemampuan membuat orang lain mengerjakan sesuatu yang diinginkan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Untuk menjadi pemimpin yang berkuantitas dan berkualitas jiwa kepemimpinan harus diajarkan sejak dini khususnya pada siswa kelas VII SMP 1 Yogyakarta.
2. Bentuk Need For Power
McClelland (1995: 258) membagi need for power menjadi dua, yaitu kebutuhan kekuasaan pribadi dan sosial, selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Kekuasaan pribadi
Kekuasaan pribadi ditandai oleh cara ketundukan kekuasaan. Kekuasaan pribadi tidak sering membawa pada kepemimpinan
(30)
yang efektif dengan alasan bahwa orang semacam itu cenderung memperlakukan orang-orang lain sebagai alat agar tujuan pribadinya dapat tercapai.
b. Kekuasaan sosial
Kekuasaan sosial menitik beratkan pada perhatian pada tujuan-tujuan kelompok, untuk mencapai tujuan-tujuan-tujuan-tujuan tersebut yang akan menggerakkan orang-orang, untuk membantu kelompok dan mencari inisiatif yang baik agar tujuan dapat tercapai. Pemimpin memberikan anggota kelompok perasaan mampu membangkitkan semangat agar anggota bekerja keras dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan dua macam kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kebutuhan kekuasaan pribadi dan sosial, pada penelitian ini yang ingin ditingkatkan adalah kebutuhan kekuasaan sosial. Hal ini dikarenakan kebutuhan kekuasaan sosial memliki tujuan mempengaruhi orang lain guna kepentingan kelompok, meggerakkan anggota untuk ikut bekerja agar tujuan kelompok dapat tercapai. Sedangkan kebutuhan pribadi lebih menganggap anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi, kekuasaan pribadi juga dipandang negatif. Hal ini diperjelas kembali oleh Lathuns (2005: 273) bahwa kekuasaan sosial yang merupakan karakteristik pemimpin yang efektif ditujukan untuk mengembangkan kepercayaan dan respek dari pengikut dan berhubungan dengan visi pemimpin.
(31)
Fiedler (Rivai, 2006: 70) mengemukakan suatu pendekatan terhadap kekuasaan yang menyatakan bahwa semua kepemimpinan tergantung pada keadaan atau situasi. Kekuasan situasional, kepemimpinan harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan mengidentifikasikan kondisi anggota yang dipimpinnya.
Pendapat lain tentang bentuk need for power ditambahkan oleh Kartini Kartono (2006: 81-87) menjadi enam, yaitu :
a. Paternalis
Kepemimpinan paternalis menganggap bahwa anggotanya sebagai orang yang belum bisa dewasa atau bisa dikatakan sebagai anak sendiri yang perlu dikembangkan. Pemimpin jarang memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengambil keputusan sendiri dan sulit untuk berinisiatif.
b. Militeristis
Kekuasaan militeris meggunakan sistem perintah/komando terhadap anggotanya sehingga kepatuhan mutlak untuk para anggotanya. Pemimpin menuntut adanya disiplin keras dan tidak memberlakukan saran, usul, dan kritikan-kritikan dari bawahan sehingga jalur komunikasinya hanya berlangsung searah saja. c. Otokratis
Kekuasaan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan
(32)
sebagai pemain tunggal karena berambisi sekali merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan anggotanya. Para anggota tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anggota diberikan atas pertimbangan pribadi sendiri.
d. Laissez faire
Pada kepemimpinan laissez faire pemimpin tidak memikirkan kelompoknya berbuat semaunya sendiri. Disini pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Tanggung jawab harus dilakukan oleh para anggotanya sendiri. Kepemimpinan ini biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan atau berkat sistem nepotisme.
e. Populis
Kekuasaan polpulis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan dari pihak asing. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan nasionalisme.
f. Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para para pengikutnya. Kepemimpinan ini menghargai potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat dan sugesti para anggota.
(33)
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memilih kekuasaan yang demokratis. Kekuasan secara demokratis semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pemecahan masalah, dam pembuatan rencana-rencana. Pemimpin yang demokratis mempunyai fungsi katalisator untuk mempercepat kerja sama demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya.
French dan Raven ( Garry Yukl 2010: 174) juga menjelaskan tentang berbagai bentuk kekuasaan. Ada lima bentuk kekuasaan sebagai berikut :
a. Kekuasaan memberi penghargaan (Reward power)
Persepsi dari seseorang bahwa pemimpin mempunyai kendali terhadap sumber daya yang penting dan penghargaan yang diinginkan orang tersebut. Disini pemimpin menawarkan jenis penghargaan yang diinginkan angagota kelompok tersebut dan jangan memberikan janji lebih dari yang akan diberikan. Berikanlah penghargaan sesuai janji yang telah disepakati berasama.
b. Kekuasan yang memiliki legitimasi (Legitimate Power)
Seseorang patuh karena mereka percaya bahwa pemimpinnya memiliki hak untuk memerintah dan seseorang wajib untuk mematuhinya.Pemimpin melakukan permintaan harus dengan cara yang sopan dan jelas instruksinya dari permintaan. Permintaan
(34)
yang memiliki legitimasi harus dibuat dengan tegas dan dengan cara meyakinkan.
c. Kekuasaan memaksa (Coercive Power)
Seseorang patuh terhadap perintah untuk menghindari hukuman yang dilakukan oleh pemimpin. Kekuasaan memaksa diterapkan dengan cara mengancam atau memberikan peringatan kepada anggota kelompok bahwa dia akan mendapatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika tidak segera melaksanakan tugas dari pemimpin.
d. Kekuasaan berdasarkan Keahlian (Expert Power)
Seseorang patuh karena mereka percaya bahwa pemimpinnya memiliki pengetahuan khusus mengenai cara menyelesaikan suatu pekerjaan. Kekuasaan berdasarkan ahli diterapkan jika anggota kelompok mendapatkan kesulitan dalam menjalini permintaan yang diberikan oleh pemimpin.
e. Kekuasaan berdasarkan Referensi (Referent Power)
Seseorang patuh karena mereka mengagumi atau mengenal pemimpinnya dan ingin mendapatkan persetujuan dari pemimpin.Kekuasaan berdasarkan referensi biasanya pemimpin memberikan permintaanya kepada anggota yang bersahabat, menarik, mempunyai daya tarik dan dapat dipercaya oleh pemimpin.
(35)
Dari lima bentuk di atas, peneliti hanya menggunakan bentuk kekuasaan berdasarkan keahlian (Expert Power) karena seorang pemimpin memiliki pengetahuan yang unik mengenai cara terbaik mengatasi atau menyelesaikan masalah yang tidak dimengerti anggota kelompoknya. Pengetahuan khusus dan keterampilan teknis akan menjadi sumber kekuasaan jika para anggota kelompoknya tidak mengerti atau belum menguasai tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam kekuasann berdasarkan ahli pemimpin menjadi sunber informasi dan tempat bertanya yang sangat diandalakan.
Berdasarkan berbagai uraian penjelasan di atas mengenai bentuk-bentuk kekuasaan, di dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan kekuasaan demokrasi dan kekuasan berdasarkan keahlian. Hal ini dikarenakan bentuk kepemimipinan ini, pemimpin dan anggotanya bisa bertukar pikiran dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Need For Power
Iskandar Zulriska (2008: 1) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi need for power ada dua yaitu faktor internal dan eksternal, selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Individu cenderung merasa kurang puas terhadap apa yang sekarang telah didapatkan. Orang akan terus mengaktualisasikan
(36)
diri mencari posisi untuk memimpin mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah yang berasal dari lingkungan, seorang yang berkuasa akan dihargai dan dihormati oleh lingkungan sekitar. Dengan demikian banyak orang mengejar kedudukan demi mendapatkan penghargaan dari lingkungan.
Dua faktor di atas sangat berpengaruh terhadap peningkatan need for power, seseorang yang telah memeliki kedudukan, akan terus berusaha untuk melangkah ketingkat yang lebih tinggi lagi dengan mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, hal ini dikarenakan setiap individu membutuhkan tempat untuk mengaktualisasikan diri. Selain itu setiap orang membutuhkan penghargaan atas apa yang didapatkan dari orang lain, dengan menjadi pemimpin seseorang akan dihargai dan dihormati oleh lingkungan sekitar, dan kerja keras yang dilakukan selama ini untuk memajukan kelompokakan dihargai oleh orang lain. Hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap individu jika pengembangan need for power dapat sesuai dengan peningkatan kualitas pribadi secara produktif, saling ,menghargai dan mementingkan kepentingan sosial maka peningkatan need for power dapat menjadi lebih baik lagi.
(37)
Sedangkan Maxwell (Diyah Puspitarini: 2008) menjelaskan bahwa need for power seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pendidikan, sejauh mana tingkat pendidikan yang ditempuh karena hal ini berpengaruh dengan penguasaan wawasan dan pembangunan visi seorang pemimpin dalam mencapai tujuan. b. Pengalaman, yaitu perjalanan hidup yang pernah mengalami
menjadi pemimpinan sangat berpengaruh, baik kemampuan dalam menghadapi hambatan dan kondisi di lapangan.
c. Lingkungan, yaitu kondisi lingkungan dan interaksi antar personal didalamnya memberikan pengaruh terhadap perluasaan jaringan dan keterbukaan pola pikir pemimpin dalam memimpin.
d. Keluarga, yaitu dukungan yang penuh dari anggota keluarga dan pemberian kondisi yang nyaman sangat memungkinkan mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin.
Contor (1998: 48) juga memiliki pemikiran tentang faktor-faktor mempengaruhi terhadap need for power yaitu :
a. Personal, faktor yang paling kuat adalah agresif kreatif, perhatian yang lebih pada pengambilan inisiatif terhadap suatu kondisi tertentu, kekuatan dalam menyatakan sikap, dan kemampuan memimpin orang lain.
b. Keluarga, dukungan dari keluarga merupakan faktor paling penting, selain kehidupan keluarga yang baik, nilai keluarga serta
(38)
pola pendidikan dalam keluarga menjadi pembentukan karakter yang kuat dan kokoh.
c. Pendidikan, jenjang pendidikan yang telah ditempuh berbanding lurus dengan penguasaan terhadap informasi yang teraktual serta kemajuan dalam mengembangkan visi dan misi untuk mencapai tujuan.
d. Pengalaman masa kecil, pola pengasuhan sampai dengan prestasi seseorang dalam memimpin semisal menjadi ketua osis memberikan kepercayaan diri yang bisa menjadi kekuatan dalam mengarahkan mencapai tujuan.
Dari beberapa uraian beberapa, need for power tidak bisa dimunculkan begitu saja. Ada tahap-tahap proses pembelajaran dalam kepemimpinan sudah dimulai ketika masih dini dan tentunya peran-peran orang yang ada disekitar dan lingkungan sekitar sangat mendukung.
4. Ciri-ciri Need For Power
Motif kekuasaan dapat muncul kapan saja, banyak cara yang dilakukan individu untuk mendapatkan kekuasaan dan memperlihatkan bahwa ia memiliki motif berkuasa. Individu yang didorong oleh kebutuhan untuk berkuasa yang tinggi akan nampak tingkah laku seperti yang dikemukakan Mc.Clelland (1995: 9) ciri-ciri tingkah laku individu yang didorong motif berkuasa sebagai berikut:
(39)
a. Mengumpulkan barang-barang bergengsi atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise.
b. Mengikuti kegiatan yang penuh persaingan/kompetitif. c. Sangat aktif mengikuti organisasi dimana ia berada.
Seiring berjalannya waktu, banyak penelitian yang dilakukan mengenai motif berkuasa. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Winter (1987: 42) yang menggambarkan ciri-ciri individu yang memiliki need for power adalah sebagai berikut:
a. Kuat, tindakan-tindakan penuh semangat yang berpengaruh pada orang lain memaksa, usaha untuk meyakinkan atau mempengaruhi, menolong orang lain, dan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan.
b. Tindakan-tindakan yang serta merta muncul membangkitkan emosi yang kuat pada orang lain.
c. Memusatkan perhatian pada reputasi dan prestis.
Peningkatan kualitas manusia melalui pengembangan pribadi dapat dihindari dan lebih menekankan pada motif kekuasaan sosial.
Iskandar Zulriska (2008: 1) mengemukakan beberapa ciri seseorang dikategorikan memliki need for power, diantaranya:
a. Memiliki kesenangan dalam menasehati orang lain b. Memberikan opini atau penilaian.
(40)
d. Berbicara lancar dan banyak bicara
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai ciri-ciri motif berkuasa yang dimiliki individu, maka dapat disimpulkan motif berkuasa memiliki dua pandangan, yang bersifat positif dan negatif. Motif berkuasa dianggap positif apabila bersifat sosial, dengan kata lain berusaha mempengaruhi orang lain agar tujuan kelompok dapat tercapai, sedangkan motif berkuasa dianggap negatif apabila bersifat pribadi, mempengaruhi orang lain demi kepenyingan pribadinya. Berkaitan dengan dua pandangan motif berkuasa, pada penelitian ini ingin ditingkatkan motif berkuasa yang bersifat sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan komponen yang terdapat dalam need for power sosial ditandai dengan:
a. Mengikuti kegiatan yang penuh persaiangan/kompetitif b. Aktif mengikuti organisasi dimana ia berada
c. Berusaha untuk meyakinkan atau mempengaruhi d. Senang menasehati orang lain
e. Senang memberikan opini dan penilaian f. Komunikasi yang efektif
B. Komik
1. Pengertian komik
Komik adalah bacaan yang sangat disukai semua kalangan usia, kalangan yang paling mayoritas bagi anak-anak dan remaja. Namun sampai saat ini banyak sekali komik di pasaran atau di perpustakaan yang
(41)
diterbitkan dalam rangka tujuan komersial yang sifatnya tidak mendidik dan mengarahkan pembaca kepada hal-hal yang terlalu imajinatif dibanding komik-komik yang bertujuan untuk mendidik. Penggunaan media komik dalam pendidikan di sekolah masih sangat jarang dijumpai. Padahal jika dikaji lebih dalam, banyak hal-hal positif yang dapat dimanfaatkan dalam media komik.
Untuk pertama kalinya komik berasal dari Negara Yunani. Kata “komik” berasal dari kata “komikos”. Yowenus wenda (2009: 21) mengatakan komik adalah suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang eret dihubungkan dengan gambar dan dapat dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Hal yang senada juga dipaparkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2002: 64) yang mendefinisikan komik adalah cerita bergambar yang mudah dicerna dan lucu untuk menghibur semua orang. Boneff (2008: ix) berpendapat komik adalah sastra bergambar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan media komik adalah suatu cerita bergambar yang berisi urutan-urutan gambar yang dilengkapi naskah dan alur cerita yang dirancang untuk memberikan hiburan atau menyampaikan informasi kepada pembaca. Disini peneliti membuat komik sebagai media bimbingan untuk siswa SMP kelas VII SMP 1 Yogyakarta
(42)
2. Bentuk-Bentuk Komik
Secara garis besar menurut Trimo (Nur Mariyanah, 2005: 25) media komik dapat dibedakan menjadi dua yaitu komik strip (comic strip) dan buku komik (comic book).
a. Comic strip
Menurut Trimo (Nur Mariyanah, 2005: 25) komik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya. Pendapat lain juga memaparkan komik strip adalah jenis komik yang selalu terbit harian atau mingguan yang mempunyai susunan beberapa panel atau kolom saja. Di Indonesia komik strip sebagai komik yang pertama kali terbit pada tahun 1930 berupa komik humor karya Kho Wang Gie (Boneff, 2008: 9). Hal yang senada juga dipaparkan oleh Sungkono dan Eko (1992: 6) komik strip adalah suatu bentuk komik yang dimuat dalam bentuk jalur, diterbitkan berkala secara mingguan ataupun harian.
Dari uraian pendapatan di atas dapat disimpulkan komik strip adalah gambar yang disusun dan mempunyai alur cerita yang singkat. Isi dari cerita komik strip tidak hanya selesai begitu saja bahkan bisa juga menjadi cerita bergambar berseri/bersambung. Penyajian isi cerita komik strip berupa humor atau cerita petualangan berseri yang bisa diikuti setiap keluaraan hingga tamat.
(43)
b. Comic book
Menurut Trimo (Nur Mariyanah 2005: 25) dimaksud buku comic book adalah suatu komik yang berbentuk buku. Sependapat dengan pengertian di atas comic book adalah jenis komik berkemaskan komik berbentuk buku, yang berisi satu cerita dan biasanya memiliki informasi komersial (seperti agen penjualan komik, kuis tentang komik, dan juga informasi komik edisi lain) dan ada juga pengenalan komikus (Boneff, 2008: 9). Sungkono dan Eko (1992: 6) juga berpendapat yang senada comic book adalah suatu komik yang diterbitkan secara terberkas menjadi seperti buku.
Dari beberapa pendapat ahli yang di atas maka dapat disimpulkan comic book adalah komik cerita pendek, yang biasanya dikemas dalam buku komik yang berisikan cerita dan diterbitkan secara terberkas menjadi satu buku.
Dipandang dari segi isi, komik terbagi dalam beberapa jenis, yaitu: a. Komik kocak, yang isinya lucu dan penuh humor
b. Komik petualangan, yang isinya mengandung petualangan c. Komik fantasi, yang isinya fiksi dalam ilmu pengetahuan
d. Komik sejarah, yang isinya berdasarkan hal-hal yang telah dipakai dalam sejarah, termasuk hal-hal yang dianggap sebagai sejarah
e. Komik nyata dan klasik, yang isinya menceritakan kembali dengan gambar an teks karya-karya terkenal.
(44)
3. Kelebihan dan Kekurangan Komik
Sebagai salah satu media visual media komik memiliki kelebihan dan kekurangan, selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Komik
Komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan media komik dalam kegiatan belajar mengajar menurut Trimo (Nur Mariyanah, 2005: 26), dinyatakan:
1) Komik menambah pembendaharaan kata-kata pembacanya 2) Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan
yang abstrak
3) Bila mendapat bimbingan yang baik, dapat mengembangkan minat baca anak dari suatu pengetahuan
4) Pada sebagian gambar cerita, bila seluruh jalan ceritanya ditelusuri pada hakekatnya menuju satu hal yakni kebaikan atau studi yang lain
5) Gambar cerita (komik) justru melatih daya imajinasi anak sehingga sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan yaitu agar kelak menjadi anak yang kreatif.
Peranan pokok dari komik dalam pendidikan adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Melalui bimbingan guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap pemberian bimbingan yang
(45)
dilakukan. Penggunaan komik yang dipadukan dengan bimbingan dan metode mengajar guru dapat menjadikan komik sebagai media bimbingan yang efektif. Pemakaiannya yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita yang ringkas, dan perwatakan orang yang realistis dapat menarik semua siswa dari berbagai usia (Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, 2002: 68).
Ahmad Rohani (1997: 77) juga mengungkapkan kelebihan lain dari komik yang antara lain: sederhana, jelas, mudah, dan bersifat personal. Elizabeth Hurlock (1999: 338) juga mengungkapkan beberapa kelebihan dari komik yang menjadikan komik sangat disukai anak-anak, antara lain adalah:
1) Komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu 2) Gambar dalam komik cukup sederhana untuk dimengerti
3) Melalui identifikasi karakter di dalam komik, anak mendapatkesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenai masalah pribadi dan sosialnya
4) Komik mudah dibaca dan dipahami, bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat memahami arti dari gambarnya
5) Komik memberi pelarian sementara dari hiruk pikuk hidup sehari-hari
6) Komik tidak mahal
(46)
Berdasar beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan media komik antara lain yaitu:
1) Gambar cerita (komik) memiliki unsur sederhana, jelas, mudah dimengerti dan dapat menambah pembendaharaan kata bagi pembaca
2) Mempermudah peserta didik menangkap hal-hal atau rumusan yang bersifat abstrak
3) Bila mendapat bimbingan yang baik, komik justru akan mengembangkan minat baca dari suatu bidang pengetahuan 4) Penggunaan komik yang dipadukan dengan bimbingan dan
metode mengajar guru dapat menjadi komik sebagai media bimbingan yang efektif
5) Melalui identifikasi karakter di dalam komik, anak mendapat kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenai masalah pribadi dan sosialnya
6) Gambar cerita (komik) justru melatih daya imajinasi anak sehingga sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan yaitu agar kelak menjadi anak yang kreatif
7) Komik memberi pelarian sementara dari hiruk pikuk hidup sehari-hari sehingga dapat menghibur dan memberi rasa gembira
(47)
b. Kekurangan Media Komik
Media komik selain mempunyai kelebihan juga memiliki kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu. Menurut Trimo Sudjono (1997: 21) dalam kelemahan media komik antara lain:
1) Kemudahan orang membaca komik membuat malas membca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar
2) Ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata kotor ataupun kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
3) Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku yang sinting (perverted)
4) Banyak adegan percintaan yang menonjol
Adapun argumen yang menentang komik menurut Hurlock (1999: 399) adalah:
1) Komik mengalihkan perhatian anak dari bacaan lain yang lebih berguna
2) Karena gambar menerangkan cerita, anak yang kurang mampu membaca tidak berusaha membaca teks
3) Terdapat sedikit atau bahkan tidak ada kemajuan pengalaman membaca dalam komik
(48)
5) Cerita yang berkaitan seks, kekerasan, dan ketakutan terlalu merangsang dan sering menakutkan anak
6) Konflik menghambat anak melakukan bentuk bermain lainnya 7) Dengan menggambarkan perilaku antisosial, komik mendorong
timbulnya agresivitas dan dan kenakalan remaja
8) Komik menjadikan kehidupan sebenarnya membosankan terhadap orang-orang dan ini mendorong timbulnya prasangka
Berdasar beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa kekurangan media komik antara lain:
1) Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar.
2) Terdapat sedikit atau bahkan tidak ada kemajuan pengalaman membaca dalam komik.
3) Cerita yang berkaitan dengan seks, kekerasan, dan ketakutan terlalu merangsang dan serig menakutkan anak.
4) Komik menghambat anak melakukan bentuk bermain lainnya. 5) Komik menjadikan kehidupan sebenarnya membosankan dan
tidak menarik.
6) Komik menimbulkan stereotipe terhadap orang-orang dan mendorong timbulnya prasangka.
(49)
4. Cara Pembuatan Komik
(Megha, 2013) Ada beberapa teknik dasar dalam pembuatan komik, diantaranya :
a. Penentuan Proporsi
Tujuannya untuk mempermudah dalam menentukan postur tubuh sebuah tokoh, biasanya konsep porsi ini menggunakan pola proporsi tubuh untuk membuat contoh-contoh awal dan menentukan akan seperti apakah bentuk badan si tokoh tersebut nantinya.
b. Ekspreksi Wajah
Cara yang paling mudah dalam langkah ini adalah dengan melihat wajah kita sendiri di cermin dan menggambarkannya. Emosi dari sebuah tokoh juga dapat diekspresikan dalam bentuk gerak tubuh, contohnya dengan mengepalkan tangan sebagai tanda menahan marah, atau tersenyum lebar sebagai tanda bahagia.
c. Eksyen
Eksyen adalah perpaduan antara emosi wajah dan porsi sebuah tokoh komik yang ditambah dengan gerakan, dengan tujuan agar pembaca dapat mendeskripsikan adegan dalam komik.
d. Balon Kata
Balon kata adalah kolom percakapan atau kalimat dalam sebuah komik. Balon kata punya pengaruh besar dalam sebuah pengekspresian kalimat, seorang komikus juga dituntut untuk
(50)
kreatif dalam mendesain balon kata. Terkadang bentuknya disesuaikan sebagaimana fungsinya, entah itu untuk narasi, keterangan tempat, bunyi-bunyian, hingga seruan.
e. Frame
Frame adalah garis batas pada panel-panel adegan komik. Bentuknya tidak harus kotak, karena tujuannya adalah sebagai pembatas antara gambar satu cerita ke gambar cerita yang lain. f. Style
Style penggambaran komik/karakter ini biasanya datang secara alamiah dari tangan seorang komikus.
(Zesy Aditya, 2013) juga berpendapat bahwa komik memiliki gambar-gambar yang sedemikian menarik sehingga pembaca akan menjadi penasaran tentang kelanjutan ceritanya. Untuk membuat komik ada beberapa cara membuat komik, yaitu :
a. Tentukan karakternya, karakter merupakan pelaku atau tokoh utama yang memerankan suatu cerita. Tanpa tokoh, komik akan menjadi gambar pemandangan.
b. Tentukan wataknya, watak adalah ciri utama dari setiap karakter. c. Carti tema, tema adalah faktor yang menentukan para pembaca.
Biasanya tema action mayoritas peminatnya laki-laki, sedangkan romance lebih digemari perempuan.
(51)
d. Buat ceritanya, buat cerita sebagai patokan untuk langkah selanjutnya. Buatlah cerita yang mudah dipahami dan menarik pembaca.
e. Tuangkan dalan gambar, mulailah menggambar sesuai cerita yang telah dibuat.
(Cucu Supiandi, 2004) mempunyai pendapat tentang cara-cara pembuatan komik yang baik dan benar sebagai berikut :
a. Panel
Setiap gambar objek atau unsur-unsur komik biasanya dibingkai oleh garis pembatas yang membedakan antara obyek gambar kesatu, kedua, dan seterusnya oleh panel. Bentuk panel pada umumnya berbentuk segi empat, akan tetapi pada perkembangannya panel ini banyak bermunculan bentuk-bentuk baru sesuai keinginan dan kreasi dari komikus dalam menggambarkan nuansa ceritanya
b. Narasi
Dalam cerita komik biasanya ada bagian-bagian yang kurang efektif apabila semuanya harus digunakan. Narasi ini biasanya menerangkan waktu, tempat, dan situasi. Narasi ditulis dalam sebuah kotak yang disebut kotak narasi.
c. Gang
Gang atau yang disebut juga parit yaitu jarak antara panel satu dengan panel yang lainnya.
(52)
d. Sound lettering (anomatope)
Kata anomatope berasal dari kata anamatopoeia. Didalam ilmu bahasa berarti formasi kata pelukis bunyi-bunyi. Dalam dunia komik, anomatopei biasanya dimanfaatkan sebagai elemen pendukung komunikasi maupun estetika.
e. Simbol visual
Penggunaan simbol dalam komik pada dasarnya memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk lain dengan tujuan agar pembaca memiliki kesan terhadap apa yang ditampilkan.
f. Efek balon kata
Selain unsur-unsur diatas penggunaan balon kata sangat penting dalam pembuatan komik, hal ini penting karena balon kata menggambarkan dan mencerminkan keadaan serta emosi yang ada pada saat pembicaraan dilakukan mengenai tingkat kekerasan maupun kelembutan dapat digambarkan dengan penggunaan balon kata.
Dari paparan teori di atas, peneliti memakai cara dalam pembuatan komik yaitu :
a. Penentuan proporsi, Tujuannya untuk mempermudah. b. dalam menentukan postur tubuh sebuah tokoh.
c. Pembuatan panel, Setiap gambar objek dibingkai oleh garis pembatas yang membedakan antara obyek gambar kesatu, kedua, dan seterusnya oleh panel. Panel biasanya berbentuk segi empat,
(53)
pembuatan panel tergantung komikus yang membuat asalkan pembaca mengerti dan memahami alur ceritanya.
d. Narasi cerita, narasi digunakan untuk menerangkan waktu, tempat, atau kejadian yang tidak bisa diterangkan antar dialog. Biasanya dibuat kotak untuk narasi sendiri.
e. Gang (jarak antara panel satu dengan yang lain) supaya panel satu dengan yang lain tidak bertabrakan.
f. Tentukan karakter/tokoh, penentyan karakter adalah hal paling penting dalam pembuatan komik. Karakter/tokoh merupakan pelaku atau tokoh utama yang memerankan suatu cerita. Tanpa tokoh, komik hanya gambar pemandangan.
g. Eksyen, perpaduan antara emosi wajah dan gerakan tokoh komik, dengan tujuan agar pembaca dapat mendeskripsikan adegan dalam komik.
h. Balon kata, percakapan atau kalimat dalam sebuah komik. balon kata menggambarkan dan mencerminkan keadaan serta emosi yang ada pada saat pembicaraan dilakukan mengenai tingkat kekerasan maupun kelembutan dapat digambarkan dengan penggunaan balon kata.
C. Bimbingan pribadi
1. Pengertian Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi adalah salah satu bidang bimbingan yang berada di sekolah. Terdapat beberapa pengertian dari para ahli tentang
(54)
bimbingan pribadi. Dewa Ketut Sukardi (1995: 2) mengemukakan pendapatnya, bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti menghadapi konflik dan penyesuaian diri. Hal ini juga senada dengan perngertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2005: 11) yang mengungkapkan bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah pribadi adalah hubungan dengan sesama teman, orang tua, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidiakan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Sependapat dari dua para ahli diatas Abu Ahmadi (1991: 109) mengemukakan pendapatnya tentang bimbingan pribadi bahwa : “bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan kepada siswa
agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi, kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya”.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh abu ahmadi adalah bimbingan pribadi yang diberikan kepada pribadi, agar dapat dan mampu memecahkan permasalahan pribadi secara mandiri.
Berdasarkan dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh
(55)
seorang yang berkompeten dibidang bimbingan dan konseling kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi.
2. Tujuan Bimbingan Pribadi
Menurut Syamsu Yusuf dan A.juntika Nurihsan (2005: 14) tujuan dari bimbingan pribadi yaitu sebagai berikut:
a. Memilki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
b. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obyktif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
c. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
d. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajiban.
e. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah, baik bersifat internal maupun dengan orang lain.
f. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. g. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial, diwujudkan dalam
bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama individu.
(56)
h. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
i. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya. j. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang
lain.
Tohirin (2007: 125) juga menegaskan tujuan bimbingan pribadi adalah agar individu mampu mengatasi sendiri masalah yang dia hadapi, dan juga mampu mengambil sikap sendiri yang meyangkut keadaannya sendiri.
Didalam buku petunjuk pelaksanaan bimbingan dan konseling (Depdikbud, 2008: 198) terdapat tujuan bimbingan pribadi sebagai berikut :
a. Memiliki kesadaran diri, menggambarkan penampilan dan mengenai kekhususan yang ada pada dirinya.
b. Dapat mengembangkan sikap positif. c. Membuat pilihan secara sehat. d. Mampu menghargai orang lain.
e. Dapat membuat keputusan secara efektif. f. Dapat menyelesaikan konflik.
(57)
g. Memiliki rasa tanggung jawab.
h. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan pribadi adalah untuk membantu atau membimbing siswa dalam menemukan, memahami dan memecahan masalah pribadi siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa tersebut dapat melakukan penyesuaian dengan norma yang ada disekelilingnya.
3. Bimbingan Pribadi dalam Bimbingan dan Konseling
Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan suatu bangsa. Pandangan mengenai pendidikan yang bermutu menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2010: 4) ialah Pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler serta pembinaan siswa atau Bimbingan dan Konseling.
Pengertian bimbingan sendiri menurut Uman Suherman (2007: 10) adalah proses bantuan kepada individu (konseli) sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli (konselor) agar individu (konseli) mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Hampir sama dengan pendapat di atas Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2009: 6) juga mengungkap pengertian bimbingan adalah
(58)
helping yang identik dengan “aiding, assisting, atau availing,” yang berarti bantuan atau pertolongan. Pendapat lain yang mengemukakan penegrtian bimbingan adalah Shertzer dan Stone (dalam Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan 2009: 6) bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkunganya. Jadi dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan kadaan lingkungannya.
Sementara itu pengertian konseling menurut Uman Suherman (2007: 16) mengartikan konseling sebagai salah satu hubungan yang bersifat membantu agar klien dapat tumbuh ke arah yang dipilihnya juga agar dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Pendapat lain yang mengungkap konseling adalah Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2009: 45), konseling adalah proses helping atau bantuan dari konselor (helper) kepada konseli, baik melalui tatap muka maupun media (cetak maupun elektronik, internet atau telepon), agar klien dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalahnya, sehingga berkembang menjadi seorang pribadi yang bermakna, baik bagi dirinya sendiri, maupun orang lain, dalam rangka mencapai kebahagiaan bersama. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2009: 9) konseling adalah salah satu bentuk
(59)
hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian layanan bantuan dalam upaya mencapai perekembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.
Bimbingan dan konseling sendiri memiliki tujuan menurut Winkel dan Hastuti (2010: 32-36) tujuan bimbingan dan konseling yaitu agar individu yang dilayani mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta berhasil mengatur kehidupannya sendiri secara bertanggunga jawab. Sementara itu menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2009: 7-9) tujuan bimbingan dan konseling adalah mencapai perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar serta mampu mengadakakan perubahan perilaku pada diri konseli sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari bimbingan konseling ialah membantu individu supaya
(60)
mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya, mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya, serta bertanggung jawab terhadap akibat dari tindakan-tindakannya.
Dilihat dari masalah individu, ada empat jenis bimbingan yaitu bimbingan akademik, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, dan bimbingan karir. Terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal.
Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya (SyamsuYusuf dan A. Juntika Nurihsan, 2009: 53). Sementara itu pendapat lain yang mengungkap bimbingan dan konseling pribadi yaitu Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2009: 11) bimbingan dan konseling pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah pribadi. Sementara itu menurut Winkel dan Hastuti (2010: 118) bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam mengahadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisiaan waktu luan dan sebagainya. Jadi dari beberapa pengertian tersebut bimbingan pribadi adalah pelayanan bantuan kepada individu dalam memecahkan
(61)
masalah pribadi seperti penyesuaian diri, mengatur sendiri di bidang kerohanian serta yang mengenai batin individu itu sendiri.
4. Implikasi Penggunaan Media Komik Sebagai Media Bimbingan dan konseling
Komik dalam pendidikan adalah kemampuan untuk menarik minat membaca para siswa. Peran komik dalam bimbingan guru, sebagai batu loncatan untuk menumbuhkan minat para siswa dalam pemberian bimbingan. Pemakaian yang sangat populer dikalangan remaja dengan gambar-gambar yang menarik, alur cerita yang ringkas supaya pembaca bisa mudah menangkap isi dari cerita, tokoh yang dikemas secara realitis dapat menarik semua siswa (Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, 2002: 68). Berdasarkan teori tersebut maka komik bimbingan dibuat dengan gambar semenarik mungkin dan jelas alur ceritanya, sehingga pembaca tertarik untuk membacanya.
Penggunaan komik mempunyai berbagai macam kelebihan yang mempunyai pengaruh positif sebagai media pengembangan bimbingan. Media pengembangan komik diharapkan dapat menimbulkan ketertarikan minat baca dan motivasi yang lebih tinggi karena penyampainnya sangat simpel, menarik dan cepat dipahami oleh pembaca. Dengan gambar-gambar yang dikemas secara menarik dapat diingat lebih lama dibandingkan hanya kata-kata yang panjang dan sulit dipahami.
(62)
Pengarahan dan pendampingan guru sangat penting dalam pemakaian komik. Penerapan pengembangan media pelayanan komik diharapkan bisa membantu guru dalam pelaksanaan bimbingan khususnya bimbingan pribadi dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengembangan ini adalah layanan informasi tentang need for power. Pemmberian layanan bimbingan media komik need for power tidak hanya semata-mata diberikan kepada para siswa sebagai penguna. Namun guru pembimbing perlu melakukan pengarahan dan dibimbing secara lebih lanjut kepada para siswa dalam memabaca dan memhamai komik need for power. Hal ini dikarenakan guru pembimbing hanya memberikan metode ceramah. Disini penggunakan media komik adalah sebagai media variasi pemberian bimbingan yang dapat dilakukan guru pembimbing
D. Perkembangan Remaja 1. Pengertian Remaja
Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Bangsa premitif demikian pula orang-orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock, 1991: 206)
(63)
Secara umum, masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Menurut Hurlock (1991:206), awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum.Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk.(2008:152), masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia (life span development).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan fase dalam rentang kehidupan manusia, yang secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu awal dan akhir masa remaja yang berlangsung pada usia tiga belas tahun sampai tujuh belas tahun. 2. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Pada tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanankan dan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.Akibatnya, hanya sedikit anak-anak lakilah dan anak perempuan yang diharapkan untuk mengusai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Pentingnya untuk mengusai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relative singkat yang dimilki oleh remaja sebagai akibat perubahan usia kematangan yang sah
(64)
menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja.
Tugas perkembangan masa remaja yang harus di lalui dalam masa itu, menurut Havighurst (dalam Rita Eka Izzaty, dkk.,2008:126), yaitu:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mempersiapkan karir ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
g. Memperoleh perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri maka penting bagi remaja untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang relatif singkat ini.
(65)
3. Perkembangan Emosi Remaja
Pada masa remaja, akan terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai & topan (strom and stress) Heightened Emotionality, yaitu masa menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapatkan tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, karena selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Kepekaan emosi meningkat sering diwujudkan dalam bentuk, remaja lekas marah, suka menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentiment, menggigit kuku dan garuk-garuk kepala (Rita Eka Izzaty, dkk.,2008:135).
Terjadinya peningkatan kepekaan emosi pada remaja hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Rita Eka Izzaty,dkk., (2008:135), yaitu:
a. Perubahan sistem endokrin menyebabkan perubahan fisik. b. Faktor nutrisi= ketegangan emosi
c. Anemia= apatis, disertai kecemasan dan lekas marah d. Kurang kalsium= lekas marah, emosi tidak stabil e. Adanya cacat tubuh
f. Hubungan tidak harmonis dengan keluarga g. Kurangnya model dalam berperilaku
(66)
i. Tidak dapat mencapai cita-cita= frustasi j. Penyesuaian terhadap jennies kelamin lain
k. Masalah-masalah sekolah: masalah penyesuaian diri, emosi, sosial, pertentangan dengan peraturan
l. Masalah pekerjaan= tidak menentunya kondisi sosial m. Hambatan kemauan
1) Peraturan rumah 2) Norma-norma sosial 3) Hambatan keuangan
Reaksi remaja terhadap frustasi
a. Agresi, ditujukan orang lain melalui serangan fisik/kata-kata yang ditujukan diri sendiri (menyakiti diri sendiri)
b. Pengalihan emosi marah, emosi marah dialihkan ke objek lain tetapi dibalik punggung, kepada adik, orang tua atau guru (tidak secara langsung)
c. Withdrawl, menarik diri dalam lamunan atau alam fantasi
d. Regersi, kembali ke situasi masa perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan
e. Kompensasi, mencari objek pemuasan di bidang lain sebagai pengganti kegagalan suatu bidang
f. Frustasi pendorong
1) Tingkah laku konstruktif (usaha lebih giat)
(67)
Kondisi sosial yang mengelilingi remaja, meninggi emosinya terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru sedangkan pada masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.Sehingga perlu adanya kematangan emosi bagi para remaja. Menurut Hurlock (1991:213), anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.Pada masa remaja, untuk mencapai kematangan emosi harus belajarmemperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional dan belajar untuk dapat menyalurkan emosinya.
4. Perkembangan Sosial Remaja
Pada masa remaja, tugas perkembangan tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Menurut Hurlock (1991:213), remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.Hal yang terpenting dan yang tersulit dalam penyesuaian diri adalah dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelempokan sosial yang baru, nilai-nilai
(68)
baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalan dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpinan.
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk.,(2008: 137), pergaulan remaja dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi sosial atau komunitas sosial merupakan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja namun dengan demikian agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompok sosialnya diperlukan kompetensi sosial berupa kemampuan dan keterampilan berhubungan dengan orang lain.
Keberhasilan dalam pergaulan sosial akan menambah rasa percaya diri namun ditolak oleh kelompok merupakan pukulan terberat bagi remaja maka setiap remaja akan berusaha agar dapat diterima oleh kelompoknya. Jadi dalam pergaulan remaja, remaja harus terjun ke komunitas sosial untuk melewati masa perkembangannya.
(69)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam metode pengembangan komik need for power sebagai media layanan dalam bimbingan pribadi bagi siswa SMP kelas VII akan membahas tentang model pengembangan, prosedur pengembangan, uji coba produk yang meliputi desain uji coba dan subjek uji coba, jenis data, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas instrumen dan teknik analisis data.
A. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan komik bimbingan pribadi bagi siswa SMP kelas VII menggunakan prosedural karena bersifat deskriptif, yaitu mengikuti langkah-langkah yang harus diikuti supaya menghasilkan suatu produk. Produk yang akan dihasilkan berupa komik yang berisi tentang bimbingan pribadi need for power bagi siswa SMP kelas VII.
Borg and Gall (Nana Syaodih. Sukmadinata, 2009: 169) mengemukakan beberapa model penelitian diantaranya model penelitian dan pengembangan (Researh and Development) yang merupakan tahap-tahap pengembangan yang terdiri dari 10 langkah pengembangan, yaitu : (1) Penelitian awal dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) Pengembangan produk awal, (4) revisi hasil pengembangan produk awal, (5) Uji coba Lapangan Utama, (6) revisi hasil uji coba lapangan utama, (7) uji lapangan operasional, (8) revisi produk akhir, (9) diseminasi dan (10) implementasi.
(70)
Dalam penelitian dan pengembangan, peneliti hanya mengikuti sampai langkah kesembilan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam kemampuan, biaya dan waktu. Diseminasi dan implementasi adalah mensosialisasikan tentang produknya ke masyarakat, dengan cara bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan dan memonitoring dalam penyebaran ke masyarakat. Hal tersebut memerlukan proses dan waktu yang sangat lama dan membutuhkan dana yang sangat besar. Pada pengembangan media komik need for power sebagai media layanan bimbingan pribadi kepada siswa kelas VII diimplementasi di SMP Negeri 1 Yogyakarta.
Prosedur pengembangan Borg dan Gall digunakan peneliti sebagai acuan dalam mengembangkan komik need for power sebagai media layanan dalam bimbingan pribadi bagi siswa kelas VII SMP N 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi
Tahap pertama dalam penelitian pengembangan komik ini, peneliti menganalisis masalah-masalah dan menganalisis kebutuhan apa saja yang sering terjadi di sekolah yang terkait dengan need for power (n-pow) yang terjadi, langkah apa yang sudah dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut serta apa yang menjadi hambatannya. Dari hasil analisis tersebut peneliti bisa mengetahui seberapa penting suatu media dalam membantu mengatasi permasalahan yang terjadi. Pada langkah ini peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru
(1)
Bentuk-bentuk Need For Power
Ada beberapa bentuk need for power yang mencerminkan tipe pemimpin untuk memimpin. Ada lima bentuk need for power dalam memimpin yaitu :
f. Kekuasaan memberi penghargaan (Reward power)
Persepsi dari seseorang bahwa pemimpin mempunyai kendali terhadap sumber daya yang penting dan penghargaan yang diinginkan orang tersebut. Disini pemimpin menawarkan jenis penghargaan yang diinginkan angagota kelompok tersebut dan jangan memberikan janji lebih dari yang akan diberikan. Berikanlah penghargaan sesuai janji yang telah disepakati berasama.
g. Kekuasan yang memiliki legitimasi (Legitimate Power)
Seseorang patuh karena mereka percaya bahwa pemimpinnya memiliki hak untuk memerintah dan seseorang wajib untuk mematuhinya.Pemimpin melakukan permintaan harus dengan cara yang sopan dan jelas instruksinya dari permintaan. Permintaan yang memiliki legitimasi harus dibuat dengan tegas dan dengan cara meyakinkan.
h. Kekuasaan memaksa (Coercive Power)
Seseorang patuh terhadap perintah untuk menghindari hukuman yang dilakukan oleh pemimpin. Kekuasaan memaksa diterapkan dengan cara mengancam atau memberikan peringatan kepada anggota kelompok bahwa dia akan mendapatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika tidak segera melaksanakan tugas dari pemimpin.
i. Kekuasaan berdasarkan Keahlian (Expert Power)
Seseorang patuh karena mereka percaya bahwa pemimpinnya memiliki pengetahuan khusus mengenai cara menyelesaikan suatu pekerjaan. Kekuasaan berdasarkan ahli diterapkan jika anggota kelompok mendapatkan kesulitan dalam menjalini permintaan yang diberikan oleh pemimpin.
j. Kekuasaan berdasarkan Referensi (Referent Power)
(2)
referensi biasanya pemimpin memberikan permintaanya kepada anggota yang bersahabat, menarik, mempunyai daya tarik dan dapat dipercaya oleh pemimpin.
Dari lima bentuk di atas, bentuk kekuasaan yang paling baik hanya menggunakan bentuk kekuasaan berdasarkan keahlian (Expert Power) karena seorang pemimpin memiliki pengetahuan yang unik mengenai cara terbaik mengatasi atau menyelesaikan masalah yang tidak dimengerti anggota kelompoknya. Pengetahuan khusus dan keterampilan teknis akan menjadi sumber kekuasaan jika para anggota kelompoknya tidak mengerti atau belum menguasai tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam kekuasann berdasarkan ahli pemimpin menjadi sunber informasi dan tempat bertanya yang sangat diandalakan.
Faktor-faktor mempengaruhi Need For Power
Seseorang yang telah memeliki kedudukan, akan terus berusaha untuk melangkah ketingkat yang lebih tinggi lagi dengan mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, hal ini dikarenakan setiap individu membutuhkan tempat untuk mengaktualisasikan diri. Selain itu setiap orang membutuhkan penghargaan atas apa yang didapatkan dari orang lain, dengan menjadi pemimpin seseorang akan dihargai dan dihormati oleh lingkungan sekitar, dan kerja keras yang dilakukan selama ini untuk memajukan kelompokakan dihargai oleh orang lain. Hal ini akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap individu jika pengembangan need for power dapat sesuai dengan peningkatan kualitas pribadi secara produktif, saling ,menghargai dan mementingkan kepentingan sosial maka
(3)
f. Pengalaman, yaitu perjalanan hidup yang pernah mengalami menjadi pemimpinan sangat berpengaruh, baik kemampuan dalam menghadapi hambatan dan kondisi di lapangan.
g. Lingkungan, yaitu kondisi lingkungan dan interaksi antar personal didalamnya memberikan pengaruh terhadap perluasaan jaringan dan keterbukaan pola pikir pemimpin dalam memimpin.
h. Keluarga, yaitu dukungan yang penuh dari anggota keluarga dan pemberian kondisi yang nyaman sangat memungkinkan mendorong seseorang untuk menjadi pemimpin.
Ciri-ciri Need For Power
Motif berkuasa memiliki dua pandangan, yang bersifat positif dan negatif. Motif berkuasa dianggap positif apabila bersifat sosial, dengan kata lain berusaha mempengaruhi orang lain agar tujuan kelompok dapat tercapai, sedangkan motif berkuasa dianggap negatif apabila bersifat pribadi, mempengaruhi orang lain demi kepenyingan pribadinya. Berkaitan dengan dua pandangan motif berkuasa, pada penelitian ini ingin ditingkatkan motif berkuasa yang bersifat sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan komponen yang terdapat dalam need for power sosial ditandai dengan:
g. Mengikuti kegiatan yang penuh persaiangan/kompetitif. h. Aktif mengikuti organisasi dimana ia berada.
i. Berusaha untuk meyakinkan atau mempengaruhi. j. Senang menasehati orang lain.
k. Senang memberikan opini dan penilaian. l. Komunikasi yang efektif.
(4)
Lampiran 14 Surat Perijinan
Surat
(5)
(6)