BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia.
Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan
pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan pribadi diri sendiri dan orang lain, kita bergaul, bersahabat,
bermusuhan, mencintai atau mengasihi orang lain, membenci orang lain dan sebagainya.
Ada beberapa bentuk komunikasi yang saat ini kita kenal, salah satunya adalah komunikasi antarpribadi. Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan
berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi. Situasi komunikasi antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga,
kelompok maupun organisasi. Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan
lambang-lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan di dalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh body
language, seperti senyuman tertawa, dan menggeleng atau menganggukan
Universitas Sumatera Utara
kepala. Komunikasi antara pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi private dan berlangsung secara tatap muka face to face.
Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa mengenal diri sendiri dan orang lain,
mengetahui dunia luar dan dapat menjalin hubungan yang lebih bermakna. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan, memperoleh
hiburan dan menghibur orang lain. Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan untuk mengubah nilai-nilai dan sikap seseorang. Singkatnya komunikasi
antarpribadi mempunyai berbagai macam kegunaan. Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, komunikasi
antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi
dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang
diberikan oleh orang lain melalui proses komunikasi. Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang
untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai
manusia ini, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa
kepribadian. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa
yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada
Universitas Sumatera Utara
dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri yang kemudian kita sebut sebagai konsep diri.
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang
baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang
dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di
lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh
ligkungannya. Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui
individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
Di era yang modern ini sangatlah penting bagi setiap individu untuk memahami maupun mengenal konsep diri, terutama bagi kaum remaja yang
belum begitu stabil keadaan psikologisnya. Di tengah kehidupan sosial dan kepungan media yang senantiasa menawarkan berbagai nilai, remaja harus dapat
memahami dengan baik konsep dirinya, karena melalui pemahaman terhadap konsep diri, seorang remaja dapat mengenal siapa dirinya yang sebernarnya,
seperti apakah dia, dan bagaimana cara dia menjaga diri serta memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Masa remaja memang masa yang menyenangkan
sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Di masa ini seorang anak mulai mencari jati diri mereka.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya anak terutama dalam fase usia remaja mulai mengalami kesulitan dalam proses menemukan jati diri dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Tidak jarang berbagai masalah dapat timbul, seperti kenakalan remaja, kekerasan, penggunaan obat terlarang dan dan perilaku menyimpang
lainnya. Dengan keluarga yang lengkap sekalipun, seringkali juga seorang anak masih terganggu proses pembentukan konsep diri positifnya, terlebih jika anak
tersebut berasal dari latar belakang keluarga yang kurang beruntung seperti anak- anak broken home, anak-anak dari keluarga yatim danatau piatu dan yang berasal
dari ekonomi yang tidak mampu. Rasa minder atau kurang percaya diri kerap kali menjadi hambatan utama dalam cara menilai dirinya sendiri, belum lagi jika
remaja tersebut tinggal dalam lingkungan sosial yang kurang baik, seperti jalanan misalnya. Akan sangat mudah bagi mereka terpengaruh dengan lingkungannya.
Masalah kenakalan remaja dan anak jalanan telah menjadi polemik tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pemerintah dan berbagai pihak lembaga sosial
independen telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasinya, baik melalui pendirian berbagai sarana dan prasarana bagi mereka, seperti rumah singgah atau
panti asuhan, fasilitas pendidikan dan pelatihan juga disiapkan untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang baik, produktif serta kondusif bagi anak dan remaja
yang kurang beruntung. Salah satu yayasan sosial independen yang peduli dan concern terhadap masalah anak di Indonesia adalah Yayasan SOS Desa Taruna.
SOS Desa Taruna adalah sebuah yayasan sosial independen non-politik yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak jangka panjang
berbasis keluarga. konsep SOS Desa Taruna membantu mengasuh dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari latar belakang suku, agama dan ras yang berbeda. Yayasan ini memberi kembali kasih sayang melalui rumah tinggal, keluarga, dan kehidupan
yang memadai agar kelak mereka memiliki kehidupan yang mandiri. Tahun 1972, SOS didirikan pertama di kota Lembang, Jawa Barat, yang
lebih dikenal dengan nama SOS Desa Taruna. Pendiri yayasan tersebut adalah Dr. Agus Prawoto. Hingga saat ini Indonesia memiliki delapan buah SOS Desa
Taruna, yaitu di Lembang, Jakarta Cibubur, Semarang, Bali Tabanan, Flores Maumere, Medan, Melaboh dan Banda Aceh. Ketiga desa terakhir dibangun
sebagai hasil uluran kasih SOS Kinderdorf International beserta sejumlah organisasiperusahaan swasta, baik luar negeri maupun dalam negeri, sebagai
donatur bagi pembangunannya. Yayasan ini berkarya bagi anak-anak yatim piatu, terlantar atau yang keluarganya tidak mampu mengasuh mereka. Mereka
memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk membangun hubungan yang langgeng dalam sebuah keluarga. Pendekatan melalui sebuah keluarga di SOS
Desa taruna ini didasarkan pada empat prinsip yaitu : setiap anak membutuhkan seorang Ibu, tumbuh secara alamiah dengan kakak dan adik, di dalam rumah
mereka sendiri, dan di dalam lingkungan desa yang mendukungnya. Setiap desa terdiri dari 12-15 rumah dan tiap-tiap rumah ditinggali oleh seorang Ibu Pengasuh,
dengan 8-10 anak dengan rentang usia berjenjang, mulai dari bayi hingga SMA. Situasi dan keadaan di tempat ini diciptakan semirip mungkin dengan
keadaan keluarga pada umumnya, berbagai fasilitas dan sarana juga disiapkan guna menunjang bakat dan prestasi setiap anak, namun tetap saja dapat ditemui
berbagai masalah komunikasi, interaksi sosial, dan masalah pembentukan konsep
Universitas Sumatera Utara
diri. Beberapa diantara mereka masih sulit untuk terbuka dalam berkomunikasi dan masih kurang percaya diri.
Berdasarkan latar belakang masalah inilah, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap
pembentukan konsep diri remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan.
2. Perumusan Masalah